“Baiklah, Tuan Kaivan sampai bertemu di meeting selanjutnya. Suatu kehormatan bagi saya bisa mengenal Anda secara langsung.” Roland—rekan bisnis Kaivan menundukan kepalanya berpamitan pada Kaivan. Pun Kaivan membalas ucapan Roland dengan menundukan kepalanya sedikit menghormati rekan bisnisnya itu.Hingga saat Kaivan hendak melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya, tatapan Kaivan teralih pada Doni—yang melangkah sedikit terburu-buru menghampirinya. Tampak kening Kaivan mengerut melihat Doni seperti ingin menyampaikan sesuatu padanya.“Tuan,” sapa Doni kala tiba di depan Kaivan.“Ada apa, Doni?” tanya Kaivan dengan nada dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Saya ingin memberitahukan kejadian pagi ini, Tuan,” jawab Doni dengan hati-hati.“Kita bicara di dalam,” ucap Kaivan datar.Doni menganggukan kepalanya. Lalu melangkah mengikuti Kaivan yang sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya.Saat tiba di ruang kerja, Kaivan duduk di kursi kebesarannya. Pria itu menatap lekat Doni—yang ber
Satu minggu setelah kejadian di mana Maya memergoki calon suaminya berselingkuh; Krystal tidak bisa menghubungi Maya. Beberapa kali Krystal menghubungi nomor Maya tapi nomor temannya itu tidak aktif. Bahkan Krystal sudah mendatangi rumah Maya tapi nyatanya Krystal tidak menemukan keberadaan Maya. Entah ke mana temannya itu. Jujur saja, Krystal mencemaskan keadaan Maya. Namun, mungkin saja Maya masih membutuhkan waktu untuk menyendiri. Itu yang membuat Krystal memilih membiarkan Maya menenangkan diri. Dan beruntung video di mana Maya bertengkar dengan Dicky yang sempat viral di sosial media sudah dihapus. Bahkan akun-akun yang berkomentar buruk pun sudah diblokir oleh Kaivan.Sejenak, Krystal menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. Sesaat Krystal memejamkan matanya kala merasakan embusan angin menerpa kulitnya. Ya, pagi ini Krystal tengah duduk di taman. Baru saja dia mengantar Kaivan berangkat ke kantor. Krystal sengaja tidak langsung masuk ke dalam kamar. Dia memilih dud
Aryan duduk di kursi kebesarannya seraya memijat pelipisnya. Tak sesekali pria itu mengembuskan napas kasar. Dalam benak Aryan saat ini memikirkan cara melamar yang tepat pada Felicia. Ya, hubungan mereka memang terbilang masih baru dalam memulai. Akan tetapi, sejak di awal niat Aryan memang akan mengajak Felicia menikah. Usianya bukan lagi usia muda di mana harus berpacaran lama. Pun selama ini hubungannya dengan Felicia sangatlah bertumbuh. Seiring berjalannya waktu Aryan memiliki perasaan pada Felicia. Sebuah perasaan di mana dirinya merasakan kenyamanan bersama dengan wanita itu. Felicia adalah wanita periang, manja, namun terkadang bisa dewasa dan mengerti dirinya. Perkataannya yang mengatakan Felicia adalah obatnya itu sangatlah benar. Wanita itu bagaikan obat di mana dirinya merasa bayang-bayang masa lalu mulai sirna. Tawa Felicia. Sifat periangnya. Manja. Semua hal-hal mengenai Felicia sangatlah Aryan sukai walau terkadang sering membuatnya pusing.“Tuan Aryan.” Dimas—asisten
Suara dering ponsel terdengar membuat Krystal yang tengah memakan ice cream—langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel miliknya yang berdering itu. Kini Krystal mengambil ponselnya, dan melihat ke layar tertera nama Nadia di sana. Tampak senyum di wajah Krystal terlukis melihat Nadia yang menghubungi dirinya. Detik selanjutnya, Krystal menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Hallo, Nad?” jawab Krystal saat panggilan sudah terhubung.“Krys … maaf baru bisa menghubungimu. Sudah dua minggu aku ke daerah yang susah sekali signal-nya. Aku sudah mendapatkan kabar tentang pembatalan pernikahan Maya. Jujur aku tidak menyangka Dicky akan selingkuh, Krys. Aku turut sedih dengan apa yang dialami oleh Maya,” ujar Nadia dari seberang sana. Nada bicaranya begitu menunjukan kesedihan.Krystal terdiam sejenak. Rupanya Nadia baru mendengar kabar tentang Maya. Sudah dua minggu ini memang Krystal tidak bisa menghubungi Nadia. Krystal berpikir Nadia b
“Kai, hari ini kita ke rumah Papa dan Mama kan?” Krystal bertanya seraya memoles wajahnya dengan make up tipis. Ya, kini Krystal tengah duduk di kursi meja rias. Berias dengan riasan yang sederhana. Kemarin Kaivan mengatakan hari ini akan mengajaknya ke rumah keluarga suaminya. Itu kenapa pagi-pagi seperti ini Krystal sudah bersiap-siap.“Iya, ini permintaan Felicia,” jawab Kaivan datar seraya berkutat pada ponsel di tangannya. Jika Krystal tengah sibuk berias, lain halnya dengan Kaivan yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya karena membaca email masuk dari sekretarisnya.“Permintaan Felicia?” Krystal menoleh ke Kaivan, menatap lekat-lekat sang suami. “Memangnya ada apa, Kai?” tanyanya yang mulai penasaran.“Aku tidak tahu … adikku mengatakan ada yang ingin dia beritahu pada kita semua,” jawab Kaivan datar. “Itu kenapa dia meminta kita untuk datang,” lanjutnya lagi yang masih berkutat pada ponsel di tangannya.Krystal menghela napas dalam. “Felicia membuat orang penasaran saja,” gumamn
Kandungan Krystal memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya sudah begitu membuncit. Namun, Krystal masih tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Hanya saja jika Krystal sudah sangat lelah maka Krystal akan menggunakan kursi roda. Tepatnya satu bulan lalu, Kaivan sudah membuka restoran yang dulu pernah dijanjikan oleh Krystal. Konsep restoran itu dengan nuansa kontemporer. Restoran dengan bangunan tiga lantai itu memiliki gaya modern. Sentuhan persis seperti restoran Prancis namun tetap memiliki nuansa Indonesia di sana. Pun menu makanan yang tersaji di restoran itu bukan hanya makanan luar saja tapi makanan Indonesia dengan menu-menu terpilih.Sebelum membuka restoran, Krystal meminta Elisa—ibu mertuanya untuk mengajari dirinya beberapa menu makanan di kota Manado yang paling digemari banyak orang. Selama ini Krystal memang begitu dekat dengan ibu mertua dan adik iparnya. Ditambah dengan Felicia yang akan menikah dalam waktu dekat ini. Tentu Krystal pun terlibat dalam membantu pe
Krystal menatap dirinya yang terbalut oleh kebaya berwarna kuning dengan model rambut yang digulung ke atas. Perut buncitnya membuatnya mengulum senyuman melihat dirinya sendiri persis seperti panda. Beberapa bagian tubuh Krystal ikut membesar. Lengan sedikit gemuk. Pipi chubby. Pinggang membesar. Bokong ikut membesar. Tapi Krystal tidak mempermasalahkan dengan perubahan bentuk tubuhnya. Terpenting bagi Krytal kandungannya sehat. Itu lebih penting dari apa pun.“Sepertinya kurang lip gloss,” gumam Krystal kala merasa lipstick di bibirnya kurang polesan lip gloss. Detik selanjutnya, Krystal mengambil lip gloss dan langsung memoleskan bibirnya sedikit dengan sentuhan lip gloss. Krystal memang menyukai warna lipstick nude yang dipadukan dengan lip gloss.Ya, hari ini adalah hari yang begitu penting bagi Aryan dan Felicia. Hanya dalam hitungan jam lagi mereka akan resmi menjadi sepasang suami istri. Jujur, Krystal masih sering tidak menyangka akan melihat Aryan dan Felicia menikah. Takdir
Resmi menjadi istri seorang Aryan Dwitama adalah mimpi Felicia yang menjadi sebuah kenyataan. Satu jam lalu baru saja Aryan dan Felicia mengucapkan janji pernikahan mereka. Suasana pesta pernikahan Aryan dan Felicia sangatlah megah. Dekorasi mewah dengan taburan bunga lily putih dan batu Swarovski. Lima ribu tamu undangan memenuhi ballroom di Pullman Hotel Central Park Jakarta. Dengan konsep pernikahan standing party terlihat jelas kemewahan pernikahan Aryan dan Felicia.Tampak para wartawan menyorotkan kameranya pada Aryan dan Felicia. Bukan hanya Aryan, dan Felicia saja tapi pada Kaivan dan Krystal. Ya, mereka semua tengah menyambut para tamu undangan. Tema pernikahan standing party membuat Aryan dan Felicia memilih untuk membaur dengan para tamu undangan yang lainnya.“Kai, aku ke sana sebentar, ya? Aku ingin mengambil makanan di ujung sana,” bisik Krystal pada Kaivan kala sang suami tengah mengobrol dengan rekan bisnisnya.“Biar aku temani,” ucap Kaivan seraya menatap sang istri.