“Bagaimana keadaan istriku?” Suara Kaivan bertanya dengan nada panik dan cemas kala sang dokter baru saja memeriksa keadaan Krystal. Ya, sejak di mana Krystal pingsan; Kaivan tidak bisa tenang. Bahkan Kaivan tak memedulikan wajahnya yang dipenuhi dengan luka lebam. Pun ucapan Aryan yang meminta Kaivan untuk mengobati lukanya terlebih dulu, tetap diabaikan oleh Kaivan. Saat ini fokus Kaivan adalah Krystal dan kandungan istrinya.Sang dokter menurunkan stetoskopnya. Lalu menatap Kaivan dengan lekat. “Tuan Kaivan, istri Anda dan kandungannya baik-baik saja. Tapi tensi darah istri Anda sangat rendah, Tuan. Saya harap istri Anda lebih banyak beristirahat dan tidak memikirkan beban berat.”Kaivan terdiam sejenak kala mendengar ucapan sang dokter. Sesaat dia mengembuskan napas kasar. Kaivan sendiri tidak menyangka Krystal akhirnya mengetahui tentang semuanya. Kaivan sungguh menyesal karena gagal menutupi semuanya. Harusnya dirinya mampu menutupi ini paling tidak sampai Krystal sudah diperbol
Liam turun dari mobil. Pria itu melangkah masuk ke dalam rumah sakit, dengan raut wajah begitu dingin dan sorot mata tajam. Tampak jelas kemarahan ada di wajah pria itu. Ya, sudah tiga hari Livia berada di rumah sakit. Baik kedua orang tua Livia belum ada menemui wanita itu. Karena memang kedua orang tua Livia tidak berada di Indonesia. Mengingat ayah Livia Pun sedang melakukan pengobatan di Melbourne. Para media yang ingin mendekat, anak buah Liam selalu mencegah. Sejak di mana skandal Liam dan Livia terbongkar pada media; Liam masih tetap bungkam dan tidak mau dimintai keterangan sedikit pun. Bahkan ketika terdengar di media tentang Livia yang keguguran, hal yang sama dilakukan Liam; Liam tidak mau diwawancarai.“Tuan…” Gavi menundukan kepalanya kala Liam tiba di depan ruang rawat Livia.Selama Livia belum sadar, Liam memang meminta Gavi untuk menjaga Livia. Bukan hanya ada Gavi di depan ruang rawat Livia para polisi pun ada di sana. Saat ini Liam harus tetap membereskan kekacauan y
“Kai, kamu dari mana?” Suara Krystal bertanya dengan nada pelan dan lembut kala Kaivan melangkah masuk ke dalam ruang rawatnya. Ya, saat ini Krystal baru saja selesai sarapan. Dan tadi di saat Krystal tengah sarapan; Kaivan berpamitan keluar sebentar. Suaminya itu mengatakan ada yang harus dia kerjakan.“Salah satu karyawanku datang meminta tanda tanganku. Ada dokumen yang dibutuhkan untuk kontrak kerja sama dengan perusahaan dari Amerika.” Kaivan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang. “Apa kamu ingin makan sesuatu?” tanyanya seraya membelai lembut pipi sang istri.Krystal mendesah pelan. “Kai, aku baru saja sarapan, Kai. Tidak mungkin aku makan lagi. Aku pasti mual kalau sampai makan lagi, Kai. Perutku tidak sanggup menampung makanan banyak-bayak.”Ini adalah salah satu kebiasaan Kaivan yang selalu menawarkan makanan untuk Krystal, padahal Krystal baru saja makan. Tentu Krystal memahami; Kaivan ingin anak mereka tak kekurangan gizi. Namun, kandungan Krystal saat ini masih memasuki tri
“Tuan Kaivan, saya ingin menyampaikan sesuatu pada Anda.” Doni berucap kala Kaivan baru saja menyudahi panggilan teleponnya. Ya, setelah meninggalkan Krystal bersama dengan Galen; Kaivan mendapatkan telepon dari sang sekretaris.“Ada apa?” tanya Kaivan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Tatapannya menatap lekat Doni yang ada di hadapannya.“Ini tentang Nyonya Livia, Tuan,” jawab Doni yang langsung membuat raut wajah Kaivan berubah.“Katakan,” ucap Kaivan tegas. Sorot matanya terhunus menatap dingin Doni. Mengisyaratkan agar asistennya itu segera menjelaskan padanya.“Nyonya Livia saat ini sudah sadar, Tuan. Informasi terakhir yang saya dengar Nyonya Livia terlihat begitu depresi kehilangan bayi yang ada di kandungannya,” ujar Doni melaporkan.Kaivan terdiam sejenak mendengar ucapan Doni. Raut wajah Kaivan terlihat begitu dingin. Sepasang iris mata cokelat gelapnya tampak tengah memilikirkan sesuatu.“Apa Liam masih membantu Livia?” tanya Kaivan tegas dan begitu serius.“Masih, T
“Krystal, jadi benar kebakaran di rumah Kaivan akibat ulah mantan istrinya?” Maya dan Nadia kompak bertanya bersamaan. Tatapan mereka tak lepas menatap Krystal. Nada bicara mereka serempak ingin penjelasan yang tak sabar. Baik Maya dan Nadia tentu tahu tentang kabar Livia dari media. Hari ini tepat di saat Galen sudah selesai menjenguknya; Krystal kedatangan Maya dan Nadia yang juga menjenguknya. Tentu Krystal sudah menduga kedua teman baiknya itu pasti akan datang menjenguknya.“Iya … tapi jangan menyudutkannya. Livia kasihan. Dia telah mendapatkan balasan atas apa yang telah dia lakukan. Dia kehilangan anaknya. Lebih baik tidak perlu dibahas,” ujar Krystal yang enggan terlalu membahas Krystal.“Kamu memang baik sekali, Krys. Kaivan benar-benar beruntung memilikimu,” ujar Maya dan Nadia bersamaan. Mereka menatap bangga dengan sifat Krystal yang baik hati.Krystal tersenyum. “Aku juga beruntung memiliki Kaivan,” jawabnya hangat dan tulus.Maya pun tersenyum. “Ah, ya, Krys. Apa nanti
Sudah lebih dari satu minggu Krystal berada di rumah sakit. Kandungan Krystal pun kini sudah enam minggu. Saat ini kondisi Krystal sudah berangsur-angsur membaik. Baik Krystal maupun kandungannya sudah baik-baik saja. Sebenarnya bisa dikatakan sejak beberapa hari lalu dokter mengizinkannya pulang, tetapi Kaivan masih belum mau. Pria itu ingin memastian benar-benar tidak terjadi sesuatu pada Krystal.Luka bakar di lengan dan kaki Krystal pun sudah membaik. Sebelumnya, dokter mengatakan bekas luka bakar di lengan kiri dan kaki kiri Krystal akan berbekas. Pasalnya kerusakan kulit Krystal cukup parah. Hanya dengan operasi plastik bisa membantu memulihkan kembali kulit di lengan dan kaki kiri Krystal. Namun, kondisi Krystal yang saat ini tengah hamil muda tentu saja dokter melarang Krystal. Dokter mengizinkan Krystal untuk melakukan tindakan operasi plastik jika Krystal sudah melahirkan nanti.Kini Krystal tengah duduk di ranjang rumah sakit. Seperti biasa dia baru saja selesai diperiksa o
Saat pagi menyapa, Krystal tampak begitu bahagia. Dia tengah duduk di sofa seraya mengusap-usap perutnya yang masih rata. Ya, tentu Krystal terlihat begitu bahagia. Pasalnya hari ini Krystal sudah diperbolehkan pulang. Ini yang telah ditunggu-tunggu olehnya. Setelah lebih dari satu minggu berada di rumah sakit, akhirnya Krystal diperbolehkan untuk pulang ke rumah.“Selamat pagi, Nyonya.” Sang pelayan menyapa dengan sopan seraya melangkah mendekat pada Krystal yang sejak tadi melihat ke luar jendela. Terlihat sang pelayan itu membawakan nampan yang berisikan susu kacang.“Iya?” Krystal mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan yang kini berdiri di hadapannya.“Nyonya, ini diminum susunya, Nyonya.” Sang pelayan memberikan susu kacang itu pada Krystal.“Terima kasih.” Krystal tersenyum kala menerima pemberian susu dari sang pelayan. Kemudian, dia meminum susu itu perlahan hingga tandas.“Apa kau melihat suamiku?” tanya Krystal seraya menyerahkan gelas susu yang telah habis dia minum
Kaivan melangkah memasuki sebuah restoran di mana Liam mengajaknya bertemu. Ya, setelah membaca pesan masuk dari Liam; Kaivan segera menemui pria itu. Pun Kaivan ingin segera tahu apa yang sebenarnya ingin Liam katakan padanya. Kaivan pikir setelah Livia kembali masuk ke dalam penjara, Liam tak akan berusaha lagi bertemu dengannya. Namun, ternyata apa yang ada dipikiran Kaivan salah. Liam mengajaknya bertemu. Hanya saja kali ini Kaivan yakin, Liam tak mungkin memaksa dirinya untuk membebaskan Livia. Mengingat kondisi Livia yang saat ini tidak lagi hamil, tentu Liam seharusnya sudah tak peduli pada Livia.Saat memasuki restoran, tatapan Kaivan teralih pada Liam yang duduk diujung dekat jendela dan tengah menyesap wine di tangannya. Sejenak Kaivan terdiam melihat Liam. Tak hanya Kaivan, Liam pun kini menatap Kaivan. Tampak kedua pria itu saling melemparkan tatapan dingin satu sama lainnya. Tatapan yang tersirat tak bersahabat dan begitu angkuh. Detik selanjutnya, Kaivan melangkah mendek