Blue City Apartemen
"Nona Andrea, Anda tak boleh seperti ini. Ini---ini ..."
"Sssstttt ...." Andrea menutup mulut Andre dengan jari telunjuknya.
"Maaf, Nona Andrea ...." Andre menjauhkan tubuh Andrea dari tubuhnya dan berdiri mengambil jarak.
"Tuan Andre, bukankah Anda yang bilang jika Anda tak memiliki kekasih?" tanya Andrea lirih.
"Apa? Maksud Anda?" Andre semakin tak mengerti.
"Tadi, hari ini ketika saya bertanya pada Anda sewaktu kita akan berpisah apakah Anda telah memiliki kekasih dan Anda bilang 'belum'."
Andre bergeming sesaat, mengingat dan mencerna ucapan Andrea.
"Itu ...."
"Apa? Apa Anda membohongi saya? Apa Anda sudah memiliki kekasih?"
"Sepertinya Anda salah paham dengan ucapan saya, Nona Andrea."
"Maksud Anda saya salah paham?" Andrea semakin penasaran.
"Saya bukannya belum atau tidak memiliki kekasih, tapi saya ... sudah menikah," jelas Andre.
Kontan, mata Andrea langsung terbelalak tak percaya mendengar ucapan Andre. Dia langsung menghampiri Andre dan mendekatkan wajahnya ke wajah Andre sambil berkata, "Anda bercanda, 'kan? Anda main-main Tuan Andre?"
"Maksud Anda?" tanya Andre bingung.
"Anda sudah menikah? Tapi, I didn't see your ring. Where's your ring then?" tanya Andrea langsung mengangkat tangan kiri Andre tinggi.
"Itu bukan urusan Anda! Maaf, Nona Andrea sebenarnya apa tujuan Anda mengundang saya makan malam?" sedikit curiga Andre.
"Sebagai ucapan terima kasihku karena telah menolongku." terang Andrea.
"Selain itu?"
"Selain itu? Apa menurut Anda saya terlihat seperti orang jahat, Tuan Andre?" tanya Andrea dengan ekspresi tak senang.
"Bukan itu maksud saya, Nona Andrea. Hanya saja ... kita baru pertama bertemu dan Anda sudah ...."
"Lalu kenapa? Apa itu salah? Apa aku tak punya hak untuk menyukai Anda?" tanya Andrea tak mau kalah.
"Tapi saya sudah menikah, Nona Andrea. Rasanya tak pantas bila Anda menyukai seseoramg yang sudah menikah."
"Siapa yang bilang? Aturan mana itu? Siapa yang buat!?"
Andre semakin tak mengerti dengan ucapan wanita cantik itu. Perlahan namun pasti Andrea kembali menghampiri dan mendekati Andre. Kali ini, tubuh Andre didorong lumayan cukup keras hingga punggungnya membentur dinding putih apartemen Andrea.
"No--Nona Andrea!!!" seru Andre kaget.
"Aku tak terbiasa dengan penolakan, Tuan Andre! Jadi, aku tak ingin dengar penolakanmu!" ucap Andrea dengan ekspresi wajah penuh hasrat birahi.
"K--kau kenapa? Nona Andrea!" seru Andre sekali lagi.
Namun Andrea yang tengah dipengaruhi oleh obat perangsang yang ia minum sendiri membuatnya tak mendengarkan ucapan Andre dan malah semakin liar! Bibir Andrea tak hentinya ingin menempel pada bibir Andre dan tubuhnya semakin dan semakin ditempelkan pada dada Andre yang bidang.
"Panas!" gumam Andre. "Jangan-jangan ...." Andre langsung melihat pupil netra Andrea yang terlihat mengecil dan mengeluarkan sedikit air mata, mulut serta tubuh yang terasa panas serta tangan yang selalu memegang bagian tubuh terlarangnya.
"Tak salah lagi! Dia pasti telah meminum aphrodisiac! Benar-benar wanita gila!" gumam Andre mencoba menjauhkan Andrea dari dirinya, namun apa daya wanita yang sedang dalam kondisi birahi tinggi itu langsung menarik tubuh Andre ke lantai dan keduanya pun langsung terjatuh bertindih satu sama lain.
"Panas ... panas ... sangat panas," ucap Andrea di atas tubuh Andre.
"A--aku ... aku ..." Andre sedikit bingung dan panik.
"Dinginkan aku ... dinginkan tubuhku. Dinginkan diriku ..." pinta Andrea lirih namun dengan tatapan penuh birahi.
Andre sebenarnya tahu bagaimana caranya mendinginkan 'panas' yang dimaksud Andrea. Namun, dia berusaha menahan meskipun kejantanannya telah berdiri tegak 90 derajat dan menyentuh organ intim Andrea.
"Panas ... panas ... panas ..." Andrea tanpa sadar bangun dari tubuh Andre dan mulai melucuti pakaiannya satu per satu!
"Nona Andrea!!!" seru Andre.
Kini, Andrea benar-benar tanpa sehelai benang yang menempel di tubuhnya. Andre hanya menelan saliva-nya melihat kemolekan dan lekuk tubuh sang supermodel dunia tersebut. Kulit putih kemerahan, dada besar dan padat berisi serta bagian tubuh belakang bak Jennifer Lopez benar-benar membuat Andre pusing dan kejantanannya semakin ingin keluar.
"Nona Andre, tolong ... jangan lakukan ini! Kumohon ... aku tak tahu apa yang akan terjadi bila aku lepas kendali." Andre berusaha bangun dan menghindar.
BRUK!!
Andrea langsung menindih Andre dengan tubuh topless-nya, panas dari tubuhnya sangat terasa dan membuat Andre serba salah.
"Ya Tuhan, apakah ini sebuah hukuman atau ujian lain yang Kau berikan padaku?"
"Dinginkan aku ... dinginkan tubuhku." Andrea mulai memainkan jari-jari panjang dan nakalnya dengan membuka kancing baju Andre perlahan dan sedikit tapi pasti kini jari-jemarinya telah berlabuh di celana yang dikenakan oleh Andre. Dibukanya zipper yang tak lagi dapat menutup kejantanannya dan tanpa pikir panjang, Andrea langsung melumat dengan bibir sensualnya kejantanan sang Dosen metroseksual itu. Andre, walau bagaimanapun berusaha menolak 'ajakan' Andrea, namun sang kejantanan berkata lain! Dirinya pun langsung merasakan surga ketujuh yang nikmat luar biasa tiada tara. Diselingi desahan akan kenikmatan dan kepuasan, keduanya pun larut dalam satu malam penuh petualangan liar lagi menantang.
Keesokan paginya, Andrea yang telah membuka matanya dan sadar sepenuhnya, melihat dirinya masih berada di lantai apartemennya dengan kondisi topless dan yang membuatnya terkejut ketika ia melihat Andre berada di sebelahnya dan dalam keadaan tubuh yang sama, topless!
"My Godddddd!!! What I've done????" serunya segera bangun dan mengambil pakaiannya.
Wajahnya pucat dan tampak beberapa tanda kemerahan yang membekas di leher dan dadanya! Tanda kemerahan berupa kecupan bibir yang menandakan bahwa mereka benar-benar melampiaskan hasrat dan nafsunya yang selama ini tertahan.
"Apa---apa---"
"Kau sudah bangun?" Andre tiba-tiba berdiri di belakang Andrea yang sedang bercermin.
"T--Tuan Andre??" Andrea terkejut membelalakkan matanya.
"Maafkan aku. Semalam ..." Andre menundukkan kepalanya dn dengan ekspresi bersalah.
Di luar dugaan, Andrea langsung menghampiri Andre dan memeluknya erat. "It's ok! It's ok, Tuan Andre ... aku--aku --- menyukainya," bisik Andrea malu-malu.
Andre terkejut dan membelalakkan matanya. Tangannya yang awalnya berdiri di samping tubuhnya, kini perlahan tapi pasti diangkat dan mulai memeluk Andrea dengan erat ... sangat erat.
"Nona Andrea ...."
"Panggil aku Andrea." Pinta Andrea sambil menatap netra Andre yang diliputi rasa bersalah dan penuh kesedihan.
"A--Andrea ...."
Andrea sekali lagi memeluk Andre dengan pelukan erat dan mencium pipi sang Dosen metroseksual itu dengan mesra.
"I love you," ucap Andrea penuh senyuman.
"A--apa? Nona Andrea ..."
"Ssssttttt, you don't have to give me the answer by now. Aku hanya ingin kau tahu jika aku menyukaimu, ah tidak ... tapi aku mencintaimu."
Andre hanya diam dalam pelukan dan dekapan erat sang supermodel seksi itu. Pikirannya mulai bisa terbuka dan sejenak melupakan permasalahannya dengan sang istri, Tania.
"Mungkinkah ini saatnya aku untuk melupakanmu, Tania??" gumam Andre tenggelam dalam wangi tubuh fan pesona sang Andrea Quinza.
Setelah Andrea mengungkapkan perasaannya terhadap Andre, mereka kemudian menghabiskan malam dengan penuh kenikmatan dan kepuasaan gairah bercinta. Andre yang selama ini tak dapat melampiaskan keinginannya dengan Tania akhirnya dapat terpenuhi keinginannya bersama dengan Andrea. Meskipun tak diinginkan dan tak mengharapakan dengan orang lain, namun sang kejantanan tak dapat menolak hasratnya akan rayuan dan godaan rubah betina nan seksi memikat, Andrea Quinza.****Lexi Czar Expedition HeadquarterLexi sedang memegang beberapa buah foto milik Ardelle yang tengah terbaring tanp menggunakan selembar benang pun. Senyum seringai licik sangat jelas tergambar dari wajah seorang Richard Lexi. "Yuri, ke ruanganku sekarang!" perintah Lexi memanggil sekretaris pribadinya.Tak lama, Yuri datang dan menghadap sang CEO, "Anda memanggil saya, Tuan?""Hnnnn. Perintahkan beberapa anak buahmu untuk mengawasi Ardelle! Ikuti ke manapun dia pergi! Jangan sampai dia mendekat
Tania yang masih merasakan kesedihan karena menerima telepon dari snag suami yang telah ada di dalam buku hitamnya langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih nan empuk dalam kamar hotel president suite-nya. Netranya dibenamkan dalam bantal putihnya, sisa air mata masih tampak terlihat di sudut kedua matanya, eyeliner yang waterproof pun tak mampu membuat mata indahnya terlihat indah saat ini. Tarikan napas panjang dan berat sesekali dikeluarkan dari bibir mungilnya. Mata berkontak lens biru langit itu seakan memancarkan kesedihan yang tak lagi dapat ditaham oleh mega. Layar ponsel yang telah matibpun tetap dipandangi oleh Tania, entah apa yang saat ini dia harapkan. Netra yang diselipkan dengan kesedihan dan kerinduan akan hadirnya seseorang di sisi Tania membuatnya bagaikan perempuan yang haus akan kasih sayang. "Ya Tuhan ... apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan? Kenapa pikiranku jadi melayang kemana-mana?" Tania segera bangun dari kasurnya dan tiba-tiba ponsel miliknya be
Lexi Czar Expedition"Tidak! Tidak! Tidakkkkk ...""Nona Tania ...hei!" Lexi menjentikkan jari tengah dan ibu jarinya tepat di depan wajah Tania. Tentu saja Tania yang sedang berdiri mematung dan melamun tampak terkejut dan tak sadar jika Levi sudah ada di depannya."Ya Tuhannnnnn, ilusi macam apa yang aku pikirkan barusan?" gumam Tania menahan malu di depan Lexi."Apa kau baik-baik saja?" tanya Lexi memperhatikan dengan saksama wajah Tania."Oh, ya! Aku--aku baik-baik saja, thanks.""Jadi, kau bisa menemaniku, 'kan?" tanya Lexi mendekatkan wajahnya pada Tania.Tania sangat grogi ketika Lexi mendekati wajahnya hingga ia bisa merasakan deru napas CEO tampan tersebut. "A---aku ...""Aku tak ingin ada penolakan!" sahut Lexi meskipun dengan suara datar ia bicara tapi seperti ingin menyatakan ketegasan sikapnya."Dan jika aku menolak?" sahut Tania seakan menantang sang serigala ...Tiba-tiba Lexi dengan cepat mem
"Kita sudahi saja hubungan ini." ucap Lexi memejamkan matanya.Ardelle yang mendengar kata-kata Lexi yang baru saja ia ucapkan langsung mengangkat kepalanya dan menatap wajah Lexi lekat."A--apa? Apa maksudmu? Berakhir?" tanya Ardelle tak percaya.Lexi mengangguk, "Benar. Berakhir!""Tapi kenapa? Kenapa Lexi? Apa--apa salahku? Apa salahkku!!" Ardelle mengguncang bahu Lexi dengan kencang.Tak ada tanggapan dari sang serigala! Sebaliknya, Lexi segera bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan Ardelle yang terus menuntut jawaban."LEXI! I'M TALKING TO YOU!! LEXI!!! COME BACK HERE!!!" teriak Ardelle dari atas kasur seraya menutupi tubuhnya yang tanpa selembar helai benang.Beberapa menit kemudian, Lexi yang telah selesai mandi segera keluar dan melihat Ardelle telah selesai berpakaian dan menunggu Lexi seraya duduk dan menghisap sebatang rokok dengan jari-jari gemetar. Lexi hanya bergeming melihat Ardelle deng
Kediaman Keluarga MedyedevKedatangan Lexi yang membawa Tabia membuat Eva Laika merasa tak senang. Namun demi mendapatkan kembali perhatian dan cinta seorang Richard Lexi, Eva rela melihat pujaannya datang dan menggandeng wanita lain di depan matanya. Namun kekesalan Eva Laika atas sikap Lexi tak bertahan lama, sesaat setelah kedatangan Lexi dan Tania, sebuah limosin hitam berhenti di muka pintu kediaman Medyedev. Sontak, Eva dengan senyum seringainya segera menghampiri limosi tersebut dan membuat Lexi juga Tania bertanya siapa gerangan yang ada di dalam mobil panjang tersebut. Tak lama berselang, sesosok wanita dengan mengenakan gaun malam lebar ala victoria berwarna biru dengan kalung berlian berliontin batu tosca kuning gading serta rambut yang digulung ke atas turun dari mobil panjang hitam itu. Dengan anggun, wanita yang sudah berumur itu berjalan dan tersenyum ke arah Eva Laika."Tante, selamat malam." Sapa Eva Laika memberi hormat ala bangsawan pada Maria Anna L
Maria Anna Luka Hendrikova, Richard Lexi, Tania dan sang tuan rumah, Eva Laika terlihat berada di meja makan besar dan panjang di kediaman keluarga Medyedev. Namun tak seperti makan malam yang diharapkan! Suasana tegang dan dingin membalut makan malam itu seperti di rumah berhantu. Penuh misteri dan teka-teki. Netra biru Maria yang tak pernah luput dari Tania membuat wanita cantik yang duduk di sebelah serigala Lexi sangat tak nyaman. Lexi sejak awal mengetahui jika sang mama telah menjadikan Tania sebagai 'target' dirinya. Namun, Lexi juga tak ingin mempermalukan Eva yang dulu memiliki hubungan spesial dengannya."Eva, kapan papamu akan kembali dari Belanda?" tanya Maria seraya mengangkat gelas berisi wine jenis rose wine."Mungkin esok atau lusa, Tante.""Begitu ya, sayang sekali ... padahal ada yang ingin Tante bicarakan dengan papamu. Tante pikir dia akan langsung kembali dari Belanda." Hembusan napas panjang di keluarkan Maria di sela minumnya.
Lotte Hotel MoscowMalam telah menunjukkan pukul 23.30 waktu Rusia. Jalanan yang mulai sepi membuat Tania sedikit takut dan was-was. Meskipun kini dia berada di dalam mobil milik Lexi yang bisa disebut super car, namun tetap saja kecemasan masih melanda wanita cantik ini. Dengan bantuan GPS yang ada di mobil Lexi, dia dapat menemukan hotel tempatnya menginap dengan mudah. Beruntung, vallet hotelnya menginap tetap beroperasional selama 24 jam. Dengan langkah cepat, Tania segera memasuki lift yang tengah terbuka dan langsung menekan lantai tempat kamarnya berada. Setelah sampai di kamarnya, Tania langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih dan netranya menatap langit-langit di atas kamarnya."What a hard day ..." gumamnya tanpa ia sadari matanya mulai terpejam perlahan.****Lounge n Pub, St. PetersburgLexi yang tengah dalam keadaan gusar, galau dan putus asa menenggelamkan dirinya dalam minuman beralkohol jenis vodka dan beberapa minuman alkoh
"Itu 'kan ...." Sepasang netra dengan kontak lens warna coklat gelap melihat dengan jelas Tania pergi bersama dengan beberapa orang pria. Tangannya langsung meraih ponsel yang ada di dalam tasnya dan mengikuti hingga ke depan pintu hotel dan mengambil gambar Tania beserta ketiga pria berbadan tegap tersebut."Hahaahaha, Tania! Wanita 'suci' di mata Lexi yang ternyata tak lebih dari wanita jalang!" ucapnya seraya menyeringai.Tanpa pikir panjang, seseorang tersebut langsung mengirimkan foto Tania dengan para pria yang pergi dengannya ke nomor Lexi dan tersenyum sangat puas! "Let me open your eyes, Richard Lexi Hendrikova!" tawa seseorang itu dan menyipitkan netranya di balik lensa kacamata berwarna hitam.****Kediaman Richard Lexi, RublevkaTinggggg ...Bunyi bertubi-tubi pesan yang masuk di ponsel milik Lexi membuatnya sedikit terusik. Sambil membuka matanya perlahan, Lexi meraba-raba ponsel yang ia letakkan di sisi kanan dekat meja l
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva