Share

061e

Penulis: Alma Varda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apalagi kamu yang statusnya masih mahasiswa. Udah pasti Tante nggak akan setuju dan nggak suka sama kamu…”

“Deo, kamu itu lagi skripsi. Kuliah kamu juga sebentar lagi selesai. Kalo cuma gara-gara aku, trus Tante aku marah dan kamu dicoret gitu aja, kan jadi sia-sia usaha kamu selama ini buat kuliah. Kan sayang juga kalo kamu sampe nggak bisa wisuda? Aku nggak mau ya kalo kamu sampe gagal gara-gara aku…”

“Sayang, asal kamu tau aja ya… Ijazah atau sertifikat itu buat aku nggak penting, dan bukan tolak ukur keberhasilanku. Aku mau wisuda atau nggak wisuda juga nggak masalah. Masa depanku nggak akan terganggu gara-gara kuliahku. Karena kan aku punya riwayat pendidikan, dan kerjaan yang lebih dari cukup buat aku bisa tetep kerja, hasilin uang, dan nabung buat masa depan kita berdua.”

“Selain itu juga, kamu tau sendiri kan alesan aku kenapa kuliah psikologi itu apa. Jadi, kalo sampe aku nggak punya ijazah ya udah. Jujur aja, aku bodo amat. Yang penting buat aku, materi yang aku butuhin itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Beda Usia, Beda Usaha   061f

    “Iya. Sejahat itu mereka.” Jawab Dinda dengan tegas. “Aku itu kalo ambil keputusan nggak bisa cuma setengah-setengah aja. Aku nggak sekedar parno-parno yang nggak jelas atau nggak beralasan ya... Terus menurut kamu, kalo sampe kamu kena masalah gara-gara aku, memangnya kamu pikir, aku bisa bersikap biasa aja dan seolah nggak terjadi apa-apa gitu?” + Seksi bener pacar gue kalo lagi kayak gini… Dia care… Dia mikirin gue dan masa depan gue sampe sedetil ini… + “Oke, sayang…” Kataku sambil bergerak untuk memeluk Dinda. “Sekarang aku bisa ngerti. Dan aku jadi sadar juga… Makasih ya… Kamu selama ini udah mikirin aku dan hubungan kita sampe jangka panjang dan sampe sedetil ini…” + Dan itu artinya, Dinda sayang sama gue… Sekalipun dia belum bilang apa-apa ke gue, tapi gue tau kalo dia sayang sama gue… Dan keyakinan gue ini bukan semata-mata karena gue yang ge’er sendirian… Tindakan Dinda, semua ucapan dia, dan semua yang dia lakuin itu udah secara langsung ungkapin kalo dia sayang

  • Beda Usia, Beda Usaha   062 - Adinda

    Sudah lewat dua hari di dalam minggu ini, dan sekretaris Bu Jenny masih belum juga memberiku kepastian mengenai keinginanku untuk berdiskusi dengan Bu Jenny. Semua usaha yang aku lakukan masih belum membuahkan hasil karena kesibukan dari Bu Jenny sendiri. “Win, gue kok ngerasanya Bu Jenny itu kayak sengaja ya buat menghindari gue sama lo. Dia mungkin mikirnya karena kita itu cuma perwakilan dari kampus, makanya Bu Jenny jadi kayak males banget gitu buat nemuin kita. Mungkin aja, Bu Jenny itu udah kelewat marah, di tahap yang nggak mau banget berurusan lagi sama semua hal yang berhubungan dengan Pak Henry.”“Bisa jadi sih, Din. Apalagi sekretarisnya juga selalu bilang kalo Bu Jenny lagi nggak ada jadwal kosong. Tapi, mungkin juga dia beneran lagi sibuk…”“Iya sekalipun sibuk, minimal ada komunikasi yang baik lah. Nggak malah menghindari kita berdua terus-terusan. Kita yang beneran nggak tau apa-apa dan cuma mau tanggung jawab sama kerjaan kan jadi kena stresnya juga.”“Lo ada relasi ya

  • Beda Usia, Beda Usaha   063 - Aldeo

    “Gimana?” Tanya Gagas yang baru saja duduk di sebelahku. “Di-ACC nggak lo akhirnya?”Aku mengangguk. “Tinggal gue rapiin lagi. Ejaan sama penulisannya. Daftar pustaka juga. Lo ada referensi buku buat nulis bahasa Indonesia yang baik dan benar nggak?”“Buka aja online.” Jawab Gagas. “Panduannya banyak banget di Google.”+Oh iya, bener juga si Gagas…Kenapa gue baru kepikiran…+“Oke, thanks…” Jawabku yang kemudian mengeluarkan ponselku yang ada di saku celana.“Lo kok bisa cepet banget ngerjain skripsinya, Yo?” Tanya Kevin yang duduk di hadapanku. “Bagi tips lah. Gue juga kepengen wisuda gelombang tahun ini soalnya.”“Iya, sama. Gue juga mau.”+Buset dah, apaan ya tipsnya?Gue selama ini cuma kerjain aja dengan niat.Sama sekali nggak ada tips khusus…+“Pikirin aja uang kuliah lo mahal.” Jawabku santai.“Yee! Itu juga gue udah tau. Nggak usah lo ingetin lagi. Maksud gue tips biar ngerjainnya bisa sat set sat set gitu.” Kata Gagas.“Itu juga maksud gue.” Kevin menambahi. “Lo padahal

  • Beda Usia, Beda Usaha   064 - Adinda

    Karena Deo lebih menyukai Western food daripada makanan Asia atau yang khas Indonesia, kali ini aku sengaja menyiapkan vegetables soup dan salmon steak with potato wedges untuk makan malam kita berdua. “Tinggal jus semangka kesukaan dia…” Gumamku sambil menata semuanya di atas meja makan. Menurut kalkulasi dari Deo sebelumnya, sekitar dua puluh lima menit lagi, dia baru akan sampai di rumah. Dan ternyata, sisa waktu yang aku punya masih cukup untuk aku menyiapkan semuanya tanpa harus tergesa-gesa. Aku bahkan masih bisa merapikan diriku sekali lagi supaya terlihat lebih presentable. + Masih belum pulang dia… Udah dua puluh menit lewat… Masih macet apa ya? Gue tungguin di sofa aja deh… Sekalian browsing dan cari ide buat kado wisuda Deo. Enaknya gue beliin dia apa ya? Apa yang sekarang ini lagi Deo kepengen banget atau butuhin tapi dia belum punya? Dia kok kayaknya udah serba ada semuanya… Mau gue beliin gadgets juga buat apa? Ruang kerja dia aja udah lebih lengkap dan bisa

  • Beda Usia, Beda Usaha   065 - Aldeo

    Sesuai rencanaku yang sebelumnya, pagi ini aku pergi ke kampus hanya untuk menyelesaikan sekaligus memperbaiki skripsiku. Dan targetku dalam minggu ini adalah aku sudah mendapatkan persetujuan dari para dosen pembimbing untuk segera maju ke tahap selanjutnya. Rasanya aku sudah tidak sabar lagi dengan kelulusanku. Aku benar-benar ingin perkuliahanku segera selesai supaya hubunganku dan Dinda tidak perlu disembunyikan lagi. Dan kita berdua juga tidak perlu khawatir jika ingin pergi jalan-jalan ke luar rumah. “Meja yang lain masih banyak yang kosong.” Kataku sambil melirik ke arah Rika yang mendadak duduk di sampingku. “Gue maunya duduk di sini. Gimana dong?” “Gue maunya lo pergi. Gimana dong?” “Takut pacar bohongan lo marah ya?” Tanya Rika sambil tersenyum menggodaku. + Makin gue tanggepin, makin menjadi ini anak… Terserah dia lah… Bodo amat. Mending gue fokus selesaiin skripsi. Biar abis istirahat nanti gue bisa langsung temui Prof. Djarot lagi. + “Deo, bantuin gue ngerjain

  • Beda Usia, Beda Usaha   065b

    + Buset dah. Males banget gue kalo harus turun tangan buat ngelerai orang sebanyak ini. Mana masih pagi pula. Nggak ada keran air di deket sini lagi. + Semakin lama aku mencari cara untuk melerai mereka, semakin aku membiarkan Gagas dan Kevin menjadi sasaran kekerasan fisik dari Mirza dan mahasiswa yang lainnya. “Heh! Lo semua bisa berhenti nggak?!” Bentakku dengan suara yang sangat lantang. + Buset! Kagak mempan lagi. Ini pada sarapan apa sih? Banyak bener tenaganya. Duh. Mau nggak mau nih. Udah lama juga gue nggak ninju orang beneran. + Aku menarik kerah kemeja salah seorang laki-laki yang sepertinya bukan teman satu angkatanku, lalu mendorong dia untuk bergerak minggir. Awalnya dia meronta, dan berusaha melawanku, namun aku berhasil untuk mengancamnya dengan mengarahkan kepalan tangan kananku di wajahnya. Enam anak lainnya kemudian juga terpaksa aku ancam dengan cara yang sama. Dua dari mereka melawanku balik, namun aku berhasil menghindari mereka dan memberi mereka

  • Beda Usia, Beda Usaha   066

    Seperti dugaanku, Mirza dan teman-temannya tidak mau berkata jujur di depan Erwin dan beberapa staff keamanan fakultas. Untung saja, Gagas masih sanggup untuk menjelaskan kronologi kejadiannya dari awal dengan sangat jelas. Selain itu, Erwin juga mengecek langsung hasil CCTV yang ditunjukkan oleh salah satu tim keamanan yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Dan memang benar, sesuai dengan penjelasan Gagas sebelumnya bahwa Mirza lah yang menyerang mereka terlebih dahulu. Fakta yang sebenarnya akhirnya terungkap dengan sendirinya. Meskipun tetap saja kita bersebelas masih harus diinterogasi satu per satu, dan memakan waktu hampir lima belas menit. Karena Erwin secara rinci mengorek penyebab perkelahian kita. “Siapa aja yang terlibat taruhan?” Tanya Erwin sambil menatap kita satu per satu dengan sorot mata yang tajam. “Saya tanya sekali lagi. Siapa aja yang terlibat taruhan?” Tanya Erwin dengan intonasi suara yang lebih galak daripada sebelumnya. Karena tidak ada satu pun yang berani

  • Beda Usia, Beda Usaha   067

    Ketika lukaku sedang dibersihkan di klinik, aku baru menyadari bagaimana kondisi luka yang ada di wajahku. Pantas saja bibirku terasa perih, dan rahangku juga terasa nyeri sejak tadi. Tapi untung saja, kondisiku tidak terlalu parah dan tidak separah Gagas atau Kevin. + Dinda gimana ya sekarang? Dia khawatir nggak ya sama gue? Mau gue hubungin tapi ini masih jam kerja dia. Nanti kalo dia tambah marah, malah repot sendiri gue. Tapi kalo nggak gue hubungin dia, yang ada gue malah kepikiran terus + Aku sengaja duduk dan memejamkan kedua mataku ketika menunggu Gagas dan Kevin yang sedang diperiksa, karena aku tidak ingin mendapatkan banyak pertanyaan dari Desi ataupun Rika. “Kejadian ini semua tuh gara-gara Bu Dinda tau nggak sih!” Kata Rika dengan intonasi suara yang kesal. “Kalo dari awal dia nggak muncul di kelas kita, gue yakin nggak akan ada musibah kayak gini.” “Ini tuh gara-gara Mirza kali, Rik. Bu Dinda mana tau mereka taruhan. Si Mirza aja ini yang makhluk sumbu pendek d

Bab terbaru

  • Beda Usia, Beda Usaha   088 - Aldeo

    Segala cara aku lakukan untukku bisa mengalihkan perhatianku dari perasaan gelisah yang sejak kemarin menghantuiku. Mendadak selera makanku hilang begitu saja. Aku mencoba untuk bekerja pun juga malah berakhir dengan melamun. Lagu-lagu yang aku dengarkan untuk membuat perasaan cemasku lebih tenang juga sama sekali tidak bekerja. Dinda masih belum pulang, dan belum memberiku kabar, dan rasanya waktu sedang berjalan dengan sangat lambat. + Gue tiduran di kamar aja apa ya? Kali aja gue bisa beneran ketiduran dan berhenti overthinking? + Mencoba untuk tidur adalah cara yang saat ini sedang aku coba untuk membunuh perasaan cemasku. Tubuhku berbaring lurus, kedua mataku terpejam, akan tetapi pikiranku masih saja terus berjalan. Aku lalu mengambil ponselku yang terletak di atas nakas. + Dinda kok lama? Lagi apa ya dia? Gue dengerin lagu lagi aja deh… Gue sambungin speaker aja… Biar kencengnya satu ruangan dan bisa ngalahin kencengnya pikiran gue… + Aku kembali memejamkan kedua m

  • Beda Usia, Beda Usaha   087 - Adinda

    “Sori ya, aku telat. Macet banget tadi.” Kata Gani yang terdengar seperti habis berlari. “It’s okay. Aku juga baru aja nyampe kok.” Kataku dengan intonasi suara yang santai. “Kita pesen dulu aja ya? Kamu mau makan apa?” “Kamu aja yang pesen, aku nggak usah.” “Yah, jangan kayak gitu dong… Masa aku makan sendiri sih?” “Aku buru-buru soalnya. Tapi kalo kamu mau makan, pesen aja nggak apa-apa.” “Ya udah, aku pesenin makanan sama cemilan buat kita ngobrol dulu ya? Kamu mau apa?” “Es Americano aja.” + Gue bales chat Deo nanti aja deh, kalo udah selesai… Biar gue fokus dulu ngobrolnya sama Gani… Toh, Deo udah gue kasih tau kalo gue udah di kafe… Gila, gue padahal nggak ngapa-ngapain dan Cuma mau nyelesaiin masalah gue sama Gani aja, tapi rasanya kok aneh ya? Berasa kayak gue jahat banget dan udah nyelingkuhin Deo secara halus… Tapi, nggak lah. Gue kan cuma mau ngobrol doang sama Gani. Bukan ngajakin dia balikan… Ini gue yang bayar apa Gani yang bayar ya? Dia sih bilangnya mau

  • Beda Usia, Beda Usaha   086

    Di saat Gagas, Desi, dan Fatima sedang sibuk membicarakan kemenangan kita di pengadilan tadi pagi, aku sibuk memikirkan Dinda yang malam ini akan bertemu dengan Gani. Sejujurnya aku merasa sangat gelisah sekali dan rasanya aku ingin mempercepat waktu supaya pikiranku bergerak menjadi lebih tenang. “Kevin di mana sih ini? Kok lama bener.” Tanya Fatima sambil mengamati jam tangannya. “Masih bimbingan dia.” Jawab Gagas. “Kita tunggu lima menit lagi aja. Kalo dia nggak dateng, kita pesen dulu berarti.” Kata Desi. “Pesen sekarang aja gimana? Buat makanannya lumayan lama soalnya. Sambil nunggu Kevin, sambil nunggu makanan dateng. Perut gue udah nggak kuat nih.” “Ya udah. Kevin gimana tapi?” Tanya Fatima. “Kita pesenin, atau dia nanti aja pesennya pas udah dateng?” “Pesenin aja. Kan kuahnya dipisah, jadi nggak akan medhok mienya.” “Gue nggak tau ya Kevin sukanya apa…” Kata Desi. “Dia mah apa aja suka. Pesenin komplit aja, kan kita juga belum pada makan dari tadi.” Kata Gagas. “Ya, u

  • Beda Usia, Beda Usaha   085

    Di rumah, aku lumayan heran dengan Dinda yang baru saja pulang kerja, dan langsung terlihat kebingungan mondar-mandir seperti sedang mencari sesuatu. “Kamu nyari apa sih, sayang?” Tanyaku sambil mengamati Dinda yang membuka beberapa laci di ruang tengah. “Ini…” + Ini? Ada apa ya ini? Dinda keliatan nggak kayak biasanya… + “Ini apa?” “Kamu jangan marah ya tapi?” Dinda menatapku dengan sorot mata yang khawatir. “Aku lagi nyari kalung pemberian. Tapi, aku lupa taruh di mana.” + Kalung? Oh, kalung dari Gani nih pasti… + “Kamu duduk dulu sebentar. Aku ambilin kalungnya.” Kataku yang kemudian bergegas menuju ruang kerjaku terlebih dahulu. + Dinda mendadak sadar kehilangan kalungnya, atau ada apa ya? Gue kirain dia udah lupa sama kalungnya… + “Ini bukan yang kamu cari?” Tanyaku sambil menunjukkan kalung yang pada saat itu tidak sengaja aku temukan. “Iya, ini…” Jawab Dinda sambil mengamati kalungnya yang berwarna rosegold itu. “Dari Gani kan itu?” “Iya… Kalungnya kok bisa

  • Beda Usia, Beda Usaha   084 - Aldeo

    “Yo, besok jam sembilan pagi, lo bisa ngeluangin waktu buat hadir di persidangan nggak?” Tanya Kevin yang baru saja duduk di depanku. “Bisa.” Jawabku sambil tetap fokus dengan pekerjaanku sendiri karena aku sudah tidak terlalu kaget dengan berita ini. “Lo bawa surat panggilannya nggak?” “Bawa, nih. Gue memang mau tunjukin ke lo sekalian.” “Gagas sama yang lainnya udah tau?” Tanyaku sambil membuka amplop coklat dan mengeluarkan satu lembar kertas putih yang berisikan undangan untuk menghadiri pengadilan. “Udah. Ini Gagas lagi nemui Fatima sama Desi… Gue sampe tadi mampir ke pos polisi sebentar buat tanya ini logo suratnya asli atau nggak. Menurut lo asli kan ya ini, Yo? Bukan hoax.” “Iya, ini asli.” Jawabku dengan intonasi suara yang penuh keyakikan. “Lo udah siap buat besok?” “Ya, siap. Hadapi aja besok.” Jawab Kevin sambil mengeluarkan laptopnya. “Nanti gue mau nemuin Bu Dinda dulu. Besok gue pagi ada jadwal konsultasi, semoga dia nggak keberatan kalo gue minta jamnya dimunduri

  • Beda Usia, Beda Usaha   083 - Adinda

    “Halo, iya, kenapa, Sal?” Tanyaku yang baru saja bangun tidur dan ke luar dari kamar tidur karena aku tidak ingin menganggu Deo yang sedang tertidur nyenyak. “Dinda! Gue ada kabar baik buat lo!” Kata Salma dengan intonasi suara yang penuh dengan semangat. “Sal, ini masih setengah empat dan lo kenapa bisa sesemangat ini?” “Gue baru mau tidur ini. Dengerin gue baik-baik ya. Lo udah bangun kan?” “Udah… Apa buruan? Gue mau balik tidur lagi…” “Jadi, mahasiswa lo yang begajulan dan anarkis keroyokan itu, semuanya, udah berhasil ditangkep dan diamanin di dalem sel. Surat panggilan buat sidang juga udah selesai dibuat, jadi bilangin ke laki lo, dia sama temen-temennya harus siap. Karena hari ini dikirim, dan lusa kalian maju ke persidangan?” “Lusa? Kok bisa cepet banget sih, Sal? Ini gue nggak ngelindur kan ya ngomong sama lo?” “Nggak, Dinda. Ini beneran. Gue tadinya dapet jadwal buat kalian hari Jumat pagi. Tapi, mendadak gue dikabarin dan tanggalnya dipercepat. Gue sendiri juga sempe

  • Beda Usia, Beda Usaha   082

    “Kamu kalo belum ngantuk, cerita aja, sayang…” “Kamu memang belum ngantuk?” Tanya Dinda balik. “Belum.” Jawabku sambil memiringkan badanku untuk menatap ke arah Dinda yang berbaring terlentang di sebelahku. “Tadi, sebenernya itu, aku sama Bu Jenny lebih banyak ngobrolin berbagai macam hal di luar kepentingan aku. Terutama kita ngobrolin soal makanan sih, karena Bu Jenny hobi kuliner gitu. Dan untungnya aku bisa masak, dan tau sama masalah dapur, jadi aku bisa cepet nyambung sama dia.” “Kalo soal Pak Henry, ya…” Dinda menghela nafas pelan terlebih dahulu. “Ternyata bener firasat aku. Memang dia yang nggak beres…” Kata Dinda yang kemudian terdiam dan menatap kosong ke arah langit-langit kamar kita. “Kenapa Pak Henry?” “Korupsi.” Jawab Dinda dengan pelan. “Jualan kursi mahasiswa juga.” Aku mengernyitkan dahiku yang bagian tengah. “Maksudnya jualan kursi mahasiswa?” “Ya, jadi kalo ada calon mahasiswa yang mau daftar, Pak Henry bisa jamin buat orang itu bisa diterima tanpa tes, asa

  • Beda Usia, Beda Usaha   081 - Aldeo

    “Gimana tadi, sayang? Lancar kan?” Tanyaku langsung ketika Dinda berjalan menghampiriku. Dia tidak menjawab pertanyaaku barusan dan memilih untuk langsung memeluk tubuhku dengan erat. Aku tersenyum dan membalas pelukannya, sambil menciumi bagian kepalanya. “Aku anggep, pelukan dari kamu ini artinya rencana yang kita susun, akhirnya berjalan dengan lancar.” “Lancar banget.” Jawab Dinda sambil memelukku dan menatap kedua mataku. Kedua matanya berkaca-kaca dan bahkan terlihat seperti hampir menangis. “Thank you.” Katanya yang kemudian mengecup bibirku dengan lembut. “Aku udah beliin kopi pesenan kamu. Mau makan siang bareng nggak?” “Ugh, aku nggak bisa. Tadi aku dapet telepon dari orang HRD, dan aku mesti ketemuan sama mereka dulu.” “Ya udah, kamu habis itu balik ke gedung S1 atau S2.” “S2. Ada yang harus aku urus dulu sebelum resign. Maaf ya?” “Okay, tapi kamu jangan lupa makan ya, sayang?” “Iya…” “Karena urusan pentingnya biar kamu lancar buat resign, ya udah, nggak apa-apa. Se

  • Beda Usia, Beda Usaha   080 - Adinda

    Senin, tepat pukul sepuluh pagi, jantungku mendadak berdegup lebih cepat daripada biasanya karena aku sedang menunggu Bu Jenny untuk pergi ke bakery shop langganan dia. Pikiranku saat ini terbelah menjadi dua antara keselamatan Deo, dan Bu Jenny yang sebentar lagi akan muncul. Aku tau dan aku percaya dengan kemampuan Deo, hanya saja aku benar-benar khawatir dengannya. Dia sudah berani mengambil resiko untuk membantuku dan sekarang aku yang malah takut kehilangannya. + Dinda, tenang ya, Dinda… Semuanya bakalan baik-baik aja… Lo jangan terlalu overthinking dan parno nggak jelas. Tujuan lo kan bukan mau jahatin orang, jadi lo nggak perlu ketakutan berlebihan kayak gini… Inget, Deo udah berusaha banyak, sampe rela ngelakuin hal yang beresiko banget buat dia… Jadi lo mesti bisa fokus, dan kerjain semuanya dengan baik… Jangan bikin usaha yang udah Deo lakuin buat lo, jadi berantakan dan berakhir sia-sia… Pokoknya lo pasti bisa! Lo tinggal pura-pura nggak sengaja ketemu Bu Jenny…

DMCA.com Protection Status