Beranda / Romansa / Beautiful Darkness / Chapter 17: Baking

Share

Chapter 17: Baking

last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-30 15:41:47

“Aku pergi dulu, Eleanore. Jaga dirimu baik-baik.”

Yuna mengacak-acak rambut Ele dengan jemari lentiknya. Sudah hampir seminggu wanita itu selalu datang ke rumah Ele. Sejak kejadian percobaan bunuh diri sepekan lalu, Yuna jauh lebih protektif dari sebelumnya. Ia selalu datang di pagi hari dan pulang sore hari. Semuanya ia lakukan demi menemani Ele yang menurutnya, mentalnya tengah terguncang.

Lain dengan Yuna yang kerap menampakkan rasa pedulinya secara terang-terangan, Ele malah cenderung berhati-hati dengan sikap ramah yang ditunjukkan sahabatnya itu. Memang Yuna mungkin jadi satu-satunya orang yang mau berbaik hati menjadi teman dekatnya, namun Ele masih sulit untuk terlewat percaya dengan kebaikan yang ditunjukkan Yuna. Seperti halnya kali ini di mana Ele mendengus dan menjauhkan tangan Yuna sejauh mungkin dari rambutnya. Ia bahkan masih risih jika seseorang menyentuh rambutnya terlalu lama.

“Van, jaga Ele dengan benar. I’m watching you.”

Van terk

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Beautiful Darkness   Chapter 18: Janji Kosong

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu “Mau pesan apa, Pumpkin?” Eleanore membolak-balik buku menu makanan dengan malas. Di depannya kini tengah duduk dengan tenang; Tora yang hari ini datang dengan menggunakan kaus hitam polos yang dipadu padankan dengan blazer berwarna biru muda dan celana bahan hitam yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Tora sesekali melemparkan senyumnya ke arah Ele yang mana diacuhkan karena Ele agaknya sedang kesal padanya. Terhitung sudah satu minggu ini Sang Ibunda dirawat di rumah sakit. Semenjak insiden ditamparnya Sang Ibunda oleh ayahnya di ruang makan, keadaan ibunya semakin hari semakin memburuk saja. Bukan karena tamparannya. Tentu saja tamparan itu tak banyak berpengaruh padanya. Akan tetapi, dokter mengatakan bahwa pikiran lah yang sangat berpengaruh pada kesehatan Sang Ibunda. Kanker payudara yang diderita oleh ibunya sejak setahun belakangan ini benar-benar menguras pikiran Sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Beautiful Darkness   Chapter 19: Kenyataan Pahit

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu Setelah mendamaikan suasana hati Ele yang bergejolak, Tora kembali menawarkan gadisnya untuk memilih makanan sebanyak yang ingin dipesan. Ele kembali menggeleng lemah sebelum Tora membujuknya untuk memilih setidaknya beberapa makanan dan minuman karena sungguh, menurut Tora, kali ini wajah Ele cukup pucat. Beberapa hari merawat orang sakit tentu bukan hal yang mudah. Apalagi Tora tak membantu Ele sama sekali. Alibinya yang mengatakan jika ia pergi karena mengurus urusan keluarga membuatnya merasa bersalah. Ele, kekasih selingannya, dengan mudah mempercayai omong kosongnya. Bagi Tora, Ele terlalu naif. Gadis itu terlalu mudah dibodohi, dan ia sedikit menyesal karena telah berbohong pada Ele. Ia tidak pergi ke luar kota, tentu saja. Waktu di mana ia menghilang dari peredaran Eleanore, digunakan untuknya berduaan dengan kekasih pertamanya, Claudia. Claudia bersikeras memaksanya untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Beautiful Darkness   Chapter 20: Tawa Lepas Ele

    “Dari mana kau tahu aku suka ceri?” Pertanyaan itu berhasil membuat Van, untuk sejenak, mendadak gagap. Tanpa dapat dilihat Eleanore, pria itu kini menggaruk tengkuknya dan mencari-cari jawaban yang kiranya pas untuk pertanyaan Ele. Hingga setidaknya lima detik kemudian, ia menjawabnya. “Mmm … maksudku, ceri akan cocok jika ditaruh di atas tart. Semua orang pasti suka makan ceri yang ada di pucuk kue, ‘kan?” Ele belum puas akan jawaban Van dan hendak menanyakan lagi sebelum perawat itu sudah terlebih dahulu menempelkan buah ceri tepat di depan bibirnya. “Aaa...” Ele membuka mulutnya mengikuti titah Van. Gadis buta itu mengunyah buah mungil di mulutnya dalam diam. Rasa manis seketika menjalar di dalam mulutnya ketika giginya saling berbenturan saat mengunyahnya. Ini enak. Ele suka. “Kau suka?” Ele mengangguk lagi. Secara otomatis, tangan gadis itu terulur untuk mengambil sebuah lagi dari mangkuk namun Van langsung menah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Beautiful Darkness   Chapter 21: Kebohongan Tora

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu Tora nyaris terjatuh saat berjalan melewati lantai kamar mandi yang tengah dipel. Pemuda itu buru-buru mencengkeram gagang pintu sembari mengumpat pelan. Sosok cleaning service yang berdiri di depannya buru-buru membungkuk merasa bersalah. Tidak butuh waktu lama bagi petugas kebersihan itu untuk segera berlalu meninggalkan Tora yang terlihatsangat kesal karena nyaris terpeleset. Mengabaikan petugas kebersihan yang pergi tanpa mengucap maaf, Tora beralih menuju ke wastafel. Ia mengambil beberapa helai tisu yang tersedia di tembok kemudian segera menyalakan keran. Pemuda itu segera membasahi tisu di genggamannya lalu mengusap-usapkannya pada pakaian yang ia kenakan. Ia menggosok selama beberapa kali namun sialnya noda di pakaiannya tidak bisa hilang. Ia bahkan mengucek-kucek bajunya dengan sekuat tenaga hingga basahnya menyebar hingga hampir ke separuh baju itu. Ia mengendusny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Beautiful Darkness   Chapter 22: Terima Kasih yang Langka

    “Omong kosong! Aku tidak mencium lehermu!” “Iya kau menciumnya! Tadi ada rasa hangat-hangat di tengkukku!” “Itu bukan ciuman! Itu tanganku yang tak sengaja menempel di tengkukmu.” “Pembohong!” “Aku jujur!” sanggah Van untuk yang kesekian kalinya. “Lagi pula bukan kah kau seharusnya berterima kasih karena aku sudah mengikat rambutmu. Sudah tidak gerah lagi, ‘kan?” Ele terdiam sejenak. Sedari tadi ia dan perawatnya berdebat sengit. Ele menuduh Van telah mengecup tengkuknya. Sosok yang dituduh itu mengelak habis-habisan karena ia tak mau dituduh sebagai sosok yang kurang ajar karena mencium majikannya sendiri. Ele yakin betul bahwa yang beberapa waktu lalu terjadi adalah sebuah kecupan. Ia bisa merasakan sesuatu yang hangat menempel di tengkuknya dengan gerakan lembut. Ia nyaris terjatuh saking kagetnya dan buru-buru menuding jika Van adalah pelakunya. Akan tetapi, perawatnya itu membantah habis-habisan dan beralibi jika yang mene

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Beautiful Darkness   Chapter 23: Petaka Sebuah Video

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu Untuk ke sekian kalinya, Tora menekan nama ‘Pumpkin’ di layar ponselnya. Hingga detik ini sudah lebih dari lima puluh kali Tora menelpon Ele. Sebanyak lima puluh kali juga panggilannya diabaikan. Terlihat jelas jika Ele dengan gigih menolak mendengarkan penjelasan yang hendak dilontarkan oleh Tora. Terpeta semakin nyata pula penyesalan di wajah Tora kala bayangan ingatan Ele yang memutuskannya dengan tatapan kecewa dan netra yang berlinang air mata. Penyesalannya menghantuinya selama beberapa hari ini. Semenjak kejadian di restaurant itu, Tora sama sekali tidak dapat berkomunikasi dengan Ele. Ia sebenarnya sempat mendatangi rumah sakit tempat ibunda Ele dirawat, namun pihak administratif rumah sakit mengatakan bahwa ibu Ele telah dipindahkan ke rumah sakit lain yang lebih memadai lagi. Ketika ia menanyakan alamat rumah sakit itu pada mereka, mereka menolaknya dengan alasan bahwa mereka tidak dapat memberikan inf

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-15
  • Beautiful Darkness   Chapter 24: Pengakuan Cinta Van

    Van tersenyum geli. Duduk dengan tenang di sebelahnya, adalah sosok perempuan termanis yang sedang mengunyah sepotong black forest dengan bibir dan tangan yang belepotan cokelat. Sosok itu dengan santainya memakan segigit demi segigit kue yang baru saja matang. Tak sadar saja jika setiap pergerakannya tengah dipantau dengan saksama oleh sosok pria di sampingnya. Van tersenyum memandang Ele yang tak ubahnya terlihat bak seekor kelinci. Saat ia membandingkan Ele dengan kelinci, ia tak sekadar membual. Ele memang terlihat seperti kelinci. Dua gigi depannya yang berukuran besar menyembul keluar saat ia sedang mengunyah. Sesekali Ele akan mengendus kue di tangannya kemudian melanjutkan kunyahannya lagi seolah tanpa jeda. Cara Ele menghabiskan makanannya pun begitu menggemaskan. Ia memegang cake itu dengan kedua tangannya. Tanpa Ele sadari, tangan dan bajunya terkotori oleh noda cokelat dari kue yang tengah ia habiskan. Ele mengunyah dengan tenang, nyaris tanpa sua

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Beautiful Darkness   Chapter 25: Korban yang Disalahkan

    Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu “Eleanore.” Sosok yang sedari tadi diam tergugu itu sama sekali menolak untuk mengangkat kepalanya. Ia merasakan neraka dunia perlahan-lahan dibukakan dengan sukarela untuknya. Ia bertanya-tanya sedari tadi, kejahatan atau kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga ia harus merasakan kesukaran hidup seperti ini. Sejak empat puluh menit yang lalu ia duduk dengan tegang di ruang kepala sekolah. Kepala sekolahnya secara pribadi memanggilnya terkait skandal yang ia sendiri tak menyadarinya. Sejak mendudukkan diri di atas kursi panas, ia tahu jika hidupnya tengah dalam masalah besar. Kepala sekolahnya tanpa tedeng aling-aling langsung menghardiknya dengan mengatakan jika ia telah merugikan sekolah dengan skandal memalukan tersebut. Pria tua itu marah-marah tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu pada Ele. Baru ketika Ele memberanikan diri untuk memotong ucapan kepala sekolahnya, Ele disodorkan la

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13

Bab terbaru

  • Beautiful Darkness   Chapter 50: Pertanyaan Mendadak dari Nick

    “Bilang saja.”Ele mengernyitkan keningnya seiring dengan berhentinya lagu yang diputar Van. Lagu selanjutnya tak kunjung bisa Ele dengar. Mungkin Van sengaja menekan tombol pause karena katanya perawatnya ingin mengatakan sesuatu. Ele menunggu dalam diam, tapi tak ada satu patah kata pun yang terucap dari bibir Van.“Mau bilang apa?” tanya Ele.Van masih tak mau menjawabnya. Pria itu, tanpa sepengetahuan Ele, malah duduk gelisah sambil meracau dalam diam. Van menjambak rambutnya sendiri dan ia mengumpat tanpa suara. Ia dalam kebimbangan luar biasa karena separuh hatinya ingin mengatakan kebenaran, namun separuh lainnya merasa masih belum siap. Tapi sialnya ia sudah terlanjur mengatakan akan memberitahu Ele.“Van? Jangan diam saja!”Ele mulai kesal. Perawatnya seolah berubah menjadi orang gagu karena tak menyahut sedari tadi. Ia mulai memandang curiga ke arah Van.“Apa kau menyembunyikan sesuatu dari

  • Beautiful Darkness   Chapter 49: Teh yang Akan Tumpah

    “Sewaktu aku SMA, ayah memberikan banyak uang pada Kak Rey untuk merintis start up. Ayah tadinya akan memberikan salah satu anak perusahaannya pada Kak Rey namun kakakku menolaknya. Ia bilang jika ia ingin berusaha membangun sendiri perusahaannya tanpa campur tangan ayah. Akan tetapi, ayah tak tega. Ia akhirnya memberikan suntikan dana dan membiarkan Kak Rey menjalankan sendiri usahanya. Ia lalu pernah berkata padaku bahwa perusahaan yang seharusnya diberikan pada Kak Rey, kelak akan diberikan padaku jika aku sudah lulus kuliah. Sekarang perusahaan itu dikelola atas nama Agatha. Wanita itu merampasnya dariku.” “Sejak kapan Agatha menjalankan perusahaan itu?” “Setelah ia menikahi ayahku sepuluh tahun yang lalu,” jawab Ele. “Semua mimpi burukku terjadi sepuluh tahun yang lalu.” “Apa saja yang terjadi sepuluh tahun yang lalu?” Van mencoba memancing Ele. Kendati ia tahu betul situasi sepuluh tahun silam yang dimaksud Ele, namun ia ingin mendengar sendiri secara langsung dari Ele. “Kau

  • Beautiful Darkness   Chapter 48: Rencana Pertemuan yang Sulit

    Ele dan Van berhasil kembali ke rumah sebelum petang. Satu jam setelahnya, Agatha dan Damian pulang ke rumah setelah menjalani perjalanan bisnis sekaligus liburan di Maldives. Kedua orang tua Ele itu tiba dengan membawa berbagai macam buah tangan baik berupa makanan atau pun barang. Ele yang kala itu tengah menyantap makan malamnya bersama Van buru-buru menghabiskan makanan di piringnya. Ia mencoba menghindari bertemu dengan orang tuanya sebisa mungkin. Sayangnya, ketika di suapan terakhir, Damian dan Agatha datang ke ruang makan untuk menahan Ele. Dengan wajah sumringah, Damian memberikan sebuah kotak yang dihiasi dengan pita berwarna putih di bagian atasnya. Ia meletakkan kotak itu di pangkuan anaknya. “Buka lah,” ujar Damian. Tanpa bergairah Eleanore membuka kotak itu. Rupanya Damian memberikan sebuah clutch berwarna marun yang terlihat elegan. Ele meraba-raba bentuk clutch itu lalu meletakkan kembali pemberian ayahnya ke dalam boks. Ia jelas tak tertarik sama sekali. “Kau suka

  • Beautiful Darkness   Chapter 47: Semesta Berpihak Padanya

    Selepas bertemu dengan Reynold, Van bergegas memesan tiket pulang. Ia berpacu dengan waktu. Setelahnya, pria itu langsung ngebut gila-gilaan menuju ke Pusat Komunitas untuk menjemput Ele. Beruntung baginya ia bisa mengandalkan Ghani, sahabatnya yang juga diundang ke Pusat Komunitas, untuk mengulur waktu. Dengan bantuan Ghani, Ele bisa sedikit lebih sibuk sehingga gadis itu baru minta dijemput pada pukul tujuh malam. Sesampainya di rumah, rupanya gadis itu kelelahan. Ele melewatkan makan malam dan memilih tidur lebih awal. Beruntung sekali lagi bagi Van, karena dengan begitu ia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terasa pegal akibat perjalanan luar pulau yang mendadak ia lakukan dalam satu hari. Ia tidur dengan meminum obat pereda nyeri untuk meredakan rasa sakit akibat pukulan dan tendangan yang dilayangkan Reynold. Di pagi harinya, ia bangun dan menyiapkan segala keperluan Ele untuk ke rumah sakit. Agatha dan Damian yang masih belum pulang ke rumah menjadi salah satu hal baik yang m

  • Beautiful Darkness   Chapter 46: Perjanjian Reynold dan Agatha

    Kalimat yang keluar dari bibir Reynold membuat Van terhenyak. Ia kesulitan bernapas dan hanya mematung menatap kosong pada Reynold. Tubuhnya terasa luar biasa lemas. Bahkan saat dirinya dibawa keluar oleh beberapa waiter, dirinya hanya bisa pasrah. Van kehilangan kalimat yang sudah ia rangkai di kepala. Yang ada di kepalanya saat ini praktis tak ada. Ia terlampau terkejut setelah mendengar ucapan Reynold. Setelah mencari-cari alasan mengapa semua orang menyalahkannya atas kondisi Ele, akhirnya ia tahu juga penyebabnya. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena Ele yang mengalami kecelakaan akibat mengejar mobilnya sepuluh tahun silam. Kecelakaan yang sama sekali tak ia ketahui. Tak ada satu pun orang yang memberitahu tentang kecelakaan itu. Ia merasa seperti idiot yang tak tahu menahu. “Brengsek Sialan! Kau membuatnya buta!” “Kak—" “Keluar kalian berdua!” Van merasakan tangannya diseret oleh seorang pria bertangan kekar. Tangan itu mencengkeram erat lengan atasnya. Saat ia

  • Beautiful Darkness   Chapter 45: Jawaban yang Dicari Selama Ini

    “Tora?”Sosok yang tengah duduk di tengah-tengah keramaian itu memanggil sebuah nama yang tentu tak asing di telinganya.Sosok yang selama ini dicari mati-matian oleh gadis yang ia kasihi memanggil nama itu dengan nada yang terlewat tenang. Akan tetapi, nada tenang yang mengalun dari bibir itu menyiratkan sesuatu yang lebih besar. Seolah-olah ia tengah menahan sesuatu yang telah lama ia pendam. Seperti akan ada badai yang datang setelah ketenangan tak menenangkan yang didengar itu menyapa gendang telinga Van.Yang dipanggil Tora lalu mengamati balik orang itu dengan pandangan menelisik. Terima kasih pada sekretarisnya yang telah berusaha keras untuk menemukan Reynold. Berkat kemampuan handal dan koneksi yang tersedia, sekretarisnya berhasil menemukan keberadaan Reynold yang ternyata tinggal di Bali selama pelariannya sepuluh tahun ini.Terima kasih pula pada Yuna yang mendadak mengajak Ele untuk datang ke Pusat Komunitas hari ini. Yuna bilang

  • Beautiful Darkness   Chapter 44: Harapan Baru untuk Ele

    Dokter mata…Ingatan Ele berkelana pada kenangan beberapa tahun silam. Kepalanya memutar ulang kenangan di masa sulitnya. Riuhnya suara orang-orang yang berlalu lalang sembari mendorong kursi roda. Bau menyengat khas dari tempat orang berobat. Gumaman-gumaman menyedihkan yang dilontarkan untuknya. Semuanya bagai mimpi buruk untuknya.Ia teringat bahwa hampir semua dokter yang ia temui mengatakan jika indera pengelihatannya tak bisa lagi diperbaiki. Semua jawaban yang ia terima selalu mengecewakan. Tak ada yang mampu membuatnya memupuk asa jika suatu saat ia akan kembali melihat terangnya dunia, birunya langit, atau indahnya warna daun yang gugur di halaman rumahnya.Sejak saat Ele aku menyerah dan menghapus segala kemungkinan yang ia impikan.“Ele?” panggil Van pelan.Ucapan-ucapan menyakitkan yang ia dengar bahkan dari ayahnya sendiri begitu mengusik batinnya. Apa lagi Agatha selalu memperlakukannya bak orang yang sama sekali ta

  • Beautiful Darkness   Chapter 43: Antara Ele, Van, dan Rintik Hujan

    Sekali lagi, Van kembali meludahkan darah yang menggenang di mulutnya.Setelahnya, ia kembali duduk di dapur di mana Ele tengah menunggunya dengan sekantung es batu yang dibebat dalam kain. Pria itu mengusap hidungnya yang berlumuran darah menggunakan tisu. Tisu itu ia remat dan ia lempar ke atas tumpukan tisu lain yang sedari tadi ia gunakan untuk menghapus darah di wajahnya. Ia memandang ke arah Ele yang dengan lembut memintanya untuk duduk tenang sementara gadis itu berniat mengurangi nyeri perawatnya.Ele menarik sebuah kursi dan duduk di depan Van. Gadis itu dengan perlahan mengulurkan tangannya dan mencari-cari wajah Van. Jemari Ele bergerilya sambil menekan pelan wajah perawatnya itu. Hingga saat Van mengaduh pelan, saat itu lah Ele menemukan bekas hantaman Yuna.“Bagian ini sakit?” tanya Ele pelan.“Tidak,” jawab Van berdusta.Ele lalu menekan bagian yang dimaksud dan mendengar geraman tertahan dari Van.&ldqu

  • Beautiful Darkness   Chapter 42: Amukan Yuna pada Van

    Suara Ele nyaris habis karena tertawa.Gadis itu menyerahkan microphone kepada Kiano alias Ghani yang tengah gila-gilaan menyanyi sambil berjoged bersama Yuna. Setelah mic itu ia serahkan, Ele kemudian menyerah lagi pada tawanya. Ia beringsut secara perlahan menuju ke sofa. Tangannya menyentuh tenggorokannya yang terasa gatal. Ia butuh minum atau tenggorokannya akan sekarat saat ini juga. Total sudah tujuh lagu ia nyanyikan bersama Yuna dan Kiano. Tak heran tenggorokannya sakit dan ia kelelahan sekali.Ele terkikik mendengarkan suara sumbang Yuna yang tengah menyanyikan lagu Good 4 U milik Olivia Rodrigo. Telinganya tak bisa menolerir lagi suara wanita itu. Bagi Ele, suara Yuna benar-benar payah. Ia terdengar sepertiorang yang akan digilas jempolnya dengan container. Sangat cempereng dan mengerikan, namun cukup menghibur baginya karena Yuna tak hanya menyanyi melainkan menari tanpa henti.Di sisi lain, Kiano ternyata memiliki suara yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status