“Kenapa dia selalu bisa selamat dari maut? Pertama dia lolos dari racun sianida yang kuberikan dan sekarang dia lolos juga dari cekikan orang misterius itu. Huhh ... harus dengan cara apa aku menyingkirkanmu Angel Lee? Kau selalu membuat hidupku susah, dasar jalang sialan!”
Naina tidak bisa mengelak, suara yang terputar dari rekaman itu adalah suaranya. Tidak ada yang bisa merekayasa atau memalsukannya. Gadis itu bingung, kenapa Jaydan bisa memiliki rekaman itu padahal Naina ingat betul dia mengatakan kalimat itu saat sedang sendirian di kelas. Tidak ada orang atau siapa pun, dia hanya mendumel sendiri setelah mendapat kabar bahwa terjadi pencekikan di ruangan BEM. Naina berharap Angel mati, sayangnya harapannya tidak terkabul.
“Bagaimana kau bisa mendapatkan rekaman suara itu, Kak? Kau memata-mataiku?” tanya Naina dengan suara bergetar.
Usai penangkapan Naina satu pekan lalu, Michelle dan Austin mendapat keringanan hukuman. Mereka akan dipenjara selama enam bulan karena pernah bersekongkol dengan Naina. Dua gadis itu menangis bahagia di dalam sel. Meskipun tidak langsung bebas setidaknya Austin dan Michelle tidak perlu menghabiskan mas muda mereka di balik jeruji besi. Biarlah kejadian kemarin menjadi pelajaran dan cermin untuk mereka berkaca, agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya."Maafkan kami, Angel, kami sangat berdosa padamu," aku Michelle saat Angel mengunjungi kedua temannya di tahanan."Kami lega akhirnya kebusukan Naina terbongkar dan kau tetap baik-baik saja," tambah Austin.Angel beruntung sekali karena ia diperkenankan untuk bertemu mereka sekaligus tanpa perlu bergantian.
Setelah mengunjungi Michelle dan Austin, Jaydan mengajak kekasihnya untuk makan di restoran favoritnya. Sekitar satu jam mereka makan-makan sambil asyik mengobrol. Perjalanan berlanjut ke bioskop dan tak terasa waktu sudah menunjukkan sore hari.Keduanya belum memutuskan untuk pulang cepat. Entahlah, hari ini terlalu indah untuk dilewatkan secepat itu. Angel berharap hari semacam ini bisa berlangsung lama atau paling tidak datang lagi di waktu-waktu berikutnya. Angel akan menjadi manusia paling bahagia jika semua hari dalam hidupnya terasa seperti hari ini.Jaydan tak luput memandangi sang kekasih, Angel banyak tersenyum dan yang membuatnya semakin senang adalah genggaman tangan mereka tak pernah terlepas selama berjalan di taman kota ini. Mereka sudah mengambil beberapa gambar untuk diupload di sosial media. Termasuk potret mesra keduanya yang sekarang semakin terang-terangan pamer keromantisan."Berhenti menatapku seperti itu, Jay, kamu membu
Satu bulan setelah proses penangkapan Naina, kehidupan Angel dan Jaydan benar-benar jauh dari huru-hara. Mereka menjalani hari-hari sebagai mahasiswa yang sibuk, mengurusi tugas, organisasi, melaksanakan ujian akhir, sampai tak terasa semester yang ditempuh akan segera berakhir. Hari ini ujian terakhir sudah selesai dilaksanakan, Karel bahagia bisa lepas dari pekan penuh tekanan.“Jay, nanti jalan-jalan, yuk!” ajak Karel sambil menggandeng lengan sahabatnya.Jaydan melepaskan gandengan itu cepat, fokusnya masih tertuju pada ponsel.“Tidak bisa, aku sudah ada janji.”“Ck, dengan si Evil Queen?”“Ya.”Karel mendesah berat, “Ayolah Jay, kau semakin tidak asyik. Kenapa harus selalu bersama Ang
Karel asyik bersiul saat memasuki kedai kekinian milik ibu Alessa. Tamu yang datang memang sedang banyak, dari pintu masuk lelaki jangkung itu bisa melihat kalau Alessa kerepotan melakukan pekerjaan ini dan itu. Alessa sekarang sedang membawa nampan besar berisi gelas-gelas kosong yang akan diangkut ke dapur.Dalam perjalanan itu, suasana sedikit tidak kondusif karena tamu-tamu yang tengah merayakan pesta ulang tahun temannya. Seorang pria tak sengaja menyenggol Alessa, gadis itu limbung dan hampir terjatuh. Untung ada seseorang yang menangkap pinggang sekaligus menahan nampannya. Sehingga baik Alessa maupun nampan itu gagal tersungkur ke bawah.“Kamu tidak apa-apa?” tanya lelaki itu.“Aku tidak apa-apa,” jawab Alessa.“Kamu Alessa, kan?” lelaki itu terlihat mengenali Alessa.“I-iya, maaf kamu siapa, ya?”Lelaki itu tersenyum, “Aku banyak mendengar kabar tentangmu, katanya kamu ini eksis
Brak!Gadis itu menggebrak meja keras-keras setelah mendengar kabar mencengangkan terkait perkembangan kasus dan kemungkinan hukuman yang akan gadis itu terima. Sang pengacara mencoba menenangkan Naina meski sedikit sulit karena Naina hampir lepas kendali.“Tenang, Nai, kau tidak boleh gegabah dan bersikap brutal seperti ini.”“Bagaimana aku bisa tenang Paman? Ini tentang nasibku, masa depanku, kenapa tiba-tiba tuntutan jaksa terhadapku bisa penjara seumur hidup? Tidakkah itu berlebihan, aku bahkan tidak berhasil membunuh Angel. Ini tidak setimpal, hukuman ini tidak adil, aku tidak bisa menerimanya!”“Kau harus tenangkan dirimu dulu, Nai. Biar Paman jelaskan detailnya padamu agar kamu paham. Paman juga perlu banyak informasi darimu karena laporan tambahan terkait kasusmu ini sungguh membuat Paman bingung.”“Laporan tambahan apa maksud Paman?”Naina menyugar rambutnya, ia menatap sang pengacara
Malam hari, waktu masih menunjukkan pukul tujuh. Angel bahagia karena malam ini dia kedatangan Alessa yang katanya akan menginap. Ya, setelah kurang lebih dua pekan tinggal bersama orang tua Jaydan, Angel memutuskan kembali ke rumah mewahnya. Ia merasa tidak enak jika tinggal di sana lebih lama padahal ia dan Jaydan baru pacaran. Meski tentu saja tidak ada yang mempermasalahkan tentang itu tetap saja Angel tidak nyaman.Ia juga merasa harus tinggal di rumahnya sendiri untuk memastikan semua pekerjanya baik-baik saja dan mendapatkan hak mereka. Sedikit demi sedikit Angel belajar mengelola perusahaan yang sebelumnya diurus oleh orang kepercayaan keluarga Adam Lee setelah mengalami sengketa saham akibat kasus tuduhan cuci uang dulu.Semuanya tidak mudah, Angel harus berjuang dari nol untuk belajar sesuatu yang sebenarnya tidak dia sukai. Demi Ayahnya apa pun akan Angel lakukan. Adam Lee pasti bahagia di atas sana karena perusahaan yang selama ini dia kembangkan jatuh ke t
Karel langsung berlari mendekati Alessa dan duduk di samping gadis itu dengan senyum semringah. Masih terngiang-ngiang anggukan dan ekspresi malu-malu yang ditunjukkan Alessa ketika ia mengakui bahwa dirinya memang menyukai Karel. Cinta Karel tidak bertepuk sebelah tangan.“Kau mau apa sih ke sini?” sewot Angel.“Tadinya aku hanya ingin mengganggu kekasihmu tapi tidak kusangka ternyata di sini ada Alessa.”Angel bertanya melalui tatapan mata pada Jaydan, memastikan apakah omongan Karel benar atau hanya mengada-ada.“Dia yang meminta diantar ke sini setelah tahu ada Alessa di rumahmu,” koreksi Jaydan tidak ingin dikambinghitamkan. Lelaki itu juga duduk di samping Angel seperti yang dilakukan Karel terhadap Alessa sebelumnya.Beberapa waktu lalu Jaydan dan Karel sedang berkumpul bersama teman-temannya, bukan teman biasa tapi orang-orang yang bisa membantu mencari pelaku pencekikan terhadap Angel. Tadi mereka berdis
“Ih, kamu sama saja mengesalkannya,” keluh Angel saat mendapati Jaydan seperti mendukung kalau Karel dan Alessa mau berduaan.“Mereka butuh waktu berdua untuk membicarakan kejelasan hubungannya.”“Ya tapi kenapa harus di rumahku? Kamu juga tidak bilang dulu akan datang ke sini.”“Sengaja, biar kamu dan Alessa terkejut.”“Sepertinya semua orang ada di pihak Karel.”“Kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, Angel, Alessa sudah mengakui kalau dia suka sama Karel. Biarkan saja semuanya bermuara sesuai alurnya.”“Tuh, kan, aku tidak salah. Setiap kamu jalan dengan Karel pasti tingkat menyebalkannya jadi meningkat.”Jaydan tersenyum, dia memegang dua sudut bibir kekasihnya, “Oke, aku minta maaf. Jangan cemberut begitu, senyum dong.”“Tidak mau!”“Kamu tidak senang aku berkunjung?”“Aku senang tapi j
Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Angel. Ujian hidupnya sungguh berat dan dia takjub pada dirinya sendiri karena bisa kuat dan bertahan sampai detik ini. Detik di mana ia bisa mengulang semua adegan demi adegan kehidupannya yang tak menyenangkan hanya dalam ingatan dan kenangan. Mendapat penolakan Jaydan di awal cerita, kehilangan sang ayah, dibenci semesta, berseteru dengan sahabat dan keluarga, bahkan sampai mendapat teror pembunuhan oleh dua orang gila yang dibutakan obsesi dan dendam kesumat.Ujian-ujian itu sungguh berat ketika dijalani namun ketika Angel berhasil melewatinya hanya tersisa perasaan lega terlepas dari hasilnya yang baik atau sebaliknya Angel tidak peduli. Dari semua kejadian yang menimpanya, Angel belajar banyak hal baru. Tentang rasa saling menghargai, pentingnya mempercayai seseorang, persahabatan yang tulus, pentingnya dukungan keluarga. Hal-hal sederhana yang tanpa sadar mampu menjadi penangkal berbagai masalah buruk dalam hidup.Memang
Tubuh Angel menghantam lemari sampai bergetar. Punggungnya terluka terkena pecahan kaca. Gerry terus melakukan serangan bahkan ketika Angel sudah tak berdaya karena lemas. Darah keluar sari telapak tangannya yang tersayat pecahan kaca.“Mati kau Angel Lee!” teriak Gerry siap menginjak bagian dada Angel.Sayang, sebelum aksinya berhasil sebuah tendangan mendarat di punggungnya dan Gerry pun tersungkur. Jaydan pelakunya, dia datang di momen yang tepat.“Angel,” cicit Jaydan khawatir, ia membantu kekasihnya untuk berdiri.Sementara Karel langsung melepaskan jaketnya dan menutupi bagian atas Alessa yang compang-camping. Amarah Karel mendidih, dia ingin melenyapkan Gerry dengan segera namun sekarang yang terpenting adalah Alessa. Lelaki itu ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.“Kamu tunggu di sini,” kata Jaydan lagi setelah menyisihkan Angel ke tempat yang aman.Tatapan nyalang tak ter
Di tangan Naina ada sebuah boneka beruang yang cukup lucu. Ia mendekati Angel seraya memamerkan senyum mengerikan ala psikopat yang ada di film-film thriler. Tangan satunya lagi memegang belati yang masih berlumuran darah Moca. Darah Angel mendidih detik itu juga, ia ingin berontak tapi waswas Naina menyerangnya dengan benda tajam itu."Kak Angel, kau mau tahu tidak bagaimana caraku menganiaya kucing kesayanganmu?" tanya Naina dengan suara dibuat seramah mungkin."Pertama, aku tangkap dia seperti ini," katanya sambil mencekik leher boneka beruang."Lalu dia mengeong kesakitan, aku yakin kau pasti menangis guling-guling kalau melihatnya. Setelah itu, aku sayat lehernya begini!"Sret!Suara robekan terdengar begitu nyata, Angel membayangkan boneka itu adalah Moca. Napasnya tiba-tiba sesak, dia tidak sanggup mendengar kelanjutan cerita Naina."Setelah itu aku tusuk bagian perutnya sampai seluruh jeroannya keluar seperti ini."Naina mengh
Tangan kanan Gerry menangkup pipi Angel sekuat mungkin, “Tidak usah berlaga bodoh, Angel Lee. Aku muak melihatnya! Ayo jawab, di mana kau melihat Antonio mati, hm?”“Apa urusanmu? Kenapa kau ingin tahu hal itu?”“Aku? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang anak malang yang harus kehilangan ayah terkasihnya karena monster kejam seperti ibumu. Antonio itu ayahku, Angel Lee, dan ibumu merenggut nyawanya dengan sadis tepat di depan matamu. Kau ingat sekarang, hah?!”Gerry mendorong kepala Angel sampai membentur lantai, Alessa memekik—ingin membantunya tapi tak bisa karena kedua tangannya terikat. Alhasil Alessa hanya bisa menangis sambil memohon ampun pada Gerry.“Kau dan ibumu sama-sama perempuan monster, Angel Lee! Kenapa kau masih hidup, hah? Akan lebih baik jika orang-orang seperti keluargamu mati cepat dan berkumpul di neraka! Tebus semua dosa kalian selamanya!”Angel menangis, dia ingat kejadian
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling