Beranda / Romansa / Beautiful Darkness / Chapter 23: Petaka Sebuah Video

Share

Chapter 23: Petaka Sebuah Video

last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-15 23:57:28

Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu

Untuk ke sekian kalinya, Tora menekan nama ‘Pumpkin’ di layar ponselnya.

Hingga detik ini sudah lebih dari lima puluh kali Tora menelpon Ele. Sebanyak lima puluh kali juga panggilannya diabaikan. Terlihat jelas jika Ele dengan gigih menolak mendengarkan penjelasan yang hendak dilontarkan oleh Tora. Terpeta semakin nyata pula penyesalan di wajah Tora kala bayangan ingatan Ele yang memutuskannya dengan tatapan kecewa dan netra yang berlinang air mata. Penyesalannya menghantuinya selama beberapa hari ini.

Semenjak kejadian di restaurant itu, Tora sama sekali tidak dapat berkomunikasi dengan Ele. Ia sebenarnya sempat mendatangi rumah sakit tempat ibunda Ele dirawat, namun pihak administratif rumah sakit mengatakan bahwa ibu Ele telah dipindahkan ke rumah sakit lain yang lebih memadai lagi. Ketika ia menanyakan alamat rumah sakit itu pada mereka, mereka menolaknya dengan alasan bahwa mereka tidak dapat memberikan inf

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Beautiful Darkness   Chapter 24: Pengakuan Cinta Van

    Van tersenyum geli. Duduk dengan tenang di sebelahnya, adalah sosok perempuan termanis yang sedang mengunyah sepotong black forest dengan bibir dan tangan yang belepotan cokelat. Sosok itu dengan santainya memakan segigit demi segigit kue yang baru saja matang. Tak sadar saja jika setiap pergerakannya tengah dipantau dengan saksama oleh sosok pria di sampingnya. Van tersenyum memandang Ele yang tak ubahnya terlihat bak seekor kelinci. Saat ia membandingkan Ele dengan kelinci, ia tak sekadar membual. Ele memang terlihat seperti kelinci. Dua gigi depannya yang berukuran besar menyembul keluar saat ia sedang mengunyah. Sesekali Ele akan mengendus kue di tangannya kemudian melanjutkan kunyahannya lagi seolah tanpa jeda. Cara Ele menghabiskan makanannya pun begitu menggemaskan. Ia memegang cake itu dengan kedua tangannya. Tanpa Ele sadari, tangan dan bajunya terkotori oleh noda cokelat dari kue yang tengah ia habiskan. Ele mengunyah dengan tenang, nyaris tanpa sua

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Beautiful Darkness   Chapter 25: Korban yang Disalahkan

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu “Eleanore.” Sosok yang sedari tadi diam tergugu itu sama sekali menolak untuk mengangkat kepalanya. Ia merasakan neraka dunia perlahan-lahan dibukakan dengan sukarela untuknya. Ia bertanya-tanya sedari tadi, kejahatan atau kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga ia harus merasakan kesukaran hidup seperti ini. Sejak empat puluh menit yang lalu ia duduk dengan tegang di ruang kepala sekolah. Kepala sekolahnya secara pribadi memanggilnya terkait skandal yang ia sendiri tak menyadarinya. Sejak mendudukkan diri di atas kursi panas, ia tahu jika hidupnya tengah dalam masalah besar. Kepala sekolahnya tanpa tedeng aling-aling langsung menghardiknya dengan mengatakan jika ia telah merugikan sekolah dengan skandal memalukan tersebut. Pria tua itu marah-marah tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu pada Ele. Baru ketika Ele memberanikan diri untuk memotong ucapan kepala sekolahnya, Ele disodorkan la

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Beautiful Darkness   Chapter 26: Pukulan dan Pelukan

    Ele mengerjap sekali.Ia tak menyangka jika jawaban yang keluar dari bibir perawatnya adalah kalimat tanya yang ia sendiri pun kesulitan menjawabnya. Ele menelan ludah dan otaknya seketika berkabut. Ia ragu dengan ucapan Van dan buru-buru tertawa pelan dengan nada sarkastik terbaik yang ia pernah lontarkan.“Aku tak perlu dikasihani. Aku—”“Aku bukan kasihan. Aku peduli. Dan aku sayang padamu.”“Stop it—”“No, I won’t,” potong Van. “Kau mungkin canggung mendengarnya tapi itu lah yang ku rasakan. Aku sayang denganmu, Ele. Ini bukan perasaan iba karena keadaanmu.”“Berhenti lah membual atau kau ku pecat sekarang juga.”“Kalau pun kau memecatku, aku akan tetap datang lagi besok pagi. Dan besok paginya lagi. Dan seterusnya. Aku tak akan pergi kecuali kau benar-benar memintaku pergi dengan pikiran jernih. Saat kau memang sudah memiliki orang yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Beautiful Darkness   Chapter 27: Alasan untuk Meninggalkan

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu Ele nyaris melemparkan selembar seratus ribu rupiah kepada pengemudi taksi yang baru saja ia naiki. Ia tak peduli jika kelak akan dicap sebagai orang yang tidak sopan, tidak sabaran, dan ceroboh karena nyaris saja iaterserempet sembuah motor pembawa ayam jika saja supir taksi itu tidak meneriakinya agar tidak membuka pintu taksi sembarangan. Ia tak peduli apa yang di pikirkannya. Yang saat ini memenuhi pikirannya adalah sosok yang belakangan ini melambungkannya ke awan lalu menjatuhkannya begitu saja hingga ke bawah tanah. Tora. Nyaris. Nyaris saja ia tidak mempercayai kata-kata dari Poppy. Namun di perjalanan ia menimbang-nimbang lagi dan memutuskan jika meminta penjelasan secara langsung dari Tora pasti akan lebih baik. Lelaki itu jelas berutang penjelasan padanya. Ele mengabaikan teguran dari seorang satpam yang mengatakan jika dirinya tidak boleh masuk begitu saj

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Beautiful Darkness   Chapter 28: Jangan Pergi

    Ele yakin dirinya sudah gila. Ele yakin ia pasti gila sejak membiarkan Van menyelimutinya dengan handuk tebal lalu menggendongnya keluar dari kamar mandi. Ia yakin juga dirinya mulai tidak waras karena ia dengan mudahnya membiarkan Van mengusap tubuhnya menggunakan handuk dengan gerakan selembut bulu. Van bahkan menggosok rambut basah Ele sambil berceloteh tentang nikmatnya piknik di tepi danau sambil memberi makan bebek. Menurut Ele, random sekali pemikiran perawatnya itu, namun ia suka mendengarkannya. Sepertinya Ele harus mengambil langkah ancang-ancang supaya tidak kebablasan dalam menanggapi perlakuan manis perawatnya itu. Jika boleh jujur, kehadiran seseorang di saat ia sedang merasa down benar-benar merupakan sebuah obat yang manjur bagi siapa pun. Termasuk dirinya. Kehadiran Van di sampingnya saat ini bisa dibilang mustahil untuk iaabaikan begitu saja. Sulit untuk ia hiraukan sementara orang itu mengulurkan tangannya agar Ele tidak tenggelam dalam kep

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Beautiful Darkness   Chapter 29: Masa Kritis

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu “Jangan pergi.” Reynold menoleh ke arah Sang Adik yang berdiri dengan lunglai di sebelahnya. “Aku hanya mau beli makan dan minum untuk kita. Wajahmu pucat pasi, Ele. Nanti kau pingsan.” “Aku tidak lapar tidak haus. Di sini saja, Kak. Siapa tahu sebentar lagi operasinya selesai.” Sosok pembawa senyum secerah mentari yang tadinya hendak meninggalkan Sang Adik kini duduk kembali di atas kursi. Mereka berdua menatap lemas pada pintu biru muda di depannya di mana di dalamnya terdapat Sang Ibunda yang sedang dioperasi oleh tim dokter. Semalam keadaan ibu Ele dan Reynold mendadak turun menjadi kritis. Tubuhnya tiba-tiba saja kejang-kejang dan akhirnya ia kehilangan kesadarannya. Ele yang pulang ke rumah dalam keadaan kacau dan basah kuyup seolah tak memiliki tenaga untuk memikirkan masalah pribadinya. Padahal mereka bertiga baru saja berkumpul di kamar Sang Ibunda. Mereka menghabiskan quality ti

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Beautiful Darkness   Chapter 30: Sikap Lembut Van

    Van mengernyitkan keningnya dalam-dalam. Ia menggeleng beberapa kali karena khawatir jika indera pendengarannya terganggu. Apa kah ia tidak salah dengar? Ele memintanya untuk tinggal? “Ini hanya aku yang halu atau memang kau baru saja memintaku untuk di sini saja?” “Di sini saja,” gumam Ele. Ia sendiri juga heran kenapa dirinya malah melarang perawatnya pergi. “Pakai saja pakaianku dulu. Temani aku.” Dengan kehati-hatian teramat sangat Van mengusap lembut pipi Ele. ”Kau mau aku menemanimu sampai tertidur?” tanyanya lembut. Ele memejamkan mata saat usapannya begitu menghangatkan wajahnya. “Ya,” bisiknya. “Baik lah.” Van mengecup puncak kepala Ele. Gerakan itu membuat Ele refleks membuka netranya saat bibir hangatVan singgah di mahkota kepalanya. “Kau berbaring lah dulu. Aku akan ganti baju. Hmm, memangnya kau punya baju seukuranku?” “Ada beberapa pakaian lama Kak Rey yang tertinggal di lemariku. Cari saja.” “Oke, tunggu sebentar

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Beautiful Darkness   Chapter 31: Permintaan Terakhir Ibu

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu Sudah sepuluh hari berlalu saat Ibu Ele dan Rey membuka matanya. Eleanore dan Reynold yang kala itu menemani Sang Ibu pun bergegas memeluknya erat-erat. Ibunya tersenyum senang pada mereka berdua. Sang Ibu bahkan mampu mengelus-elus anak-anaknya yang duduk di tepi ranjangnya. Beberapa jam setelahnya bahkan ia sudah mampu berkomunikasi walau belum lancar. Setidaknya beberapa kata dapat Ele tangkap dari bibir pucatnya. Ele bersyukur. Sangat sangat bersyukur. Ele dan Sang Kakak bergantian merawatnya. Mereka menyuapinya, membersihkan tubuhnya dengan handuk basah, memutarkan lagu kesukaannya, dan apa pun yang dibutuhkan. Seperti yang saat ini tengah Reynold lakukan. Sang Ibu memintanya untuk memutar lagu lawas berjudul Nothing Compares to You milik penyanyi Sinead O’Connor. Ia bilang jika lagu itu mengingatkannya akan Ayah. Mereka berdua dulu di masa lalu suka sekali mendengarkan lagu itu bersama-sama dari pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14

Bab terbaru

  • Beautiful Darkness   Chapter 50: Pertanyaan Mendadak dari Nick

    “Bilang saja.”Ele mengernyitkan keningnya seiring dengan berhentinya lagu yang diputar Van. Lagu selanjutnya tak kunjung bisa Ele dengar. Mungkin Van sengaja menekan tombol pause karena katanya perawatnya ingin mengatakan sesuatu. Ele menunggu dalam diam, tapi tak ada satu patah kata pun yang terucap dari bibir Van.“Mau bilang apa?” tanya Ele.Van masih tak mau menjawabnya. Pria itu, tanpa sepengetahuan Ele, malah duduk gelisah sambil meracau dalam diam. Van menjambak rambutnya sendiri dan ia mengumpat tanpa suara. Ia dalam kebimbangan luar biasa karena separuh hatinya ingin mengatakan kebenaran, namun separuh lainnya merasa masih belum siap. Tapi sialnya ia sudah terlanjur mengatakan akan memberitahu Ele.“Van? Jangan diam saja!”Ele mulai kesal. Perawatnya seolah berubah menjadi orang gagu karena tak menyahut sedari tadi. Ia mulai memandang curiga ke arah Van.“Apa kau menyembunyikan sesuatu dari

  • Beautiful Darkness   Chapter 49: Teh yang Akan Tumpah

    “Sewaktu aku SMA, ayah memberikan banyak uang pada Kak Rey untuk merintis start up. Ayah tadinya akan memberikan salah satu anak perusahaannya pada Kak Rey namun kakakku menolaknya. Ia bilang jika ia ingin berusaha membangun sendiri perusahaannya tanpa campur tangan ayah. Akan tetapi, ayah tak tega. Ia akhirnya memberikan suntikan dana dan membiarkan Kak Rey menjalankan sendiri usahanya. Ia lalu pernah berkata padaku bahwa perusahaan yang seharusnya diberikan pada Kak Rey, kelak akan diberikan padaku jika aku sudah lulus kuliah. Sekarang perusahaan itu dikelola atas nama Agatha. Wanita itu merampasnya dariku.” “Sejak kapan Agatha menjalankan perusahaan itu?” “Setelah ia menikahi ayahku sepuluh tahun yang lalu,” jawab Ele. “Semua mimpi burukku terjadi sepuluh tahun yang lalu.” “Apa saja yang terjadi sepuluh tahun yang lalu?” Van mencoba memancing Ele. Kendati ia tahu betul situasi sepuluh tahun silam yang dimaksud Ele, namun ia ingin mendengar sendiri secara langsung dari Ele. “Kau

  • Beautiful Darkness   Chapter 48: Rencana Pertemuan yang Sulit

    Ele dan Van berhasil kembali ke rumah sebelum petang. Satu jam setelahnya, Agatha dan Damian pulang ke rumah setelah menjalani perjalanan bisnis sekaligus liburan di Maldives. Kedua orang tua Ele itu tiba dengan membawa berbagai macam buah tangan baik berupa makanan atau pun barang. Ele yang kala itu tengah menyantap makan malamnya bersama Van buru-buru menghabiskan makanan di piringnya. Ia mencoba menghindari bertemu dengan orang tuanya sebisa mungkin. Sayangnya, ketika di suapan terakhir, Damian dan Agatha datang ke ruang makan untuk menahan Ele. Dengan wajah sumringah, Damian memberikan sebuah kotak yang dihiasi dengan pita berwarna putih di bagian atasnya. Ia meletakkan kotak itu di pangkuan anaknya. “Buka lah,” ujar Damian. Tanpa bergairah Eleanore membuka kotak itu. Rupanya Damian memberikan sebuah clutch berwarna marun yang terlihat elegan. Ele meraba-raba bentuk clutch itu lalu meletakkan kembali pemberian ayahnya ke dalam boks. Ia jelas tak tertarik sama sekali. “Kau suka

  • Beautiful Darkness   Chapter 47: Semesta Berpihak Padanya

    Selepas bertemu dengan Reynold, Van bergegas memesan tiket pulang. Ia berpacu dengan waktu. Setelahnya, pria itu langsung ngebut gila-gilaan menuju ke Pusat Komunitas untuk menjemput Ele. Beruntung baginya ia bisa mengandalkan Ghani, sahabatnya yang juga diundang ke Pusat Komunitas, untuk mengulur waktu. Dengan bantuan Ghani, Ele bisa sedikit lebih sibuk sehingga gadis itu baru minta dijemput pada pukul tujuh malam. Sesampainya di rumah, rupanya gadis itu kelelahan. Ele melewatkan makan malam dan memilih tidur lebih awal. Beruntung sekali lagi bagi Van, karena dengan begitu ia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terasa pegal akibat perjalanan luar pulau yang mendadak ia lakukan dalam satu hari. Ia tidur dengan meminum obat pereda nyeri untuk meredakan rasa sakit akibat pukulan dan tendangan yang dilayangkan Reynold. Di pagi harinya, ia bangun dan menyiapkan segala keperluan Ele untuk ke rumah sakit. Agatha dan Damian yang masih belum pulang ke rumah menjadi salah satu hal baik yang m

  • Beautiful Darkness   Chapter 46: Perjanjian Reynold dan Agatha

    Kalimat yang keluar dari bibir Reynold membuat Van terhenyak. Ia kesulitan bernapas dan hanya mematung menatap kosong pada Reynold. Tubuhnya terasa luar biasa lemas. Bahkan saat dirinya dibawa keluar oleh beberapa waiter, dirinya hanya bisa pasrah. Van kehilangan kalimat yang sudah ia rangkai di kepala. Yang ada di kepalanya saat ini praktis tak ada. Ia terlampau terkejut setelah mendengar ucapan Reynold. Setelah mencari-cari alasan mengapa semua orang menyalahkannya atas kondisi Ele, akhirnya ia tahu juga penyebabnya. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena Ele yang mengalami kecelakaan akibat mengejar mobilnya sepuluh tahun silam. Kecelakaan yang sama sekali tak ia ketahui. Tak ada satu pun orang yang memberitahu tentang kecelakaan itu. Ia merasa seperti idiot yang tak tahu menahu. “Brengsek Sialan! Kau membuatnya buta!” “Kak—" “Keluar kalian berdua!” Van merasakan tangannya diseret oleh seorang pria bertangan kekar. Tangan itu mencengkeram erat lengan atasnya. Saat ia

  • Beautiful Darkness   Chapter 45: Jawaban yang Dicari Selama Ini

    “Tora?”Sosok yang tengah duduk di tengah-tengah keramaian itu memanggil sebuah nama yang tentu tak asing di telinganya.Sosok yang selama ini dicari mati-matian oleh gadis yang ia kasihi memanggil nama itu dengan nada yang terlewat tenang. Akan tetapi, nada tenang yang mengalun dari bibir itu menyiratkan sesuatu yang lebih besar. Seolah-olah ia tengah menahan sesuatu yang telah lama ia pendam. Seperti akan ada badai yang datang setelah ketenangan tak menenangkan yang didengar itu menyapa gendang telinga Van.Yang dipanggil Tora lalu mengamati balik orang itu dengan pandangan menelisik. Terima kasih pada sekretarisnya yang telah berusaha keras untuk menemukan Reynold. Berkat kemampuan handal dan koneksi yang tersedia, sekretarisnya berhasil menemukan keberadaan Reynold yang ternyata tinggal di Bali selama pelariannya sepuluh tahun ini.Terima kasih pula pada Yuna yang mendadak mengajak Ele untuk datang ke Pusat Komunitas hari ini. Yuna bilang

  • Beautiful Darkness   Chapter 44: Harapan Baru untuk Ele

    Dokter mata…Ingatan Ele berkelana pada kenangan beberapa tahun silam. Kepalanya memutar ulang kenangan di masa sulitnya. Riuhnya suara orang-orang yang berlalu lalang sembari mendorong kursi roda. Bau menyengat khas dari tempat orang berobat. Gumaman-gumaman menyedihkan yang dilontarkan untuknya. Semuanya bagai mimpi buruk untuknya.Ia teringat bahwa hampir semua dokter yang ia temui mengatakan jika indera pengelihatannya tak bisa lagi diperbaiki. Semua jawaban yang ia terima selalu mengecewakan. Tak ada yang mampu membuatnya memupuk asa jika suatu saat ia akan kembali melihat terangnya dunia, birunya langit, atau indahnya warna daun yang gugur di halaman rumahnya.Sejak saat Ele aku menyerah dan menghapus segala kemungkinan yang ia impikan.“Ele?” panggil Van pelan.Ucapan-ucapan menyakitkan yang ia dengar bahkan dari ayahnya sendiri begitu mengusik batinnya. Apa lagi Agatha selalu memperlakukannya bak orang yang sama sekali ta

  • Beautiful Darkness   Chapter 43: Antara Ele, Van, dan Rintik Hujan

    Sekali lagi, Van kembali meludahkan darah yang menggenang di mulutnya.Setelahnya, ia kembali duduk di dapur di mana Ele tengah menunggunya dengan sekantung es batu yang dibebat dalam kain. Pria itu mengusap hidungnya yang berlumuran darah menggunakan tisu. Tisu itu ia remat dan ia lempar ke atas tumpukan tisu lain yang sedari tadi ia gunakan untuk menghapus darah di wajahnya. Ia memandang ke arah Ele yang dengan lembut memintanya untuk duduk tenang sementara gadis itu berniat mengurangi nyeri perawatnya.Ele menarik sebuah kursi dan duduk di depan Van. Gadis itu dengan perlahan mengulurkan tangannya dan mencari-cari wajah Van. Jemari Ele bergerilya sambil menekan pelan wajah perawatnya itu. Hingga saat Van mengaduh pelan, saat itu lah Ele menemukan bekas hantaman Yuna.“Bagian ini sakit?” tanya Ele pelan.“Tidak,” jawab Van berdusta.Ele lalu menekan bagian yang dimaksud dan mendengar geraman tertahan dari Van.&ldqu

  • Beautiful Darkness   Chapter 42: Amukan Yuna pada Van

    Suara Ele nyaris habis karena tertawa.Gadis itu menyerahkan microphone kepada Kiano alias Ghani yang tengah gila-gilaan menyanyi sambil berjoged bersama Yuna. Setelah mic itu ia serahkan, Ele kemudian menyerah lagi pada tawanya. Ia beringsut secara perlahan menuju ke sofa. Tangannya menyentuh tenggorokannya yang terasa gatal. Ia butuh minum atau tenggorokannya akan sekarat saat ini juga. Total sudah tujuh lagu ia nyanyikan bersama Yuna dan Kiano. Tak heran tenggorokannya sakit dan ia kelelahan sekali.Ele terkikik mendengarkan suara sumbang Yuna yang tengah menyanyikan lagu Good 4 U milik Olivia Rodrigo. Telinganya tak bisa menolerir lagi suara wanita itu. Bagi Ele, suara Yuna benar-benar payah. Ia terdengar sepertiorang yang akan digilas jempolnya dengan container. Sangat cempereng dan mengerikan, namun cukup menghibur baginya karena Yuna tak hanya menyanyi melainkan menari tanpa henti.Di sisi lain, Kiano ternyata memiliki suara yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status