Beranda / Romansa / Bayi Miliarder Yang Tak Terduga / Bab 61. Sikap dingin dan penolakan

Share

Bab 61. Sikap dingin dan penolakan

Penulis: Miarosa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-20 08:29:06

Tiba-tiba, ponselnya berdering.

Brisa menunduk dan melihat nama Ivana muncul di layar. Senyum kecil muncul di wajahnya sebelum ia mengangkat panggilan itu.

"Halo, Ivana!" sapanya.

Suara Ivana di seberang terdengar merajuk. "Akhirnya kamu mengangkat teleponku! Ke mana saja kau? Tidak ada kabar, tidak ada pesan! Aku khawatir, tahu!"

Brisa menghela napas panjang. "Maaf, ada banyak hal yang terjadi padaku beberapa hari terakhir ini."

Ivana terdengar menghela napas. "Aku bisa merasakannya. Suaramu terdengar tidak baik. Ada apa?"

Brisa menggigit bibirnya. Ia belum sempat memberi tahu Ivana tentang apa yang terjadi pada Sagara.

"Aku… aku tidak tahu harus mulai dari mana," ucapnya dengan suara pelan.

"Maka mulai saja dari awal," kata Ivana lembut.

Brisa menutup matanya sejenak, lalu mulai menceritakan semuanya. Tentang seseorang yang menyerang Sagara, tentang bagaimana pria itu hampir kehilangan nyawanya. Tentang ketakutannya saat melihat tubuh Sagara terbaring tak berdaya. Tentang b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 62. Luka yang menganga

    Bu Tara menghela napas panjang sebelum menambahkan, "Sepertinya Sagara belum mengatakan apa pun pada orang tuanya tentang masalah kalian." Brisa menatap ibunya dengan kaget. "Maksud Ibu?" "Ibu memperhatikan tadi," ujar Bu Tara dengan suara pelan. "Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka tahu sesuatu. Kalau Sagara sudah memberi tahu mereka, pasti akan ada reaksi yang berbeda." Brisa merasa hatinya semakin sesak. Kenapa Sagara belum memberi tahu orang tuanya? Apakah itu artinya ia masih ragu untuk mengakhiri semuanya? Atau justru ia tidak ingin masalah ini diketahui oleh siapa pun? "Kamu masih punya kesempatan, Brisa," kata Bu Tara lembut. "Jangan biarkan semua ini menghancurkan pernikahan kalian." Brisa menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca, tetapi sebelum ia bisa menjawab, suara Pak Raditya terdengar dari ruang makan. "Ayo, makan siang sudah siap!" Bu Tara menepuk tangan putrinya dengan lembut. "Ayo, kita ke meja makan!" Saat semua orang berkumpul di meja makan, su

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 63. Rumah yang terasa begitu dingin

    Malam telah larut ketika keheningan menyelimuti rumah. Orang tua mereka telah kembali ke kediaman masing-masing, meninggalkan Brisa dan Sagara berdua di rumah besar yang kini terasa begitu dingin.Brisa berdiri di depan pintu kamar mereka, hatinya berdegup kencang. Ia berharap malam ini akan ada sedikit perubahan, berharap bahwa Sagara setidaknya akan membiarkannya tidur di sampingnya seperti dulu.Dengan hati-hati, ia membuka pintu dan melangkah masuk. Sagara ada di sana, duduk di tepi ranjang, mengenakan kaus putih polos dan celana tidur. Namun, bukannya menyambutnya, pria itu justru mengangkat kepala dengan tatapan tajam dan penuh kebencian."Apa yang kamu lakukan di sini?" suaranya dingin, tidak beremosi.Brisa menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku… aku ingin tidur," jawabnya lirih."Di kamar lain," potong Sagara tanpa ragu.Dada Brisa serasa diremas. "Sagara, ini kamar kita."Sagara mendengus pelan, lalu menatapnya dengan tatapan yang begitu asing, seolah ia a

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 64. Terlalu lelah

    Cahaya matahari yang masuk melalui jendela membuat Brisa terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak. Semalaman ia hanya bisa terisak dalam diam, sampai akhirnya tertidur di lantai ruang tamu tanpa selimut, tanpa bantal, tanpa siapa pun yang peduli. Tubuhnya terasa pegal, tetapi yang lebih menyakitkan adalah hatinya. Brisa mengangkat kepalanya, menatap ke sekeliling. Rumah ini masih sama seperti kemarin, tetapi rasanya begitu berbeda. Ia menyadari sesuatu—ia telah kehilangan kehangatan yang dulu selalu ada di sini. Perlahan, ia berdiri dan berjalan menuju dapur. Perutnya kosong, tetapi ia tidak merasa lapar. Yang ia butuhkan hanyalah sedikit ketenangan. Saat sedang menuangkan segelas air, suara langkah kaki terdengar. Brisa menoleh, berharap menemukan Sagara. Namun, saat pria itu muncul di ambang pintu, yang ia dapatkan hanyalah tatapan dingin yang bahkan lebih menusuk daripada semalam. Sagara tidak mengatakan apa pun. Ia hanya berjalan melewatinya begitu saja, seolah Brisa tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 65. Mata penuh luka

    "Arga." Brisa menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Aku nggak tahu harus mulai dari mana."Arga tetap diam, menunggu dengan sabar.Brisa menggenggam kedua tangannya di atas meja, lalu mulai berbicara, suaranya hampir bergetar."Rumah tanggaku sedang tidak baik-baik saja."Arga mengernyit. "Kenapa?"Brisa menatap meja, seolah mencari keberanian dalam serat kayunya. "Sagara, dia berubah.""Berubah gimana?""Dia tidak menginginkanku lagi."Arga terdiam sesaat sebelum berkata, "Itu nggak masuk akal. Kalian baru menikah, kan?"Brisa mengangguk pelan. "Ya. Awalnya, semuanya baik-baik saja. Tapi ada sesuatu yang terjadi, sesuatu yang membuat dia membenciku sekarang."Arga menatapnya lebih serius. "Apa yang terjadi, Brisa?"Brisa menghela napas panjang. "Aku hamil."Arga tidak langsung bereaksi. "Oke? Seharusnya itu kabar baik, kan? Dan kamu sekarang sedang hamil. Semua orang di kantor pun tahu itu."Brisa tersenyum miris. "Seharusnya. Tapi masalahnya, Sagara percaya bahwa anak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 66. Di dunia yang berbeda

    Di ruang tengah, Sagara duduk di sofa dengan sebuah buku terbuka di tangannya. Matanya menelusuri halaman demi halaman, tetapi pikirannya sama sekali tidak terfokus pada bacaan itu. Sesekali, matanya melirik ke arah meja dapur, tempat Brisa duduk dengan laptopnya.Wanita itu tampak serius menatap layar, jari-jarinya menari di atas keyboard. Rambut panjangnya yang sedikit berantakan dibiarkan tergerai, sesekali ia menyelipkannya ke belakang telinga. Di sampingnya ada secangkir teh yang uapnya sudah mulai berkurang.Sudah berhari-hari mereka tidak berbicara.Setelah malam ketika ia mengusir Brisa dari kamar mereka, jarak di antara mereka semakin terasa nyata. Mereka tinggal di rumah yang sama, tetapi seakan berada di dunia yang berbeda.Brisa tidak pernah mencoba mengajaknya berbicara lagi dan Sagara tidak tahu kenapa, tetapi ia selalu mendapati dirinya diam-diam memperhatikan wanita itu seperti sekarang.Sagara menutup bukunya perlahan, pura-pura menyesuaikan posisi duduknya, padahal s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 67. Hanya kesalahpahaman

    Saat tiba di mall, Brisa langsung melihat ibunya berdiri di depan lobi utama dengan senyuman hangat. "Sayang, kau sudah datang!" Bu Tara langsung menggandeng tangan putrinya. "Ayo, kita lihat-lihat dulu!" Mereka berjalan menuju area pakaian wanita. Bu Tara sibuk melihat berbagai model pakaian yang tergantung di rak, sementara Brisa hanya mengikuti dari belakang dengan pikiran yang melayang. Saat sedang memilih pakaian, tiba-tiba Brisa merasa ada sesuatu yang aneh. Dari kejauhan, matanya menangkap sosok seorang wanita. Brisa mengerutkan kening. Jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Ivana? Tidak mungkin. Brisa mencoba memastikan, wanita itu memiliki rambut panjang sebahu yang berwarna hitam, menggunakan kacamata, dan gerak-gerik tubuhnya mirip seseorang yang Brisa kenal. Semakin ia perhatikan, semakin yakin ia bahwa wanita itu adalah Ivana, sahabatnya yang telah lama pergi ke luar negeri. Brisa mengucek matanya berkali-kali, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 68. Berjalan di atas pecahan kaca

    Satu dering.Dua dering.Tiga dering.Masih tidak ada jawaban.Air matanya mulai menggenang. Apakah ini nyata? Apakah yang ia lihat sekarang bukan hanya kebetulan belaka?Sagara mengangkat gelasnya, menyesap minuman dengan tenang, kemudian menatap wanita di depannya dengan ekspresi yang tidak pernah ia tunjukkan lagi pada Brisa selama beberapa minggu terakhir.Keakraban itu terasa begitu menusuk."Brisa." Bu Tara menyentuh lengannya. "Kamu yakin itu Ivana?"Brisa menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca."Dia tidak mengangkat teleponku, Bu," suaranya hampir tidak terdengar.Bu Tara menghela napas, mencoba tetap tenang meskipun wajahnya kini menunjukkan sedikit keraguan. "Mungkin dia sedang sibuk, Sayang. Jangan langsung berpikiran buruk."Brisa menggeleng pelan."Tidak, Bu. Aku harus tahu kebenarannya."Dengan langkah yang tidak stabil, ia bergerak maju. Bu Tara langsung menggenggam lengannya. "Brisa, tunggu dulu—""Aku harus tahu, Bu," suara Brisa terdengar putus asa. "Kalau itu benar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 69. Pengkhianatan yang menyisakan luka

    Brisa mengemudi menuju rumah, matanya kabur karena air mata yang terus mengalir. Dadanya sesak, seakan-akan ada tangan tak kasatmata yang meremas hatinya hingga hampir hancur.Sesampainya di rumah, ia melempar tasnya ke sofa, napasnya masih tersengal-sengal akibat tangis yang tertahan. Seluruh tubuhnya gemetar. Lalu, tidak lama kemudian, suara deru mesin mobil terdengar dari luar. Sagara baru saja sampai.Brisa segera menghapus air matanya, meskipun itu percuma. Matanya pasti sudah bengkak, wajahnya pasti sudah terlalu jelas menunjukkan betapa remuknya ia saat ini.Pintu terbuka, dan langkah kaki Sagara terdengar memasuki rumah. Brisa membalikkan tubuhnya, menatap pria itu dengan mata yang masih merah."Kenapa?" suaranya pecah, tetapi ia tidak peduli.Sagara menutup pintu dengan tenang, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Apa maksudmu?"Brisa tertawa sinis. "Jangan berpura-pura bodoh, Sagara!"Sagara menatapnya dengan dingin. "Kenapa? Kau benar-benar ingin tahu alasannya?""Tentu saja!" s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 107. Tidak ada tempat untukku

    Ivana tidak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan sosok Brisa dalam hidupnya. Ia pikir, kepergiannya ke Jepang sudah cukup untuk menghapus luka dan rasa tidak adil yang selama ini menggerogoti dirinya, tapi nyatanya, semua itu kembali menyeruak, jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Ia berdiri di seberang rumah itu sambil menggenggam sebuah surat yang sudah kusut di tangannya—surat dari Brian untuk Brisa yang tak pernah sampai ke tangan Brisa. Rasa bersalah sempat menghantui, tapi rasa bersalah itu ditelan oleh kebencian yang lama terpendam. Dalam matanya, Brisa adalah wanita yang selalu mendapatkan segalanya. Wajah cantik, keluarga harmonis, karir cemerlang, dan sekarang, dua pria yang sama-sama rela mengorbankan segalanya untuknya—Sagara dan Brian. Ivana menggigit bibirnya hingga nyaris berdarah. “Aku juga cantik. Aku juga pintar, tapi kenapa mereka tak pernah melihatku?” Kilasan masa lalu menyapu pikirannya. Waktu-waktu saat ia diam-diam memendam rasa pada Sagara,

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 106. Mama ingin kamu bahagia

    Bu Tara menggenggam tangan putrinya. “Mama mengerti, Nak. Mama cuma ingin kamu bahagia.”Pak Aryan mengangguk pelan. “Kalian sudah jadi orang tua sekarang. Kami percaya, kalian akan tahu kapan waktu yang tepat.”Setelah suasana kembali mencair, Bu Tara tiba-tiba bertanya, “Oh iya, Brian. Orang tuamu nggak datang ke Osaka?”Brian mengangguk. “Sudah aku kabari. Mereka akan ke sini dalam satu minggu. Mereka senang sekali waktu tahu Arsaka lahir. Ayah malah bilang mau jadi guru bahasa Jawa buat cucunya.”Semua tertawa. Udara kembali hangat.***Beberapa hari kemudian, jam menunjukkan pukul delapan pagi. Brian tengah berada di ruang kerja kecil di rumah Brisa, satu tangan mengayun-ayun bouncer tempat Arsaka tidur, tangan lainnya mengetik cepat di laptop. Beberapa berkas terbuka di sekelilingnya—rencana ekspansi perusahaan dan laporan harian dari Deborah.Sejak meninggalkan Indonesia beberapa bulan lalu, Brian mengatur semua pekerjaannya dari Osaka. Sebagai CEO sebuah perusahaan, ia tidak b

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 105. Hari kelahiran

    Tiga minggu sebelum hari perkiraan lahir, Brisa mengalami kontraksi palsu. Brian panik luar biasa. Ia membawa Brisa ke rumah sakit padahal ternyata hanya Braxton Hicks.“Aku kira dia mau lahir,” gumamnya di mobil sambil menyeka keringat.Brisa tertawa kecil. “Tenang, Brian. Masih ada waktu.”“Kalau kamu tahu rasanya jantungku waktu kamu bilang ‘sakitnya beda’ tadi rasanya kayak disetrum.”Brisa tertawa lagi, tapi kali ini lebih hangat. “Kamu panik tapi lucu.”Brian meliriknya. “Tuh, akhirnya kamu bilang aku lucu juga.”Brisa menutup mulutnya, malu, tapi senyum itu tak bisa disembunyikan.***Hari kelahiran pun tiba. Pagi hari, air ketuban Brisa pecah. Brian yang mengantar ke rumah sakit dengan tangan gemetar. Ia menelepon bibi Brisa, mengurus administrasi, menenangkan Brisa, bahkan menyempatkan diri memotret momen-momen penting.Saat Brisa berteriak kesakitan dalam proses persalinan, Brian memegang tangannya erat. “Kamu bisa, Brisa. Kamu kuat. Aku di sini.”Empat jam kemudian, tangisa

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 104. Arsaka

    Beberapa minggu kemudian, suasana di rumah kecil Brisa di Osaka terasa jauh lebih hangat. Brian memutuskan tinggal di Jepang untuk sementara waktu. Ia membantu Brisa ke rumah sakit, ikut senam kehamilan, bahkan mulai belajar memasak masakan Jepang sederhana dari bibinya Brisa. Suatu sore, ketika matahari hampir terbenam dan sakura berguguran pelan, Brian duduk di beranda rumah dengan Brisa bersandar di bahunya. "Kurasa kita akan baik-baik saja," bisik Brisa. "Aku tahu kita akan baik-baik saja," jawab Brian. "Karena sekarang, aku punya segalanya. Kamu. Anak kita." Brisa menutup mata, tersenyum pelan. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, hatinya merasa damai.***Minggu-minggu berikutnya menjadi perjalanan yang tak mudah bagi Brian. Meskipun Brisa telah memaafkannya dan memberinya tempat dalam hidup sebagai ayah dari anak yang mereka kandung bersama, bukan berarti hatinya langsung terbuka untuk cinta yang baru. Brian mengerti itu, tapi bukan berarti ia menyerah.Ia bangun le

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 103. Hatiku masih di masa lalu

    Brisa terlihat seolah tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat. Mata mereka bertemu dalam tatapan panjang yang menyimpan begitu banyak perasaan. Kerinduan. Luka. Bingung. Cinta. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Suaranya nyaris tak terdengar. "Aku datang karena aku harus memberitahumu sesuatu," jawab Brian lembut. "Sesuatu yang sangat penting." Brisa mundur selangkah, ragu. Tangannya secara refleks menyentuh perutnya yang kini membulat. Brian melihat itu dan hatinya terasa seperti diremas. Ia ingin menyentuh perut itu. Ingin menyentuh nyawa kecil di dalamnya—anak mereka. "Brisa, anak yang kamu kandung itu adalah anakku," ucap Brian akhirnya. Brisa terdiam. Seolah kata-kata itu butuh waktu lama untuk diproses dalam kepalanya. "Apa maksudmu?" tanyanya perlahan, keningnya mengerut bingung. "Brian, kamu bilang anak ini anakmu?" "Iya. Anak itu anakku." "Tapi bagaimana bisa? Ini hasil inseminasi buatan. Aku tidak pernah...." Brisa tidak bisa melanjutkan. Ia menatap Brian dengan

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 102. Osaka

    Pukul lima sore, suasana kantor pusat milik keluarga Hendratama tampak sedikit berbeda dari biasanya. Lantai tertinggi yang biasanya sibuk dengan lalu-lalang staf kini terasa lebih tenang, namun tetap formal. Penerangan hangat menyinari lorong menuju ruang CEO, dan dua staf keamanan berjaga di depan pintu utama.Pak Aryan dan Bu Tara berdiri di hadapan pintu kayu tinggi bertuliskan nama lengkap Brian Hendratama. Pak Aryan melirik jam tangannya, kemudian mengetuk pelan."Silakan masuk!" terdengar suara dari dalam.Saat pintu dibuka, Brian berdiri dari balik mejanya. Jasnya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih yang masih rapi dengan lengan tergulung. Rambutnya sedikit berantakan, tanda ia sibuk sejak pagi, tapi matanya menyiratkan harapan."Pak Aryan, Bu Tara, silakan duduk! Saya senang sekali Bapak dan Ibu datang."Mereka bertiga duduk di sofa panjang dekat jendela besar. Kopi dan teh sudah disiapkan oleh sekretaris Brian, tapi tak satu pun dari mereka menyentuhnya.Pak Aryan memulai

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 101. Ketegangan yang nyata

    Bu Tara mengangguk kecil sambil melepas kacamata hitamnya. "Terima kasih, Mbak Ani. Semua baik-baik saja, kan?" Mbak Ani tersenyum canggung. "Semuanya baik-baik saja, Bu." Pak Aryan ikut masuk, meletakkan koper di dekat sofa. Ia memutar lehernya ke kanan dan kiri, lalu bertanya dengan suara yang khas, dalam dan tenang, "Tidak ada masalah selama kami pergi?" Mbak Ani sempat ragu, namun akhirnya menjawab, "Tidak ada, Pak. Rumah baik-baik saja. Hanya kemarin...." Bu Tara yang baru saja duduk di sofa, menoleh cepat. "Kemarin? Ada apa?" Mbak Ani mengatupkan tangan di depan perutnya, menunduk sedikit. "Mas Brian sempat datang ke rumah." Keduanya saling pandang seketika. Wajah Pak Aryan yang biasanya tenang, tampak berubah. Matanya mengeras. Sementara Bu Tara mengerutkan kening, terlihat cemas. "Brian?" ulang Pak Aryan, nadanya berat. "Apa yang kamu katakan padanya?" Mbak Ani menelan ludah. "Saya bilang kalau Bapak dan Ibu sedang pergi ke luar negeri." Pak Aryan memicingkan mata, se

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 100. Tidak ada kehangatan

    "Pergi? Ke mana?" "Keluar negeri, Mas. Sudah tiga hari yang lalu." Deg. Brian mengerutkan kening. "Keluar negeri? Serius? Brisa juga ikut?" Mbak Ani mengangguk pelan. "Iya, Mas. Bertiga. Ibu, Bapak, sama Mbak Brisa. Mereka nggak bilang pergi ke mana secara spesifik, cuma bilang mereka akan tinggal cukup lama di luar negeri." Brian mundur satu langkah, kepalanya mendadak ringan, seperti darah mengalir terlalu cepat ke ubun-ubun. "Mereka ninggalin Indonesia dan nggak bilang apa-apa ke aku?" Mbak Ani tampak canggung. "Maaf, Mas. Saya juga nggak tahu banyak. Saya hanya diberi tugas menjaga rumah sementara. Mereka cuma bilang bahwa mereka pergi untuk waktu yang belum bisa dipastikan." "Nggak ninggalin pesan? Nggak ada surat buat aku? Nggak ada kabar?" Mbak Ani menggeleng pelan. Brian terdiam beberapa saat. Matanya memerah, rahangnya mengeras. "Mbak, Brisa nggak bilang apa-apa sebelum pergi? Tentang aku? Tentang bayi kami?" "Saya benar-benar nggak tahu, Mas. Maaf. Mb

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 99. Langit sore yang kelabu

    Malam itu, setelah semua tenang dan lampu ruangan dipadamkan, Brisa duduk sendiri di depan jendela. Di luar, salju tipis mulai turun, menyelimuti halaman rumah Bibi Rika. Ia memeluk bantal kecil sambil mengusap perutnya. “Hari pertama kita di tempat yang baru, Nak,” bisiknya lembut. “Maaf, kalau dunia belum terlalu ramah padamu, tapi Ibu janji, kita akan cari tempat yang bisa jadi rumah. Rumah yang sesungguhnya.” *** Hari-hari selanjutnya berlalu dalam keheningan yang menyembuhkan. Bibi Rika mengajaknya berjalan pagi ke taman kecil dekat kuil, mengajarkan Brisa cara membuat onigiri, dan memperkenalkan berbagai teh herbal yang bisa membuatnya rileks. Brisa mulai menulis lagi. Ia membuka laptop tuanya dan mulai mengetik catatan harian, entah untuk dirinya sendiri, untuk anaknya, atau untuk masa depannya. Pagi hari rumah itu dipenuhi aroma teh chamomile. Siang hari, suara radio Jepang mengalun pelan, kadang lagu lama, kadang sekadar berita. Malam hari, rumah itu senyap kecuali detak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status