Share

Chapter 6

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-16 15:43:00

Tettt... tettt... tett...

Bunyi bell terdengar tepat pada saat aku akan memakai sepatu. Hari ini Mbak Tania akan mengajakku ke pembukaan cafe milik temannya.

Di kantor cuma Mbak Tania ininlah orang yang benar-bebar tulus ingin berteman denganku. Yang lain-lain cuma baik kalau ada maunya saja. Selebihnya mereka malah lebih suka menggosipkan hal yang tidak-tidak di belakangku.

Ceklek! Onde mande, bukan Mbak Tania rupanya. Tetapi Chris, pacar Maddie. Aku menepuk dahiku sendiri, Aku lupa kalau malam ini Maddie akan diundang dinner di rumah calon mertuanya.

"Kenapa kamu memukul-mukul dahimu sendiri? Kamu terpesona melihat ketampanan luar biasa saya?" ucap Chris datar. Aku mengerutkan kening. Bagaimana bisa seseorang bermaksud bercanda, tetapi dengan air muka yang datar seperti itu. Tidak sinkron sama sekali. Lagi pula Chris ini biasanya sangat irit dalam berbicara. Rasanya aneh saja melihatnya tiba-tiba mengajak bercanda. Eh ini dia maksudnya bercanda atau memang narsis sih? Aku bingung sendiri.

"Tampan dari Hongkong? Wajah sudah pas-pasan seperti itu malah merasa tampan pula. Orang yang berkata seperti itu pada Kak Chris, kalau tidak buta ya pasti katarak matanya." Aku membalas kenarsisannya dengan ejekan. Laki-laki kepedean seperti ini harus diberi pelajaran sesekali.

"Oh berarti kamu ngatain kakakmu sendiri kalau matanya buta atau katarak ya?" sahutnya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Mampus! Alamat diomelin Maddie dari subuh sampai tengah malam ini mah, kalau Chris mengadu.

"Jangan dong, Kak. Saya 'kan cuma bercanda, supaya kakak nggak cepet tua karena terlalu serius. Gitu lo, Kak." Aku mencoba merayunya. 

"Jadi maksud kamu saya sudah tua begitu?" Chris melotot.

Yaelahhh ini orang sensitif amat ya? Mending kurayu dengan kopi saja. Biasanya cara ini cukup ampuh.

"Ya sudah. Saya minta maaf ya, Kak? Berhubung Kak Maddy belum siap dandan, saya buatkan kopi mau tidak?" tawarku sambil mencoba tersenyum semanis kopi.

Chris tidak menjawab pertanyaanku. Ia justru memindaiku mulai dari kepala sampai ke ujung kaki. Mungkin dia heran melihatku berdandan malam-malam seperti ini.

"Mau ke mana kamu malam-malam begini?" Netra hitamnya menatapku intens dengan pandangan menyelidik.

Nah, benar kan tebakanku? Ia pasti heran karena jarang melihatku berdandan. Di rumah ini biasanya aku selalu berperan sebagai Upik Abu.

"Mau ke pembukaan kafe teman, Kak. Saya diajak Mbak Tania. Lumayan, makan malam gratis. Hehehehe."

"Baju kamu tidak ada lagi yang lebih sopan?" pungkasnya sembari menatapku sekali lagi.

Mendengar pertanyaannya, aku memeriksa dandananku sebentar tapi menyeluruh. Aku mengenakan celana jeans dan kaus lengan panjang berwarna putih. Tidak sopan di mananya coba? Aku jadi bingung.

"Bukannya ini sudah tertutup semua? tidak sopan di mananya coba?" Aku menatapinya dengan pandangan bingung campur kesal. Salah terus aku ini di matanya. Besok-besok pindah sajalah aku di hidungnya!

"Itu dad* mu seolah-olah ingin keluar dari kausmu. Lebih baik ditutupi dengan blazer atau jaket."

Aku melihat Chris meraih rompi coklat yang tersampir di sofa. Itu rompinya si Reen.

"Siniin tangannya," kata Chris sambil memasukkan lengan kanan dan kiriku ke dalam rompi. Karena bingung, aku menuruti saja perintahnya. Jarak wajah kami hanya tinggal sejengkal. Aku bahkan bisa melihat kembali iris mata onyxnya yang segelap malam. Kulihat dia memandangi wajahku dengan tatapan mata yang seperti separuh melamun. Napasku mulai tersangkut-sangkut saat menatap wajahnya.

"Kalian berdua sedang ngapain ini?" Tiba-tiba saja Maddie muncul sambil menatapi posisi kami berdua yang tampak saling berhadapan dengan tajam. Aku langsung menjauhkan diri dan duduk di sofa.

"Tidak ada apa-apa. Saya cuma memeriksa matanya yang tadi kelilipan," jawab Chris santai. Ia tidak terlihat gugup sedikit pun. Nada suaranya juga datar-datar saja. Bayangkan, berbicara dengan pacar sendiri pun dia masih saja menggunakan kata-kata saya. Luar biasa sekali bukan? Apa tidak pegel itu mulut berbicara formal seperti itu sepanjang hari?

"Baiklah. Ayo kita berangkat, Chris. Dan Lyn, nanti tolong kamu rapikan lagi kamar Kakak ya? Eh kayaknya kunci rumah Kakak ketinggalan di kantor deh. Nanti kamu tungguin kakak pulang ya? Jangan sampai tidur dulu. Nanti kakak tidak ada yang membukakan pintu."

"Tapi ini aku mau pergi juga lho, Kak? Bagaimana dong?" Aku bingungan.

"Ya kamu jangan lama dong perginya. Pokoknya sebelum Kakak pulang, kamu harus sudah pulang lebih dulu. Begitu saja bingung?" omel Maddie. 

"Yuk Chris!" Dan kakakku pun dengan santai menggandeng pacarnya. Meninggalkanku tanpa mau mendengarkan keberatanku sama sekali.

"Ngapain kamu bengong di situ? Ayo antar Kakak ke depan, sekalian mengunci pintu."

Beginilah kakakku. Dia tidak akan pernah mau mendengarkan penjelasan, apalagi pendapat orang lain. Segala keinginannya adalah mutlak dan harus selalu dipenuhi. Titik. Aku mengantar Maddie dan Chris sampai di depan pintu. Baru saja aku bermaksud menutup pintu, wajah imut Mbak Tania sudah muncul di depan pintu.

"Astaga kaget saya, Mbak. Dateng-dateng ke rumah orang bukannya kulonuwun dulu." Aku mengelus dada.

"Ah kelamaan. Yuk, kita kemon, Lyn. Gue udah nggak sabar ini pengen makan enak sekaligus refresh mata. Konon katanya

Temen gue ini mengundang semua relasi-relasinya yang mapan dan tampan. Siapa tahu ada yang bisa dijadiin pacar." 

Aku cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Mbak Tania. Setiap berbicara tentang pria, Mbak Tania selalu saja langsung bersemangat empat lima. Kalau menurut Mbak Tania, itu karena efek kelamaan menjomblo katanya.

***

Aku langsung jatuh cinta dengan suasana kafe ini. Kesannya sangat intimate dan romantis. Tempat ini bagai perwujudan dari segala impianku yang selalu suka dengan suasana yang sedikit temaram dan klasik. Kalau kata ibuku sih seleraku itu tua dan kuno.

Mbak Tania terlihat langsung menemui ownernya dan mengucapkan selamat berikut basa basi busuknya. Hahahaha. Kenapa aku bilang basa basi? Itu dikarenakan matanya berkeliaran memandang cogan-cogan yang berseliweran saat mengucapkan kata-kata terimakasih. Itu artinya si mbak tidak tulus berucap bukan? Hehehehe...

Sementara aku memilih duduk menyendiri saja, di meja paling sudut. Berdekatan dengan tanaman hias. Sepertinya ini adalah tempat yang paling strategis untuk mengamati suasana kafe. Aku tidak terlalu suka dengan keramaian. Yang lebih seru itu adalah mengamati.

Seperti mengamati pria berkemeja lurik, yang terus menerus memandangi gadis bergaun hijau itu misalnya. Atau gadis remaja tanggung yang bingung memilih menu di meja prasmanan. Mungkin dia bingung memilih menu mana yang lebih enak. Yang di sebelah kanan atau yang di sebelah kiri. Tetapi pada akhirnya gadis tanggung itu malah mengambil keduanya. Hahaha.

Aku tertawa kecil melihat Mbak Tania nampak salah tingkah, saat seorang pria membantu mengambilkan minumannya. Keduanya kemudian beranjak menuju meja di sudut kolam ikan.

Duh mudah-mudahan saja Mbak Tania menemukan jodohnya, dan segera melepaskan status jomblo menahunnya. Walaupun Mbak Tania mempunyai pariban di kampungnya, tetapi ia tetap saja suka ngelaba di sini. Lain di kota, lain di kampung katanya.

Tiba-tiba mataku seperti melihat sekelebat bayangan pria yang masuk dari arah pintu samping. Sekilas aku seperti mengenal cara berjalan pria yang terlihat sedang menyalami owner kafe tersebut.

Saat dia berpaling ke kiri, menuju meja prasmanan. Barulah aku melihat jelas wajahnya. Fixed! Itu Albert, si calon suami potensial yang ingin dijodohkan dengan adikku.

Sebelum dia melihatku, lebih baik aku segera menghindarinya. Satu-satunya tempat persembunyian yang paling aman adalah toilet. Bergegas aku melewati meja belakang, yang ditumbuhi oleh kerimbunan tanaman hias menuju ke dalam toilet wanita.

Aman! batinku. Lolos juga aku dari pria arogant dan luar biasa mesum itu. Mungkin karena kelamaan tinggal di luar negeri, Albert sudah lupa adat sopan santun ketimuran. Aku ingat kekurang ajarannya saat ia mengambil ciuman pertamaku. Ia terlihat santai-santai saja, seperti tidak ada kejadian. Sementara aku kebingungan dan malu setengah mati.

Setelah menunggu kira-kira sepuluh menit, aku pun melangkah keluar toilet. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Memeriksa keadaan. Setelah Malam menurutku aman, aku pun melangkah keluar. Baru saja berjalan selangkah, aku menjerit kaget. Tiba-tiba saja ada yang menarik pinggangku dan mendesakkan tubuhku menuju kerimbunan tanaman hias belakang kafe.

"Mau lari ke mana kamu, Woman?" Aku seketika merinding mendengar suara yang begitu dekat dengan telinga kiriku. Apalagi saat merasakan napas seseorang yang menyapu-nyapu bahu dan leherku. Albert Tjandrawinata!

"Lepaskan saya, Sir! Anda jangan kurang ajar terhadap saya ya?" Aku mendorong dadanya dengan sekuat tenaga, sambil berusaha melepaskan belitan tangannya di pinggangku.

Pasti tadi ia sempat melihatku di kafe dan diam-diam menungguku di pintu toilet.

"Kalau saya tidak mau kenapa?" tantangnya santai. 

"Enak banget ini memeluk kamu. Empuk dan harum lagi. Kamu enak dipegang di sini dan di sini." Katanya sambil mengelus sekilas dada dan pinggangku. Duh ini orang mesumnya di manapun dan kapan pun sepertinya. Aku jadi semakin ngeri saja terhadapnya. Bagaimanalah nasib pernikahan adikku, bila ia mempunyai suami model seperti ini.

Sekuat tenaga aku kembali mencoba mendorong dadanya. Dan lagi-lagi tidak berhasil. Ia tidak bergeser barang sedikitpun. Aku mulai memukul-mukul dadanya dengan membabi buta. Sebenarnya aku ingin berteriak. Tetapi aku takut mengundang huru hara di acara orang. Namun aku juga tidak sudi dilecehkan. Aku semakin kesal mendengar kekehan pelan tawanya saat melihat usahaku melepaskan diri.

Benar-benar brengsek calon iparku ini. Aku bahkan mulai merasa ia mengendus-endus leherku lagi.

"Aku suka aromamu, Woman. Feels like heaven. Pure in all area. Kamu adalah fantasiku dalam dunia nyata. Murni dan tak tersentuh." 

"Apa Anda sudah pernah ke surga, Sir? Makanya Anda tahu suasananya seperti apa? Tetapi rasa-rasanya Anda juga tidak akan mungkin masuk ke surga jika melihat kelakuan Anda yang seperti iblis ini. Tolong lepaskan saya!"

Aku kembali mendorong-dorong wajahnya yang sedari tadi berusaha menginvasi ceruk leherku.

"Kalau Anda tidak melepaskan saya juga, saya akan berteriak. Biar saja orang--" 

"Lyn! Lyn! Lo di mana?" Samar-samar Aku mendengar Mbak Tania memanggil-mangil namaku. Mungkin dia merasa kalau dia sudah terlalu lama meninggalkanku. Ini kesempatanku untuk bisa melepaskan diri dari pria mesum ini.

Kudorong sekuat tenaga dadanya, dan anehnya langsung terlepas. Aku menyadari itu bukan karena kekuatan doronganku. Melainkan karena Albert memang sengaja melepaskanku.

"See you, Woman!"

katanya sambil mengedipkan sebelah matanya dan melangkah santai menuju ke dalam kafe.

Kulihat Tania sedang celingukan mencariku di antara ramainya para pengunjung cafe. 

"Di sini!" 

Aku keluar dari kerimbunan tanamab dan melambaikan. Agar Mbak Tania melihat keberadaanku. Sejurus kemudian Mbak Tania telah menghampiriku. Sesuatu yang aneh air mukanya tampak bingung dan panik.

"Lyn, gue minta maaf sebelumnya ya? Bisa nggak kalau lo pulang sendiri? Ini gue dapat telepon dari rumah sakit, adik gue kecelakaan. Gue harus segera ke sana untuk menandatangani persetujuan tindakan operasi." Wajah Mbak Tania sudah pucat pasi karena khawatir.

"Iya, nggak apa-apa kok, Mbak. Saya juga harus cepat pulang karena Kak Maddie juga tidak membawa kunci rumah. Maaf juga ya tidak bisa menemani Mbak ke rumah sakit."

Mbak Tania menangguk sekilas dan setengah berlari menghambur keluar kafe. Semoga saja adik Mbak Tania tidak kenapa napa.

Ting! Ada SMS masuk.

Lyn, ini Kak Maddie. Kamu tolong datang ke Crand Condotel sekarang ya? Tolong rapikan apartemen Chris di lantai 7. Passwordnya 100122. Nanti Kakak segera menyusul ke sana.

Mulai lagi, satu titah baginda ratu. Aku agak heran. Tidak biasanya Maddy memakai SMS. Dari nomor yang lain pula. Biasanya ia lebih suka menelepon langsung. Aku juga jarang membuka SMS. Karena biasanya hanya berisi operator provider yg mengirimkan promo-promo. Ah sudahlah! yang penting titah baginda ratu harus segera dilaksanakan.

Tiga puluh menit kemudian ku sudah tiba di depan apartemen Chris. Aku segera menekan password sesuai dengan petunjuk di SMS. Pintu apartemen terbuka, dan aku melangkah masuk ke dalam ruangan, untuk memulai tugas sebagai upik abu.

Agar pakaianku nanti tidak kusut akibat aktivitasku membersihkan ruangan, aku pun membuka atasanku. Toh apartemen dalam keadaan kosong. Aku hanya mengenakan crop tank top dan shortpants. Aku memang biasa menggunakan seperti ini dibalik pakaianku. Terbiasa menjadi Upik Abu aku selalu siap dalam segala situasi.

Saat berjalan menyusuri ruangan, aku merasa heran. Apa yang mau membersihkan kalau ruangan ini ternyata rapi sekali? Apa aku mulai dengan membersihkan kamar saja ya?

Ketika tiba di kamar, semua juga tampak rapi. Hanya ada kemeja dan celana bekas pakai yang tergeletak sembarangan di ranjang. Lho bukannya ini kemeja dan celana panjang yang dipakai Chris tadi ya?

Samar-samar aku mendengar gemericik air di kamar mandi. Astaga pasti Chris lupa mematikan keran air saat pergi tadi. Baru saja Aku ingin masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba saja pintu terbuka dan Chris keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Chris telanjan* seperti bayi!

Kami sama-sama terdiam saking terkejutnya. Refleks Aku pun segera menutupi mataku dengan tangan. Dalam situasi canggung tersebut terdengar suara pintu yang yang didorong. Aku dan Chris serempak menoleh ke arah pintu.

"Apa yang sedang kalian berdua lakukan di sini? Begini rupanya kelakuanmu dibelakangku ya Lyn?Dasar adik kurang ajar!"

Aku ternganga melihat Maddie muncul di belakangku berikut kedua orang tua Chris dan juga... kedua orang tuaku!

Chris langsung menyambar bathrope dan mengenakannya tergesa. Ia juga menyambar satu bathrope lagi, dan memberikannya kepadaku. Aku menatapnya dengan bingung. Pikiranku rasanya masih shock dan seakan tidak percaya dengan runtutan kejadian ini.

"Pakai bathrope ini sebelum kamu memakai pakaianmu dengan lengkap. Kecuali kalau kamu memang ingin berakhir di ranjangku," ucapnya datar sambil mengenakan pakaian yang baru saja diambilnya dari walk in closetnya. Aku yang masih kaget hanya berdiri terpaku.

"Kenakan bathrope itu segera!" bentak Chris geram. Matanya menatapku dengan kemarahan membara.

"Sebelum kita menuju ruang sidang di depan sana, ada baiknya terlebih dahulu kamu jelaskan apa maksudmu datang ke sini dengan pakaian yang nyaris telanjang seperti tadi."

Aku masih terdiam dengan pikiran yang ngeblank. Jujur aku juga tidak tau harus menjelaskan apa kepadanya. Karena aku memang tidak mengerti mengapa situasi bisa menjadi complicated seperti ini.

"Marilyn, saya menunggu," desisnya sambil memandangku lekat-lekat.

"Saya akan menjelaskannya di depan saja. Sehingga saya tidak perlu mengulang-ulangnya lagi nanti," dengan linglung akhirnya aku bisa bersuara juga. Demi Tuhan, ada apa ini sebenarnya?!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
kira² siapa ini yg menjebak Lyn
goodnovel comment avatar
Putri
pandangan Serius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Beautiful Hurt   Chapter 7

    Suasana diruang tamu ini terasa begitu panas. Aku yang baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu bersama Chris, sudah disambut oleh caci maki oleh Maddie. Kakakku itu terus saja menangis histeris, sambil menunjuk-nunjuk wajahku. Memaki-makiku dan Chris tanpa jeda. Aku kebingungan karena menjadi tertuduh, padahal aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Sementara Chris, ia hanya diam seribu bahasa dengan bibir membantuk satu garis lurus. Wajah datarnya tidak menunjukkan reaksi apapun. Wajahnya sedatar tembok.Aku melirik ke arah ibuku. Wajah ibu sudah berubah menjadi ungu saking marahnya. Sedangkan kedua orang tua Chris duduk diam, dan masih tampak shock melihat situasi ini. Dan inilah yang paling aku takutkan. Wajah ayah yang nampak begitu kecewa. Aku tidak takut dimusuhi seluruh dunia, asal jangan ayah! Karena dihidupku hanya ayahlah yang aku punya. Kata Ayah juga ikut membenciku, itu artinya aku tidak diinginkan oleh siapa-siapa lagi bukan?Chr

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • Beautiful Hurt   Chapter 8

    "Lepas- hemmptt! Aku merasa bibir Chris mulai melahap bibirku ganas. Mengulumnya dan memagutnya dengan buas. Aku terengah-engah ketakutan. Sepertinya Chris sedang frustasi dan ingin melampiaskannya kepadaku."Buka mulutmu, sayang. Biar saya berikan apa yang sebenarnya sangat kamu inginkan."Aku tergagap. Ini bukan, Chris. Kemarahan sepertinya telah menumpulkan akal sehatnya. Ketika Chris kembali mencoba untuk membuka mulutku, aku bertahan. Aku berusaha menutup mulutnya rapat-rapat di antara air mata ketakutan yang terus berderaian.Tiba-tiba aku merasakan tangannya masuk ke dalam kaos tank topku dan merenggut pakaian dalamku dengan sekali sentak. Karena terkejut aku langsung berteriak. Dan saat itulah Chris memasukkan lidahnya dan membelit lidahku.Aku menangis ketakutan. Namun aku tidak bisa mengeluarkan suara. Chris menutup bibirku dengan bibirnya sendiri. Aku makin ketakutan. Sekujur

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • Beautiful Hurt   Chapter 9

    Tiba-tiba aku merasakan tubuhku didekap erat dalam dada bidangnya. Samar-samar aku mencium campuran antara aroma tembakau dan parfum yang bersumber dari tubuh kekarnya. Aku mendorong dadanya. Namun Albert tetap mempertahankan dekapannya.Suara langkah-langkah kaki yang terdengar menuju dapur, membuatkan makin kuat mendorong. Albert melepaskanku begitu saja. Aku pun dengan segera melanjutkan kegiatan mencuci piring-piring kotor. Rasanya degup jantungku masih belum berdetak normal. Wajahku juga masih terasa begitu panas."Ngapain kamu berada di sini, Al?" Ternyata Maddie yang datang. Maddie menjungkitkan alisnya yang rapi ke atas, begitu melihat Albert berduaan denganku di bak cuci piring ini."Kenapa? Masalah buat kamu?" Albert malah balik bertanya sambil memainkan gelas minumnya. Tampak sekali kalau ia malas menanggapi pertanyaan Maddie alih-alih menjawabnya."Bukan begitu, Al. Jamu dip

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • Beautiful Hurt   Chapter 10

    Suara pintu yang dibanting terasa begitu menakutkan di telingaku. Tidak lama berselang aku didudukan paksa di sudut ranjang. Aku kadang bingung dengan sikap Chris ini. Kadang dingin kadang panas. Moodnya sudah seperti dispenser saja."Jelaskan!"Aku menelan salivaku sendiri. Aku bingung mau jujur atau berbohong saja. Karena prediksiku ternyata salah besar. Aku berpikir Chris akan senang karena batal menikah denganku. Tetapi ini kulihat ia seperti orang yang kebakaran jenggot hanya karena aku mau dilamar orang."Saya menunggu, Lyn. Mau sampai kapan kamu diam?" sentak Chris lagi.Aku berhitung satu sampai sepuluh di dalam hati. Sambil mencoba menenangkan perasaanku sendiri."Waktu mereka sekeluarga datang ke rumah, saya bahkan sama sekali tidak memperkenalkan diri Kak. Saya cuma membantu menghidangkan makanan dan kue-kue kecil saja. Saya bahkan belum mandi dan berpenampilan seperti

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • Beautiful Hurt   Chapter 11

    Dalam waktu sepuluh menit aku telah berganti dua mobil. Tadi dengan Eldath. Dan sekarang dengan Chris. Suasana juga sama heningnya. Jika dalam mobile Eldath tadi hening karena si pengemudi memang irit berbicara. Dalam mobil ini hening karena si pengemudi marah padanya. Sebenarnya aku ingin berbicara, tapi sedari tadi aku tidak menemukan topik yang tepat."Lain kali jangan coba-coba untuk meninggalkan saya sebelum saya mengizinkan. Paham?" Aku melihat tangannya mencengkram setir begitu kuat,seolah-olah ingin meremukkannya.Satu kebiasaannya yang kutahu, apabila dia sedang dalam mood yang jelek dia akan memijit-mijit keningnya. Belum sempat aku mengiyakan ucapannya, ponselku berdering lagi."Iya Ly, ada apa lagi?" Aku menutup sebelah telingaku agar bisa mendengar suara Lily yang bercampur dengan dentuman musik."Gue lagi di club ini. Besok lo jangan nggak dateng ya?Karena besok malam minggu. Dan you kn

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17
  • Beautiful Hurt   Chapter 12

    Sebenarnya aku agak-agak bingung dengan sikap Eldath akhir-akhir ini. Ia pernah beberapa kali mengantarkanku pulang dari club, padahal aku sudah berulang kali menolaknya.Aku takut nanti Chris salah paham dan mengira kalau aku berniat untuk menggoda adiknya. Tapi lagi-lagi Eldath beralasan bahwa ia akan menjagaku selama sebulan ini, karena Chris sedang berada di Singapura untuk merintis cabang baru salah satu bisnisnya di sana.Eldath beralasan kalau ia sudah menganggapku seperti kakaknya sendiri. Walau aku heran juga. Kakak dari mana, secara usia Eldath hanya berpaut dua tahun di bawah Chris. Yang artinya usia Eldath adalah delapan tahun di atasku.Selama sebulan ini aku hidup bagaikan di zaman romusha saja. Pulang kantor langsung menyiapkan makan malam, kemudian berangkat kerja ke club. Pulang bekerja pukul dua belas malam. Dan tiba di rumah pukul satu dini hari. Aku bangun jam lima pagi. Menyiapkan sarapan dan berangk

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17
  • Beautiful Hurt   Chapter 13

    Aku memejamkan mata dan memundurkan sandaran seat mobil Chris. Entah mengapa akhir-akhir ini kepalaku sering sekali terasa pusing. Selera makanku juga menurun drastis. Setiap pagi aku kerap mual-mual, hingga tidak bisa mengkonsumsi apapun. Sarapan pagi ku selalu berakhir di closet kamar mandi. Tubuhku rasanya letih dan lesu."Kamu kenapa lesu begitu Lyn? Capek?" Chris menaikkan persneling ke posisi D saat melihatku terus saja memejamkan kata. Kami berdua baru saja selesai melakukan photo pre wedding, setelah aku terus menerus berusaha menunda-nundanya. Aku sudah kehabisan akal untuk membatalkan pernikahan ini. Di rumah Maddie kerap menyindir dan mengata-ngataiku. Ia menyebutku penghianat, yang senang tertawa di atas penderitaan orang lain. Selama hampir dua bulan ini, aku selalu menjadi bulan-bulanan di rumah. Hingga aku tidak betah berada di rumah aku sendiri.Tinggal sebulan lagi, aku akan resmi menjadi istri Chris. Kakakku makin emosi saj

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17
  • Beautiful Hurt   Chapter 14

    Aku membuka mataku perlahan. Di mana aku ini? Pandanganku mulai mengitari sekeliling.Melihat ruangan yang serba putih dan bau khas obat-obatan. Ditambah infus di lengan kiriku, aku sudah tahu bahwa aku pasti sedang berada di rumah sakit saat ini. Aku teringat akan kekacauan di rumah. Di mana aku terus diserang dari berbagai sisi. Dan sepertinya aku pingsan karena tidak kuat menahan serangan.Aku melihat semua orang-orang yang tadi ada di rumah semuanya malah berpindah ke sini. Aku mengeluh dalam hati. Tidak bisakah mereka membiarkan aku beristirahat sejenak di sini? Bahkan sampai di rumah sakit pun mereka masih begitu beringas ingin menyakitiku."Huekkk...huekkk..."Tiba-tiba saja aku merasa ingin muntah. Chris langsung menempatkan wadah untuk menampung muntahanku.Tetapi karena perutku yang memang kosong, hanya air dan rasa asam saja yang keluar dari perutku. Aku melihat Chris menekan bell. Pasti dia ingi

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17

Bab terbaru

  • Beautiful Hurt   Chapter 24 (end)

    "Ssstt... tidurlah sayang. Tidak akan terjadi apa-apa. Saya akan menjagamu. Saya akan selalu menjagamu..."Aku membuka mataku perlahan. Ah mimpi itu datang lagi. Suara bariton yang berulang kali memanggilku sayang. Siapa dia? Benarkah itu, Eldath?Mendadak aku merasakan lenganku dijalari rasa hangat. Pandanganku jatuh pada sosok gagah Chris yang tertidur dengan posisi duduk di samping bedku. Ia tertidur dalam posisi menggenggam erat tanganku.Untuk pertama kalinya aku bisa menatapi wajahnya sedekat ini. Rahangnya yang kokoh, alis mata yang tebal, hidung yang sangat mancung, terlebih lagi bulu-bulu yang bertebaran di rahangnya. Chris sungguh tampan dan sangat manly."Sudah puas menatapi wajah saya ?" Aku kaget saat tiba-tiba Chris membuka matanya. Aku malu sekali karena ketahuan memandangi wajahnya."Suka dengan yang kamu lihat?" Lagi-lagi Chris membuatku tidak bisa berbicara. Tetapi berbohong

  • Beautiful Hurt   Chapter 23

    Author POVMaddie mulai menyusun barang bawaan sekaligus pakaian dalam untuk Marilyn. Si tuan posesif Chris berulang-ulang kali mengingatkannya bahwa adiknya itu hanya dibalut jas dan selimut, sewaktu dibawa ke rumah sakit, tanpa dalaman sama sekali.Rasanya tidak puas-puasnya dia memaki Albert dalam hati. Ia nyaris tidak percaya, seorang Albert Tjandrawinata yang merupakan incaran para wanita abad ini, bisa melakukan hal keji seperti itu pada adiknya.Ia semakin kesal bila teringat akan kebodohannya hingga sampai mencelakakan adiknya sendiri,ndemi ingin memiliki tangkapan abad ini. Ya itu adalah julukan untuk Albert dari teman-teman kalangan jet setnya.Tapi adiknya itu selain cantiknya warbiasah, lugunya juga nauzubillah. Perpaduan seperti inilah yang membuatnya gampang dimanipulasi oleh orang-orang yang memiliki niat terselubung terhadapnya. Ia tahu, saat pertama kali Albert datang ke rumah untuk

  • Beautiful Hurt   Chapter 22

    "Syukurlah saya belum terlambat untuk menyelamatkanmu. Terima kasih Tuhan! Terima kasih!Kamu tidak apa-apa, sayang?mana yang sakit? Beritahu saya, sayang?"Sebenarnya aku ingin sekali menjawab pertanyaan yang terdengar penuh dengan kecemasan itu. Tapi entah kenapa lidahku terasa kelu. Tubuhku pun tidak bisa aku gerakkan. Aku ingin sekali melihat wajah pemilik suara bariton itu. Entah mengapa mendengar suara itu, aku jadi merasa aman dan... dicintai. Perasaan asing itu menyelinap diam-diam di sudut hatiku. Aku ingin selamanya dicintai seperti itu.Perlahan aku mulai membuka mata. Rasa pusing seketika berdentam-dentam di kepalaku. Aku ada di mana ini? Dominasi warna putih dan aroma obat-obatan khas rumah sakit mulai mengganggu penciumanku. Aku merasa dejavu. Aku seperti pernah merasakan tempat ini dan suasana seperti ini di waktu lalu."Kamu sudah sadar, Lyn?bagaimana perasaanmu?"Aku merasakan sebuah

  • Beautiful Hurt   Chapter 21

    Author POVChris sedang mengendarai porsche hitamnya dengan mengebut. Dia janji bertemu dengan client pada pukul 20.00 WIB di Hotel Hilton. Dan sekarang sudah pukul delapan malam kurang dua puluh menit. Kalau ia tidak mengebut, sepertinya ia akan terlambat dari janji pertemuan yang sudah susah-susah dijadwalkan oleh sekretarisnya.Karena mereka semua adalah orang-orang sibuk. Jadi untuk bisa duduk bersama dalam waktu yang bersamaan harus benar-benar dijadwalkan. Kalau saja tadi dia tidak menemui orang tua Maddie untuk secara resmi membatalkan pernikahan mereka, pasti ia akan bisa tiba tepat waktu.Drrtt... drtt... drrtt...Layar ponselnya menampilkan nama Marilyn. Tumben. Ada apa setan cantik itu menelepon. Setelah tahu bahwa Marilyn tidak bersalah dalam insiden di apartemennya, ia telah mengganti nama panggilan Marilyn dari setan kecil menjadi setan cantik. Ya, tentu saja itu semua hanya ter

  • Beautiful Hurt   Chapter 20

    Akhirnya setelah melalui perdebatan yang alot yang melibatkan team creative dan si nenek sihir, Plan B lah konsep yang kami ajukan. Dan ternyata akhirnya di approve juga oleh Bu Astuti.Kami menggunakan tema classic romantic sebagai back groundnya. Penerangan yang di buat temaram, bunga mawar merah di setiap sudut-sudut pilar, dan bermacam-macam bingkisan untuk bertukar kado. Intinya kami sukses menyulap tempat ini sesuai dengan apa yang kami harapkan. Tidak percuma aku bolak balik dari toko ke toko untuk mencari ornament-ornament dan pernak pernik yang menarik. Team kami ingin agar hasil project kami tampil maksimal, karena boss besar kami kabarnya akan datang. Dan aku, anak baru yang masih bisa dikategorikan anak bawang, tentu saja mensupport dari belakang.Aku menyanggul rambutku dan menggunakan gaun berwarna peach. Gaunku ini sangat simple dan hanya sebuah pita besar yang menghiasi pinggangku. Aku juga merias wajahku senatural mungkin. Make up yang te

  • Beautiful Hurt   Chapter 19

    "Direject lagi ya, Lyn konsep kita sama nenek sihir itu?" Putra dan Bayu, dua dua rekan kerja aku aku menyusul duduk di depan kubikelku. Nenek sihir yang mereka maksud adalah Bu Astuti, atasan kami semua.Aku mengangguk lesu seraya mengantuk-antukkan kepalaku yang sedang pusing tujuh keliling ke meja kubikel. Ruang kerjaku yang memang kecil, jadi terasa makin sempit dengan hadirnya Putra dan Bayu yang memang memiliki tubuh tinggi besar."Menurut Bu Astuti, konsep kita itu terlalu mainstream. Makanya kita disuruh mencari ide-ide yang lebih fresh, khas anak muda zaman now," keluhku."Lah dia aja product anak muda zaman old, mengingat status kejombloannya diusia empat puluh lima, pake segala ngebahas konsep zaman now segala. Paling juga itu nenek sihir nggak ngerti soal konsep kekinian. Doi cuma sok-sokan gaul aja biar disangka up to date."Putra memang paling lemes mulutnya di antara kami bertiga. Bila

  • Beautiful Hurt   Chapter 18

    Author POVTing! Lift terhenti diangka tujuh. Chris mulai menekan kombinasi angka password apartemennya. Kepalanya serasa mau pecah. Hari ini ia telah memecat beberapa karyawan kepercayaannya.Rupanya selama ini mereka telah membelot ke perusahaan kompetitor. Pantas saja akhir-akhir ini beberapa kali perusahaannya kalah tender sementara, draft proposal telah begitu teliti dikerjakan oleh team worknya. Rupanya tikus-tikus kecil itu telah membocorkan strategi penawarannya.Baru saja dia ingin masuk ke pantry karena haus, ia mendengar suara-suara orang yang sedang berbicara. Dia makin menajamkan pendengarannya di balik pintu penghubung, sejak mendengar nama Marilyn turut disebut-sebut."Selamat ya, Non. Akhirnya si Enon bisa juga nikah sama Den Chris. Kalau emang ujung-ujungnya si Enon bisa bersatu juga sama Aden, buat apa dulu kita susah-susah ngejebak adek Enon sama Den Chris? Padahal ya, Non. Bibik mah udah

  • Beautiful Hurt   Chapter 17

    Seminggu kemudianAkhirnya Aku kembali ke Jakarta. Setelah mempertimbangkan matang-matang nasehat ayah, finally aku mulai mencoba untuk menata kembali hidupku. Aku tidak mungkin seumur hidup menjadi pecundang dengan melarikan diri dari semua masalah. Lagipula dulu aku melarikan diri karena sebenarnya aku tidak mau menikah dengan Chris.Apalagi dasar pernikahan kami adalah karena terjebak dalam situasi yang salah. Bayangan aku harus hidup bersama dengan orang terus menerus menuduhku menjebaknya untuk menikahiku, membuat kepalaku memunculkan adegan-adegan mengerikan dan ketidakbahagiaan seumur hidupku.Saat biasanya seorang suami memanggil istrinya dengan berbagai panggilan sayang seperti bunda, honey, baby, sayang. Bayangkan saja Chris selalu memanggilku dengan panggilan setan kecil.Dan waktu selama empat tahun pun tidak mengubah sifat kakunya sama sekali. Tata bahasanya yang baku, minus perasa

  • Beautiful Hurt   Chapter 16

    Author POVBelum sempat Tian menjawab pertanyaan Chris, ada seorang wanita cantik berambut panjang berlari dari kejauhan dan langsung memeluk Tian. Chris bahkan bisa menebaknya walaupun hanya melihat bagian belakang tubuhnya.Yah wanita itu adalah Marilyn. Marilyn remaja dulu adalah seorang gadis yang sangat cantik, saking cantiknya sampai nyaris seperti tidak nyata.Setiap dia berada dalam suatu ruangan, maka sudah bisa dipastikan hampir semua kepala akan berputar melihatnya, minimal memandangnya dua kali. Baik itu secara terang-terangan ataupun dengan cara mencuri-curi pandang.Pria memandangnya karena kagum dan wanita memandangnya karena iri. Dan yang lebih membuat kecantikannya bersinar adalah karena dia sama sekali tidak menyadari kecantikannya.Ditambah lagi sikap lugu dan sedikit naif yang dimilikinya membuat para pria diluar sana sangat terobsesi untuk memiliki dan melindunginya. Itu a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status