"Semua sudah sesuai dengan tempatnya?" Dona menatap sekitar yang diangguki Fabian "Nanti aku minta ketiga cewek itu ke ruangan."
"Buat apa?" tanya Fabian mengerutkan kening."Memang nggak boleh? Apa harus ada alasan manggil penyanyi kita?" tanya Dona bingung."Nggak, hanya saja semua sudah aku jelasin." Fabian memberikan alasan masuk akal."Ada yang mau dibicarakan dan urusan wanita."Dona berjalan meninggalkan Fabian yang masih ingin bertanya lebih dengan melangkahkan kakinya menuju ruangannya, ruangan yang jarang Azka tempati karena lebih banyak menghabiskan waktu di studio. Dona sendiri memilih tidak terlalu banyak mengubah design ruangan yang memang dirinya sendiri yang design pada saat itu atas permintaan oma tercintanya.Memejamkan matanya mengingat pembicaraan terakhir mereka ketika akan ke rumah orang tua Fandi yang akhirnya dijalani dengan sandiwara seakan hubungan mereka baik-baik saja. Mereka masih mengirim pesan satu"Kamu sengaja menyibukkan diri setelah pertemuan kita itu? Semua pesan kamu balas ala kadarnya," omel Fandi dengan menatap tajam Dona."Tidak juga, aku memang sibuk." Dona menjawab tanpa menatap Fandi.Fandi memilih duduk dihadapan Dona tanpa melepaskan tatapannya, Dona bisa merasakan apa yang dilakukan Fandi hanya saja tidak mau mengangkat kepalanya hanya untuk melihat Fandi. Dona bisa saja mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Fandi yang pasti dirindukan, tidak bertemu memberikan rasa rindu pada sosok pria yang duduk dihadapannya."Kamu benar mau mengakhiri hubungan?" tanya Fandi untuk memancing Dona dan berhasil dengan langsung mengangkat wajahnya "Aku nggak masalah, asal kamu menghentikan itu setelah pengakuan kemarin," lanjut Fandi."Bagaimana kalau mengulangi?" tanya Dona penasaran "Kita berakhir?""Kamu ingin kita berakhir atau mengubah sikap?" tanya Fandi tanpa menjawab pertanyaan Dona "Aku tahu kalau kamu bukan seperti itu, ap
"Kopi, Pak."Fandi menatap sekilas kopi yang diletakkan di meja tidak jauh dari jangkauannya, fokusnya kembali pada laptop dan tidak menghiraukan Retno yang sedang melakukan pekerjaannya."Pijatan agar rileks, Pak." Retno mengatakan saat merasakan penolakan dari Fandi."Lebih baik kamu fokus menyelesaikan yang belum selesai daripada memberikan pijatan," tolak Fandi langsung.Fandi lebih baik menolak apa yang Retno lakukan, semua yang dilakukan bisa membuat mereka berakhir di ranjang. Hal yang selama ini mereka berdua lakukan, tidak tahu berapa stock pengaman yang dibawa Retno untuk persiapan mereka jika sudah bersama, tapi Fandi harus menghentikan semua yang sudah dilakukan bersama Retno, walaupun dirinya tahu akan sulit melakukan dan Retno yang tidak mempermasalahkan kondisi Fandi sebenarnya.Fandi memang memutuskan untuk tidak mengakhiri hubungan setelah pengakuan berani Dona. Hal yang tidak mungkin dilakukannya, jujur atas apa yang dil
"Akang pasti suka lihat Kak Dona" ucap Lita saat menatap Dona menggunakan pakaian untuk acara pernikahan nanti "Kak Dona kenapa nggak mau tunangan sih?""Kamu aja nanti yang tunangan," jawab Dona cuek."Kalian ini serba cepat, memang sudah yakin?" tanya Lita yang tampaknya penuh rasa ingin tahu."Kamu tanya aja langsung sama Mas Fandi," jawab Dona sambil membalikkan badannya "Gimana?""Ini coba aja atau persiapan buat nikah?" tanya Lita sebelum menjawab pertanyaan Dona."Coba aja," jawab Dona menunggu jawaban Lita."Bagus dan seksi, aku yakin akang pasti langsung suka." Lita menjawab sambil mengarahkan ponselnya "Ibu hubungi."Dona memilih masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan dibantu pegawai butik, cukup lama mengganti pakaian dan saat keluar terkejut melihat Lita bersama dengan tiga wanita dimana dua wanita sudah Dona kenal yang tidak lain adalah ibunya Fandi dan kakak iparnya yang bernama Berry. Dona
"Dia ikut?" Dona menganggukkan kepalanya "Dia nggak ngapa-ngapain kamu, kan?""Belum sempat melanjutkan keburu Kak Berry datang, memang keluargamu nggak ada yang tahu benaran?" tanya Dona penasaran yang diangguki Fandi "Hubungan kalian kaya gimana sih sampai nggak ada yang tahu? Backstreet?" Fandi menggelengkan kepalanya "Terus?"Fandi mencubit hidung Dona pelan "Masa lalu akan lebih baik nggak dibahas, persis yang dikatakan Berry ke kalian berdua."Kedatangan Berry pada saat itu bagi Dona tepat dan tidak, pasalnya Dona tidak mendapatkan jawaban atas tujuan Laras berbicara tentang masa lalunya dengan Fandi. Seharusnya memang tidak perlu melakukannya, hal sama yang dilakukan Dona beberapa saat lalu yang menceritakan tentang perbuatannya."Melamun apaan? Bagaimana di agency sudah bisa ngikutin?" Dona menghembuskan napasnya panjang "Melelahkan, aku belajar hal baru untung ada Fabian.""Fabian itu udah punya kekasih atau menikah?"
"Mbak, ada yang mau bertemu."Dona mengerutkan keningnya mendengar suara resepsionis di sambungan telepon, membuka jadwalnya dan tidak ada agenda apa-apa. Asistennya tadi juga tidak mengatakan apapun perihal janji dengan seseorang, masih terdiam mencoba mengingat tapi nihil."Siapa?" tanya Dona akhirnya setelah diam cukup lama."Dia bilang namanya Laras," jawab resepsionis langsung.Dona terdiam mendengar jawaban dari resepsionis tentang siapa yang datang, mengingat pembicaraan mereka yang terhenti karena kedatangan Berry, tampaknya masih ada yang harus dikatakan oleh wanita yang pernah menjadi tunangan Fandi. Berpikir cukup lama mengenai tentang menerima atau menolak, Dona merasa tidak ada lagi yang harus mereka bicarakan."Antar dia ke cafe, bilang sama pegawai sana untuk melayani dengan baik." Dona akhirnya memutuskan menerima dan ingin tahu maksudnya "Sepenting apa sampai harus datang dan berbicara sama dia."Menatap ponselny
"Aku sama sekali nggak menyangka dia akan melakukan itu," ucap Fandi sambil memijat kepalanya pelan.Pertemuan tadi secara tiba-tiba menghubungi Fandi, meminta pria itu mendengarkan apa yang mereka berdua bicarakan. Memiliki pengalaman di masa sebelumnya dan juga pengalaman saudaranya membuat Dona mengambil langkah itu, tidak ingin Fandi tahu dari orang lain yang bisa saja sudah diputar ceritanya.Selain alasan itu, alasan lainnya adalah keterbukaan. Dona memang tidak memiliki hubungan baik dengan sang mantan karena langsung merasakan kekerasan, tapi bersama Irwan dirinya belajar banyak. Irwan mengajarkan banyak hal, tidak salah jika sulit move on dari pria itu, walaupun apa yang dilakukannya lebih parah dari Laras. Tindakan Laras mengingatkan Dona pada apa yang dilakukan ke Irwan dan Naila, sampai membuat hubungan mereka hampir berakhir."Bagaimana kamu punya ide agar aku mendengarkan semuanya?" suara Fandi membuyarkan lamunan Dona."Pertemuan te
"Apa mau kamu?" Fandi melakukan hal gila yang tidak pernah dilakukannya selama ini, komunikasi terakhirnya dengan Laras ketika mengetahui kehamilan wanita itu dengan kakaknya, setelah itu tidak pernah berbicara dalam. Pertemuan mereka hanya saat acara keluarga atau secara kebetulan di rumah orang tuanya, Fandi sendiri menyayangi anak mereka karena bagaimanapun ada darahnya disana."Memang dia udah bicara apa saja? Kamu baru mau bicara sama aku setelah cukup lama karena dia?" tanya Laras menatap Fandi dalam."Nggak usah drama, katakan saja apa mau kamu?" Fandi tidak menghiraukan kata-kata Laras."Apa kamu bisa memenuhinya?" tanya Laras tanpa menjawab pertanyaan Fandi "Kamu nggak akan bisa melakukannya.""Nggak usah berbelit, langsung katakan!" Fandi sudah tidak bisa menahan emosinya dan sempat membuat Laras terkejut."Kamu berubah, selama ini nggak pernah membentak atau mengeluarkan nada tinggi sama aku," ucap Laras dengan wajah
"Kamu ketemu sama dia?" Fandi memilih terbuka pada Dona terkait dengan Laras, tapi belum dengan Retno. Hatinya masih belum bisa membuka masalah Retno, seharusnya memang semua sudah berakhir seperti dengan mudahnya menyelesaikan dengan Laras."Kamu nggak papa?" tanya Dona dengan ekspresi khawatir."Aku nggak papa, setelah ketemu dia langsung ke rumah Kang Seno." Dona mengerutkan keningnya "Ngapain? Curhat? Memang nggak ganggu Kang Seno?" "Teh Berry udah tahu kalau Laras ngajak bicara sama kamu jadinya aku perlu bicara sama mereka, aku membutuhkan pendapat mereka." Fandi menjelaskan tujuannya bertemu Seno."Aku kira kamu nggak perlu pendapat orang lain, profesi yang berkaitan dengan hukum sesuai dengan buku dan yang terlihat tanpa perlu tahu keadaan sebenarnya." Dona menyindir sambil tersenyum."Nggak semua begitu, ada yang bersih." Fandi mengoreksi Dona yang hanya menganggukkan kepalanya "Aku nggak tahu kenapa dia ngga