Saat pagi menyapa, Krystal sudah berada di dapur. Kini Krystal tengah membuat brownies pandan—yang khusus dia buatkan untuk mertuanya. Ya, hari ini adalah weekend. Krystal akan pergi mengunjungi mertua bersama dengan sang suami. Itu kenapa di pagi hari Krystal sudah berkutat di dapur. Krystal masih mengingat dengan jelas makanan kesukaan dari mertuanya adalah brownies pandan. Namun, kali ini Krystal tak hanya membuat brownies pandan tapi Krystal pun membuat beberapa cake lainnya seperti cheesecake. Well, memasak atau membuat kue memang hobby Krystal sejak dulu. Krystal pun dulu sering membuat kue dengan bahan-bahan sederhana.“Nyonya Krystal.” Sang pelayan melangkah menghampiri Krystal yang tengah sibuk membuat kue.“Ya?” Krystal mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan yang ada di hadapannya.“Nyonya, ini ada telepon dari Nona Felicia. Beliau mengatakan ada hal penting yang ingin dikatakan pada Anda, Nyonya,” ujar sang pelayan dengan sopan.“Felicia menghubungiku?” ulang Krysta
“Krys? Apa yang kamu pikirkan?” Suara Kaivan bertanya kala dirinya melihat adanya perubahan dalam diri Krystal. Ya, kini Kaivan dan Krystal baru saja tiba di apartemen mereka. Sepulang dari rumah orang tua Kaivan; Krystal terlihat sedikit berbeda. Entah apa yang ada dipikirkan istrinya itu padahal selama tadi berada di rumah orang tuanya semua baik-baik saja.“Ah, tidak, Kai. Aku hanya memikirkan Galen. Tadi saat di rumah Papa dan Mama; Galen mengirimkan pesan padaku. Dia mengatakan kalau dia sudah sampai, dan dia juga bilang menyukai apartemenmu, Kai.” Krystal terpaksa membawa-bawa nama Galen dalam hal ini. Lagi pula dia tak sepenuhnya bohong. Karena memang tadi saat berada di rumah orang tua Kaivan; Krystal mendapatkan pesan dari sang adik yang memberikan kabar padanya.“Galen sudah menghubungimu?” Kaivan membelai pipi Krystal, dan memberikan kecupan di sana.Krystal menganggukan kepalanya. “Iya, Galen menghubungiku saat kita ada di rumah Papa dan Mama, Kai. Dia menyukai apartemenmu
Krystal mendesah pelan. Dia duduk di sofa kamarnya dengan pikiran yang tengah memikirkan sesuatu. Ya, sejak di mana Felicia mengatakan jatuh cinta pada Aryan; Krystal merasa hatinya tidak nyaman. Bukan karena cemburu. Tentu saja Krystal tidak lagi memiliki perasaan pada Aryan. Apa yang Krystal rasakan saat ini pada Aryan adalah murni teman baik.Akan tetapi yang menjadi permasalahan saat ini; Felicia tidak tahu kalau Aryan adalah cinta pertama Krystal. Selama ini memang Krystal tak pernah menceritakan pada siapa pun tentang masa lalunya. Bahkan dulu Maya dan Nadia—teman sesama Ballerina-nya tak mengenal Aryan. Maya dan Nadia baru mengenal Aryan kala Aryan selalu membantunya. Itu yang membuat Krystal akhirnya menceritakan sosok Aryan pada Maya dan Nadia. Pun Krystal menceritakan bahwa Aryan adalah teman baik Kaivan. Krystal memang cenderung tertutup. Dia tidak suka membagikan tentang kehidupan pribadinya pada siapa pun.Dalam hal ini, Krystal ingin sekali memberitahukan Felicia semuan
Krystal mondar-mandir tidak jelas di dalam kamar. Ya, pikiran Krystal saat ini memikirkan Felicia yang tadi pagi dia telepon dalam keadaan menangis. Tak dipungkiri, Krystal begitu mencemaskan keadaan Felicia. Pun, Krystal sempat menghubungi telepon rumah mertuanya tetapi kenyataan yang didapatkan Felicia tidak ada di rumah. Hal ini yang membuat Krystal semakin khawatir. Andai saja Felicia ada di rumah pasti Krystal nekat ke rumah mertuanya menemui adik iparnya itu.Sejenak, Krystal terdiam memikirkan apa yang harus dia lakukan. Hingga tiba-tiba sesuatu muncul dalam benak Krystal. Dengan cepat, Krystal mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada Felicia.Krystal : Fel, are you okay? Apa kamu membutuhkanku?Krystal meremas pelan ponsel di tangannya. Dia tak henti memikirkan keadaan Felicia. Krystal takut kalau Felicia menangis karena Aryan. Di saat rasa cemas melanda, terdengar dering pesan masuk dari ponsel Krystal. Dengan cepat Krystal melihat ke layar—seketika senyum di bibir Krys
Krystal melirik jam dinding—waktu menunjukan pukul enam sore. Kini Krystal tengah duduk di ruang tamu. Dia tengah menunggu Kaivan pulang dari kantor. Hari ini Kaivan berjanji padanya akan menemaninya makan rujak di tempat Pak Udin—penjual rujak yang berjualan di dekat rumah lama Krystal dulu. Beruntung kemarin Kaivan mau menemaninya. Andai saja tidak, sudah pasti Krystal akan pergi sendiri. Well, tapi rasanya Kaivan tak mungkin tidak menuruti permintaan Krystal. Tentu apa pun itu Kaivan akan berusaha menuruti. Meski dengan raut wajah suaminya yang kesal akibat permintaan anehnya itu.“Kaivan di mana? Apa masih lama?” gumam Krystal pelan seraya mengembuskan napas panjang. Pagi ini Kaivan berangkat benar-benar lebih awal. Karena hari ini Kaivan ada meeting penting. Akan tetapi, Kaivan berjanji akan pulang cepat sesuai dengan janjinya. Jika saja Kaivan berani pulang terlambat maka Krystal sudah dipastikan akan marah besar pada sang suami. Lagi pula, Krystal yakin Kaivan tak mungkin mengi
“Bagaimana keadaan istriku?” Suara Kaivan bertanya dengan nada yang terdengar cemas dan khawatir pada dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Krsytal. Ya, tepat di saat Felicia menyerang Krystal; Kaivan langsung meminta pelayan memanggilkan dokter untuk memeriksa keadaan istrinya. Tentu saja Kaivan cemas mengingat saat ini Krystal tengah hamil muda.“Tuan, istri Anda baik-baik saja. Kandungan istri Anda juga baik-baik saja, Tuan. Luka memar di leher Nyonya Krystal juga sudah diobati. Nanti malam Anda bisa membantu istri Anda untuk mengoleskan salep yang saya berikan pada luka memar di leher istri Anda,” ujar sang dokter memberitahu.Kaivan mengangguk singkat. “Aku mengerti. Terima kasih.”“Sama-sama, Tuan. Kalau begitu saya permisi.” Sang dokter menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Kaivan.Saat sang dokter sudah pergi, Kaivan melangkah mendekat pada Krystal yang masih terbaring di ranjang. Kini Kaivan duduk di tepi ranjang. Menatap istrinya dengan hangat. “
Krystal mengerjapkan matanya beberapa kali dan menyipitkan matanya ketika cahaya matahari menebus jendela menyentuh wajahnya. Detik selanjutnya, Krystal menoleh ke samping melihat tidak ada Kaivan di sampingnya. Tampak kening Krystal mengerut. Dia langsung mengendarkan pandangannya mencari keberadaan sang suami. Namun, sayangnya Krystal tak kunjung menemukan keberadaan Kaivan. Raut wajah Krystal berubah. Tadi malam Kaivan memang berpamitan pergi. Tapi rasanya tidak mungkin jika Kaivan tidak pulang ke rumah.“Kaivan di mana?” gumam Krystal dengan embusan napas pelan. “Apa mungkin Kaivan tidak pulang?” Krystal mengambil ponselnya, dan memeriksa ke layar—terlihat layar ponselnya hanya terpampang beberpa pesan dari Maya, Nadia, dan Galen. Tapi tak ada satu pun pesan dari Kaivan. Kalau benar Kaivan tidak pulang maka suaminya itu pasti akan mengirimkan pesan padanya.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Krystal menoleh ke arah pintu dan menginterupsi untuk masuk. Ya, kala pintu sudah terb
“Krys, pelan-pelan. Penjual rujaknya masih di sini. Dia tidak pergi ke mana-mana.” Kaivan menegur Krystal yang begitu lahap memakan rujak. Dia hanya takut kalau sampai Krystal tersedak. Tadi sebelum rujak ini selesai dihidangkan, Kaivan dan Krystal harus melakukan perdebatan. Pasalnya Krystal meminta Pak Udin memberikan cabai sampai dua puluh cabai. Tentu saja Kaivan melarang. Kaivan hanya memberikan izin pada Krystal memakan rujak dengan bumbu rujak hanya menggunakan lima cabai saja. Tidak boleh lebih. Bukan Kaivan tak menuruti keinginan Krystal, tapi Kaivan tidak ingin membuat sang istri sakit perut akibat memakan bumbu rujak yang terlalu pedas. Sungguh, Kaivan tidak menyangka kalau kehamilan membuat Krystak menyukai makanan pedas. Bukan hanya pedas tapi juga asam.“Kai, apa tidak boleh meminta Pak Udin membuatkanku bumbu rujak yang lebih pedas dari ini, Kai? Bumbu rujak yang aku makan ini tidak ada rasanya, Kai,” ucap Krystal yang berusaha menawar pada sang suami. Dia berharap agar