Sepasang suami istri tersebut membawa Niken kerumahnya. Diatas mobil milik pasangan suami istri tersebut Niken mulai sadarkan diri secara perlahan dari pingsannya tadi.
Aroma minyak kayu putih khas dari ambon tercium di indra penciuman Niken. Minyak kayu putih tersebut memiliki aroma khas membuat Niken perlahan membuka matanya akibat rasa perih dan sejuk yang ada di sudut hidungnya.
"Kamu sudah sadar cantik?!" ucap wanita yang menolong Niken.
Niken mengguk lemah dan berusaha memperbaiki posisi duduknya saat ini.
"Nama kamu siapa cantik?" tanya wanita tadi.
"Nama Saya Niken nyonya," jawab Niken lirih.
"Pagil saya dengan sebutan Mami Rena. Dan suami saya Papi Bras," ucap Wanita yang menolong Niken.
Mami Rena memiliki kulit eksotik dan rambut yang terlihat ikal Niken bisa memastikan wanita yang ada dihadapannya ini berasal dari timur negara yang ia huni saat ini. Sementara suami ibu Rena memiliki wajah dan berkulit putih khas orang barat dan suami Ibu Rena berkebangsaan Jerman.
"Cantik, sebelum kami mengantarkan kamu pulang sebaiknya kamu istirahat dulu dirumah kami," ucap Mami Rena kepada Niken.
Niken takpunya pilihan lain saat itu. Tubuhnya lemas,kepalanya pusing dan Niken belum tau apa yang harus dia lakukan setelah mendengar jawaban dari pria yang merenggut kehormatannya.
"Apakah dunia sekejam ini kepada saya,?apakah dosa yang telah aku lakukan sehingga penderitaan selalu mengiringi setiap lagkahaku. Ibu dan abang yang membenciku sampai sampai aku rela diasingkan jauh dari mereka. Kini masa depan dan harga diriku sebagai wanita sudah hilang. Tuhan...," ucap Niken membatin.
Niken beristirahat dikamar tamu dirumah keluarga Brasco. Kedua pasangan suami istri tersebut hanya memiliki satu orang anak namun pada saat ini anak mereka sedang menempuh pendidikan dijerman.
Tuan Brasco mempunyai perusahaan yang cukup besar dibidang expor inport bahan tambang mentah. Kini anak tunggal mereka sedang mendalami ilmu untuk memajukan usaha mereka.
Didalam kamar Niken tak heti henti Menagis meratapi nasibnya. Bayangan dirinya hamil bermunculan dibenaknya.
Saat ini Niken masih bersatus mahasisa disebuah perguruan tinggi bagian Akutansi. Niken mendapatkan beasiswa untuk kuliah diluar ngeri namun sampai saat ini ia belum mengambil beasiswa tersebut.
Untuk menghidupi dirinya Niken menerima tawaran mengiringi penyanyi di kafe kafe sebagai penabuh dram, terkadang Niken ikut bernanyi. Sekali tampil Niken dibayar 1rb perlagu untuk mengiringi penyanyi.
Wajah Niken yang cantik dan gaya yang tomboy membuat Niken banyak disukai pria baik seusianya maupun pria hudung belang namun, sampai saat ini Niken belum mau menjalin kasih kepada pria manapun. Setelah ia putus dari cinta pertamanya yang berprofesi seorang guru olah raga ketika dia masih duduk dibangku seolah dulu. Namun karena penyakit radang otak guru olahraga Niken yang merupakan cinta pertamanya meninggal dunia.
Setelah peningalan kekasihnya kini Niken fokus untuk pendidikannya. Namun setelah apa yang menimpanya kini seolah masa depannya gelap ia kini tak memiliki tujuan lagi.
Tiga bulan lagi Niken akan mencapai gelar S-1 bagian akuntansi Niken sudah merencanakan akan melamar bekerja diperusahaan bonafit dengan gelar yang ia miliki namun semua hilang dalam sekejap.
Membayangkan itu semua tak terasa air mata Niken mengalir tak henti. Niken terisak dalam diam, Niken tak memiliki tempat untuk bercerita saat ini.
Jika Niken bercerita kepada rekannya pastinya rekan rekannya mengangap Niken adalah wanita murahan. Apalagi yang rekan rekannya tau Niken bekerja keluar masuk kafe.
Istri Tuan Brasco diam diam memperhatikan Niken dari balik pintu yang tidak ditutup rapat.
Niken terisak dengan membekap mulutnya sendiri ia tidak tau apa yang harus ia perbuat.
Seketika Niken terkejut setelah ada tangan lembut menyentuh bahunya. Sentuha penuh kasih sayang.
Niken berbalik melihat tangan lembut uang kini berada dibahunya. "Nyonya...," ucap Niken lirih sambil menghapus air mata yang masih mengenag di pelupuk matanya.
Mami Rena duduk ditepi kasur tepat dihadapan Niken. Ia menatap kedalam mata Niken dengan lembut beliau mengengam tangan Niken dengan kasih. "Menagislah jika itu membuat beban yang engkau pikul bisa terasa ringan," ucap Mami Rena
Mata Niken seolah terkunci ia tidak bisa menghindar dari tatapan mata mami Rena.
Niken memeluk tubuh wanita yang baru ia jumpai ia menumpahkan segala sesak didadanya lewat airmata yang tiba tiba tak bisa ia tahan. Sapuan hangat dipungungnya membuat Niken merasa tenag dan damai. Seolah pelukan dari ibu kandungnya yang selama ini ia rindukan.
Setelah Niken bisa menguasai dirinya barulah Niken melepaskan pelukan Mami Rena.
"Maaf nyonya baju anda basah," ucap Niken menunduk
"Tidak masalah. Mami bisa ganti pakai baju yang kain."
"sepertinya maslah yang sedang kau alami sangat berat anak cantik," ucap Mami Rena sambil mengelus pungung tangan Niken yang ia genggam.
Niken menatap nanar kesembarang arah ia tidak tau harus menjawab apa atas pertanyaan Mami Rena.
"Jika kamu belum mau cerita yah sudah tidak perlu memaksakan diri untuk cerita. Tetapi jika kamu sudah siap bercerita Mami siap mendengarkan. Terkadang kita butuh seseorang untuk bercerita untuk membatu meringankan beban, degan bercerita kepada orang yang kita angap bisa dipercaya mana tau orang tersebut bisa membantu kita menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang kita pikul," ujar mami Rena panjang lebar.
Niken terdiam mencerna ucapan mami Rena.
"entah mengapa setelah melihat kamu. Mami langsung sayang dan menggangap kamu seperti putriku." ucap Mami Rena tulus.
"Mungkin setelah mendengar cerita ku Nyonya akan jijik dan tak mau lagi bertemu dengan Niken," ucap Niken dengan suara lemah.
"Semua orang mempunyai jalan hidup masing masing. Apapun jalan yang orang pilih entah itu jalan kebaikan atau pun jalan yang salah kita sebagai manusia tidak bisa langsung menganggap mereka itu salah. Setiap orang punya alasan masing masing atas pilihannya." ujar Mami Rena lagi.
Niken terdiam sejenak. Ia ragu untuk menceritakan masalahnya kepada wanita yang baru ia kenal.
Niken memberanikan diri untuk bercerita tentang apa yang menimpanya. Sambil berlinag air mata Niken menceritakan kisah pilu dirinya yang di cap sebagai anak pembawa sial oleh ibu dan abangnya. Meski begitu Niken tak membenci mereka Ketika Niken bercerita tentang dirinya yang tak perawan lagi Mami Rena tekejut apalagi setelah Niken menceritakan pria yang menodainya tak mau bertanggung jawab.
Mami Rena merasa ibah dan ikut hanyut dalam cerita dan kisah yang menimpa Niken.
"Tinggalah bersama ku dirumah ini. Apabila kamu mengandung anak dari pria berengsek itu kami akan tetap menerima kalian sebagai bagian dari keluarga kami," ucap Mami Rena sambil mengengam tangan Niken yang terasa dingin.
Kalau suka jangan lupa koment yah maksih
Niken kini tinggal dirumah kelurga Brasco. Ia diperlakukan sangat baik tiga bulan setelah kejadian dimana kehormatan Niken direngut tanpa seizinya Mami Rena membawa Niken periksa kedoter kandugan. Niken terlihat lemas dan wajahnya pucat setalah mengikuti ritual wisudah dikampusnya. "Mam, ini kan dokter kandugan!"ucap Niken dengan wajah penuh tanya. "Iya sayang, ini memang klinik dokter kandungan kita akan periksa disini," Ujar mami Rena menjelaskan. "Kita?" tanya Niken bigung. "Iya sayang Mami mau menemani kamu periksa. Kamu ngak sadar dengan tanda tanda kehamilan yang kamu alamai." Niken tiba tiba menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Ia cukup terkejut dengan ucapan Mami Rena. "Mam. Apa sekali hubugan saja orang bisa hamil?" tanya Niken ragu. "Bisa sayang apalagi jika kamu pada saat itu sedang posisi subur." jawab Mami Rena santai. Niken tiba tiba menagis ia membayangkan bagaimana dengan diriny
Hari hari yang Niken lalui saat ini terasa berat. Setelah wisudah sebenarnya Niken ingin langsung bekerja namun dengan kondisi kehamilannya saat ini Niken takut jika ia bekerja rekan kerjanya nanti mempertanyakan kehamilannya. Bagaimana jika nanti orang tau jika Niken hamil diluar Nikah sudah pasti ia akan dihujat habis habisan. Mami Rena masuk kekamar yang dihuni oleh Niken. "Sayang...,ada sesuatu yang ingin mami bicarakan." Sambil berjalan menghampiri Niken yang tengutak atik lebtobnya. "Bicara saja Mami, Niken siap mendengarkan." "Mami dan Dedy Bras sudah memikirkan bagaimana kalau kami mencarikan kamu pria yang mau menikahi kamu sampai anak kamu lahir?!" Niken menatap Mami Rena dengan sendu."Mami...,apa ada yang mau menikahi wanita yang telah dihamili oleh pria lain?" "Kami akan mencarikan kamu pria yang mau sayang. Kalian hanya menikah kontrak setelah anak kamu lahir kalian akan bercerai. Kami melakukan ini
Niken tak berani ikut makan siang bersama keluarga Brasco setelah tadi mendengar ucapan Bram. Niken cukup tau diri poisis dirinya hadir dikeluarga ini.Niken tak mau disangka perebut. Niken berada dirumah itu semata mata karena kebaikan kedua pasangan suami istri tersebut."Niken mana, mengapa tak ikut makan bersama kit?" Tanya Dady Bras kepada istrinya."Kata Niken dia makannya sebentar saja dia masih kenyang," jawab Mami Rena sambil menyendokan nasi dan lauk kepiring suaminya itu."Seharusnya dia harus makan tepat waktu. Kasihan bayi dalam kandungannya nanti kekurangan asupan gizi," ujar Dady Bras lagi.Bram tersedak ketika mendegar ucapan Dadynya. "Pelan pelan dungk sayang," ujar Mami iren yang duduk disamping anaknya."Mami memungut anak angkat dari tempat pelacuran?" tanya Bram dengan wajah serius.Bram tidak diberi tau kisah Niken mami Rena hanya menceritakan kepada anaknya itu bahwa ia
Pagi itu Niken bagun seperti biasa pukul 5 pagi setelah melakukan ritualnya sebagai seorang muslim ia berkuat didapur untuk menyiapkan sarapan untuk Dady Bras dan Mami Rena. Sebelum tidur selamam Mami Rena meminta Niken untuk membuatkan Bram pancake seperti yang ia buat sore harinya. Meski dirumah itu memiliki asisten rumah tangga namun Niken selalu menyiapkan sarapan untuk orang rumah meski berkali kali bik sum melarangnya. Pukul 7 pagi sarapan telah terata di meja dengan cantik. Nasi goreng, roti bertoping telur ceplok kegemaran Dady Brasco serta pencake rekuisan Mami Rena. Setelah memasak sarapan Niken memangil Mami Rena memberitau jika sarapan dimeja telah siap. Niken berniat menuju kamarnya meniki anak tangga, Niken sibuk membersihkan noda coklat yang mengotori baju yang ia kenakan tanpa memandang kedepan. Dari arah berlawanan Bram turun dengan tergesa gesa sambil mengancing lengan kemeja yang ia kenaka
Bram tiba dikantor milik Ayahnya yang kini dipercayakan olehnya untuk mengurus usaha Dadynya. Seusai rapat yang dipimpin olehnya, Bram kembali keruangannya. Disana Widya telah menanti dirinya dengan mebawa bekal untuk makan siang Bram. Widya berprofesi sebagai model majalah dewasa. Widya dan Bram sudah menjalin kasih selama tiga tahun namun hubungan mereka jalan ditempat tak pernah ada keiginan untuk menikah, Mami Rena belum mau menyetujui hubugan anaknya tersebut dikarenakan profesi Widya yang seorang model majalah dewasa. Mami Rena yang masih menjunjung tinggi budayanya mengangap Widya menjual kemolekan tubuhnya kepada pria meski hanya lewat gambar. "Sayang...," Ucap Widya manja ketika Bram telah memasuki ruangannya. Bram menoleh ketika ia mendengar suara Widya Bram memaksakan senyumnya kepada widya berjalan menghampiri Bram yang duduk dikursi kebesarannya. "Sayang..., kamu pulang tidak mengabari aku sih."
Tak seperti biasanya malam ini Bram memilih untuk pulang kerumah kediaman orang tuanya lebih cepat. Sesampai dirumahnya Bram menyapa kedua orang tuanya yang sedang duduk dimeja makan. "Malam mam,Dad," sapa Bram ketika ia memasuki ruang keluarga yang letaknya tak jauh dari posisi Bram saat ini. "Malam sayang.tumben kamu cepat pulang biasanya...," ucapan Mami Rena terhenti ketika Niken datang membawa makanan yang dimasaknya. "Wanginya..," puji mami Rena Niken meletakan hidagan yang telah ia siapkan. malam ini Niken memasak ikan dan membuat sayur cah kangkung dan ayam goreng ala Niken.. "Silahkan disantap mam,dad," ucap Niken mepersilahkan. Dady Bras sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan Niken. Seperti yang sudah sudah ketika Niken memasak hidangan untuk kelurga angkatnya maka kedua pasang suami istri itu melahap makanan tanpa sisa. "Bram sini kita makan malam bersama. Semua ini Niken yang masak," ucap Da
Dua bulan sudah Bram tinggal satu atap bersama Niken dirumah orang tua Bram akhir ahir ini Bram sesekali menyapa Niken yang terlihat sibuk, entah itu ketika Niken sibuk didapur untuk memasak sesatu yang kini menjadi hobinya atau ketika Niken tengah sibuk membatu merapikan taman semua tak luput dari perhatian Bram. Niken selalu membuat orang disekelilingnya tertawa sehingga tak heran ketika para asiten rumah tangga yang bekerja dirumah itu mengetahui Niken akan pergi keluar negri mereka turut bersedih. Mereka sudah terbiasa dengan kehadiran Niken ditengah mereka Niken selalu membuat orang merasa nyaman bila berada didekatnya sikap yang ramah dan selalu sopan membuat orang mudah menyayangi dirinya. Begitu pun dengan Bram meski ia tak begitu intens dekat dengan Niken namun ia memperhatikan semua sikap Niken. Akhir akhir ini Bram selalu saja cepat pulang kerumahnya membuat kekasihnya semakin marah. Namun Bram tak ambil pusing toh hubugan nya dengan Wanita itu
Bram berjalan memasuki area pusat perbelanjaan dengan mengandeng tangan Niken tujuan Bram lantai 5 dimana ada sebuah butik dengan merek ternama yang ia ingat ketika menemani kekasihnya dahulu berbelanja. Berulang kali Niken menarik tangannya agar gengaman tangan Bram terlepas namun tatapan mata Bram yang memberikan isyarat agar Niken menuruti langkahnya membuat Niken pasrah. dilantai lima kini Niken dan Bram berada Niken bertanya tanya dalam hati mengapa Bram mengajaknya ke butik tersebut. "Tolong pilihkan gaun yang cocok dengan gadis itu." Ucap Bram seraya menunjuk ke arah Niken yang sedang bingung sendiri. "Nona mari saya bantu untuk mencoba baju yang cocok untuk anda," ucap pelayan toko tersebut dengan ramah. "Saya...!?" tanya Niken bigung. Pelayan toko tersebut menjawab dengan menganggukan kepalanya. "Tapi saya tidak mau beli baju mba," ucap Niken datar. "Mamih belum bilang kekamu malam nanti kit
Niken meninggalkan Bram yang masih berada di tempat acara berlagsung. Tagisan yang sejak tadi ditahan oleh Niken membuat dadanya terasa sesak, ingin ia menjerit menumpahkan segala emosi yang ia tahan namun, tingkat kewarasan Niken masih ada.Kini Niken berjalan tertatih sambil memegang hils yang ia gunakan tadi. Rasa keram yang tiba tiba menyerang kandungan nya membuat Niken malakukan itu.Niken duduk disebuah halte bus untuk beristirahat, ia menoleh kearah hotel mewah yang tempat acara ulang tahun yang ia datangi bersama Bram.Niken tersenyum getir ketika ia sadar bahwa Bram tak berusaha mengejar dirinya ataupun membela dirinya tadi."tuhan jangan engkau tambah lagi beban hidup ku. Hamba tak kuat lagi menjalani ini semua," ucap Niken dalam hatinya.Hilir mudik orang melintas dihalte itu hampir semua orang memandang aneh kepada Niken. Dengan mengunakan gaun yang mewah dan memegang hils nya orang orang mengira Niken wan
Sesampai dipelataran hotel yang dituju dimana pesta ulang tahun kerabat bisnis Bram akan di adakan Niken terlihat gugup sebelum keluar dari dalam mobil milik Bram. Rasa minder dan tidak percaya diri tiba tiba saya menyerang perasaan Niken. Bram menunggu sambil memperhatikan Niken yang terlihat berulang kali menarik nafasnya untuk menghilangkan rasa gugup nya. Melihat Niken yang belum bergerak untuk turun dari dalam mobil Bram sengaja batuk agar Niken menoleh melihatnya. Benar saja ketika mendengar suara Bram menoleh sambil memaksakan senyumnya, seolah mengerti degan jeritan dalam hati Niken Bram mengulurkan tagan nya membantu Niken turun dari dalam mobil. Dengan ragu Niken meraih tagan kekar Bram yang terlihat kokoh. Sekali lagi Niken menarik nafasnya dalam berusaha meyakinan diri untuk memasuki tempat acara tersebut. Niken dan Bram berjalan beririgan memasuki hotel mewah tersebut Niken menarik tagan nya dari gengam
Sesampainya dirumah keluarga Dady Brasco Niken turun dari mobil dan masuk kedalam rumah menuju kamarnya degan wajah dipenuhi air mata. Mami Rena terheran heran melihat Niken sperti itu, selama beberapa bulan tinggal bersama Niken baru kali ini mami Rena melihat Niken pulang dalam keadaan menagis. Mami Rena ingin menanyakan lagsung kepada Niken namun, ia harus tepat waktu untuk menghadiri acara keluarganua. Akhirnya niat untuk bertemu Niken ia urungkan. Pukul 6 sore Bram kembali kerumahnya degan pikiran campur aduk. Ia menyesali perbuatannya yang kasar terhadap Niken. Dengan menyembunyikan rasa bersalah nya ia naik kekamar Niken yang berada dilantai dua berdekatan dengan kamar mimik nya. Tok! Tok! Tok! Bram mengetuk pintu kamar Niken. Beberapa menit menunggu tak ada sahutan dari dalam Ia mencoba membuka daun pintu yang dipenuhi aksesoris wanita tersebut. Klek! Suara pintu t
Bram berjalan memasuki area pusat perbelanjaan dengan mengandeng tangan Niken tujuan Bram lantai 5 dimana ada sebuah butik dengan merek ternama yang ia ingat ketika menemani kekasihnya dahulu berbelanja. Berulang kali Niken menarik tangannya agar gengaman tangan Bram terlepas namun tatapan mata Bram yang memberikan isyarat agar Niken menuruti langkahnya membuat Niken pasrah. dilantai lima kini Niken dan Bram berada Niken bertanya tanya dalam hati mengapa Bram mengajaknya ke butik tersebut. "Tolong pilihkan gaun yang cocok dengan gadis itu." Ucap Bram seraya menunjuk ke arah Niken yang sedang bingung sendiri. "Nona mari saya bantu untuk mencoba baju yang cocok untuk anda," ucap pelayan toko tersebut dengan ramah. "Saya...!?" tanya Niken bigung. Pelayan toko tersebut menjawab dengan menganggukan kepalanya. "Tapi saya tidak mau beli baju mba," ucap Niken datar. "Mamih belum bilang kekamu malam nanti kit
Dua bulan sudah Bram tinggal satu atap bersama Niken dirumah orang tua Bram akhir ahir ini Bram sesekali menyapa Niken yang terlihat sibuk, entah itu ketika Niken sibuk didapur untuk memasak sesatu yang kini menjadi hobinya atau ketika Niken tengah sibuk membatu merapikan taman semua tak luput dari perhatian Bram. Niken selalu membuat orang disekelilingnya tertawa sehingga tak heran ketika para asiten rumah tangga yang bekerja dirumah itu mengetahui Niken akan pergi keluar negri mereka turut bersedih. Mereka sudah terbiasa dengan kehadiran Niken ditengah mereka Niken selalu membuat orang merasa nyaman bila berada didekatnya sikap yang ramah dan selalu sopan membuat orang mudah menyayangi dirinya. Begitu pun dengan Bram meski ia tak begitu intens dekat dengan Niken namun ia memperhatikan semua sikap Niken. Akhir akhir ini Bram selalu saja cepat pulang kerumahnya membuat kekasihnya semakin marah. Namun Bram tak ambil pusing toh hubugan nya dengan Wanita itu
Tak seperti biasanya malam ini Bram memilih untuk pulang kerumah kediaman orang tuanya lebih cepat. Sesampai dirumahnya Bram menyapa kedua orang tuanya yang sedang duduk dimeja makan. "Malam mam,Dad," sapa Bram ketika ia memasuki ruang keluarga yang letaknya tak jauh dari posisi Bram saat ini. "Malam sayang.tumben kamu cepat pulang biasanya...," ucapan Mami Rena terhenti ketika Niken datang membawa makanan yang dimasaknya. "Wanginya..," puji mami Rena Niken meletakan hidagan yang telah ia siapkan. malam ini Niken memasak ikan dan membuat sayur cah kangkung dan ayam goreng ala Niken.. "Silahkan disantap mam,dad," ucap Niken mepersilahkan. Dady Bras sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan Niken. Seperti yang sudah sudah ketika Niken memasak hidangan untuk kelurga angkatnya maka kedua pasang suami istri itu melahap makanan tanpa sisa. "Bram sini kita makan malam bersama. Semua ini Niken yang masak," ucap Da
Bram tiba dikantor milik Ayahnya yang kini dipercayakan olehnya untuk mengurus usaha Dadynya. Seusai rapat yang dipimpin olehnya, Bram kembali keruangannya. Disana Widya telah menanti dirinya dengan mebawa bekal untuk makan siang Bram. Widya berprofesi sebagai model majalah dewasa. Widya dan Bram sudah menjalin kasih selama tiga tahun namun hubungan mereka jalan ditempat tak pernah ada keiginan untuk menikah, Mami Rena belum mau menyetujui hubugan anaknya tersebut dikarenakan profesi Widya yang seorang model majalah dewasa. Mami Rena yang masih menjunjung tinggi budayanya mengangap Widya menjual kemolekan tubuhnya kepada pria meski hanya lewat gambar. "Sayang...," Ucap Widya manja ketika Bram telah memasuki ruangannya. Bram menoleh ketika ia mendengar suara Widya Bram memaksakan senyumnya kepada widya berjalan menghampiri Bram yang duduk dikursi kebesarannya. "Sayang..., kamu pulang tidak mengabari aku sih."
Pagi itu Niken bagun seperti biasa pukul 5 pagi setelah melakukan ritualnya sebagai seorang muslim ia berkuat didapur untuk menyiapkan sarapan untuk Dady Bras dan Mami Rena. Sebelum tidur selamam Mami Rena meminta Niken untuk membuatkan Bram pancake seperti yang ia buat sore harinya. Meski dirumah itu memiliki asisten rumah tangga namun Niken selalu menyiapkan sarapan untuk orang rumah meski berkali kali bik sum melarangnya. Pukul 7 pagi sarapan telah terata di meja dengan cantik. Nasi goreng, roti bertoping telur ceplok kegemaran Dady Brasco serta pencake rekuisan Mami Rena. Setelah memasak sarapan Niken memangil Mami Rena memberitau jika sarapan dimeja telah siap. Niken berniat menuju kamarnya meniki anak tangga, Niken sibuk membersihkan noda coklat yang mengotori baju yang ia kenakan tanpa memandang kedepan. Dari arah berlawanan Bram turun dengan tergesa gesa sambil mengancing lengan kemeja yang ia kenaka
Niken tak berani ikut makan siang bersama keluarga Brasco setelah tadi mendengar ucapan Bram. Niken cukup tau diri poisis dirinya hadir dikeluarga ini.Niken tak mau disangka perebut. Niken berada dirumah itu semata mata karena kebaikan kedua pasangan suami istri tersebut."Niken mana, mengapa tak ikut makan bersama kit?" Tanya Dady Bras kepada istrinya."Kata Niken dia makannya sebentar saja dia masih kenyang," jawab Mami Rena sambil menyendokan nasi dan lauk kepiring suaminya itu."Seharusnya dia harus makan tepat waktu. Kasihan bayi dalam kandungannya nanti kekurangan asupan gizi," ujar Dady Bras lagi.Bram tersedak ketika mendegar ucapan Dadynya. "Pelan pelan dungk sayang," ujar Mami iren yang duduk disamping anaknya."Mami memungut anak angkat dari tempat pelacuran?" tanya Bram dengan wajah serius.Bram tidak diberi tau kisah Niken mami Rena hanya menceritakan kepada anaknya itu bahwa ia