Home / Romansa / Bayi Miliarder Yang Tak Terduga / Bab 67. Hanya kesalahpahaman

Share

Bab 67. Hanya kesalahpahaman

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-03-20 19:58:40

Saat tiba di mall, Brisa langsung melihat ibunya berdiri di depan lobi utama dengan senyuman hangat.

"Sayang, kau sudah datang!" Bu Tara langsung menggandeng tangan putrinya. "Ayo, kita lihat-lihat dulu!"

Mereka berjalan menuju area pakaian wanita. Bu Tara sibuk melihat berbagai model pakaian yang tergantung di rak, sementara Brisa hanya mengikuti dari belakang dengan pikiran yang melayang.

Saat sedang memilih pakaian, tiba-tiba Brisa merasa ada sesuatu yang aneh.

Dari kejauhan, matanya menangkap sosok seorang wanita. Brisa mengerutkan kening.

Jantungnya langsung berdetak lebih cepat.

Ivana? Tidak mungkin. Brisa mencoba memastikan, wanita itu memiliki rambut panjang sebahu yang berwarna hitam, menggunakan kacamata, dan gerak-gerik tubuhnya mirip seseorang yang Brisa kenal. Semakin ia perhatikan, semakin yakin ia bahwa wanita itu adalah Ivana, sahabatnya yang telah lama pergi ke luar negeri.

Brisa mengucek matanya berkali-kali, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia mencoba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 68. Berjalan di atas pecahan kaca

    Satu dering.Dua dering.Tiga dering.Masih tidak ada jawaban.Air matanya mulai menggenang. Apakah ini nyata? Apakah yang ia lihat sekarang bukan hanya kebetulan belaka?Sagara mengangkat gelasnya, menyesap minuman dengan tenang, kemudian menatap wanita di depannya dengan ekspresi yang tidak pernah ia tunjukkan lagi pada Brisa selama beberapa minggu terakhir.Keakraban itu terasa begitu menusuk."Brisa." Bu Tara menyentuh lengannya. "Kamu yakin itu Ivana?"Brisa menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca."Dia tidak mengangkat teleponku, Bu," suaranya hampir tidak terdengar.Bu Tara menghela napas, mencoba tetap tenang meskipun wajahnya kini menunjukkan sedikit keraguan. "Mungkin dia sedang sibuk, Sayang. Jangan langsung berpikiran buruk."Brisa menggeleng pelan."Tidak, Bu. Aku harus tahu kebenarannya."Dengan langkah yang tidak stabil, ia bergerak maju. Bu Tara langsung menggenggam lengannya. "Brisa, tunggu dulu—""Aku harus tahu, Bu," suara Brisa terdengar putus asa. "Kalau itu benar

    Last Updated : 2025-03-20
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 69. Pengkhianatan yang menyisakan luka

    Brisa mengemudi menuju rumah, matanya kabur karena air mata yang terus mengalir. Dadanya sesak, seakan-akan ada tangan tak kasatmata yang meremas hatinya hingga hampir hancur.Sesampainya di rumah, ia melempar tasnya ke sofa, napasnya masih tersengal-sengal akibat tangis yang tertahan. Seluruh tubuhnya gemetar. Lalu, tidak lama kemudian, suara deru mesin mobil terdengar dari luar. Sagara baru saja sampai.Brisa segera menghapus air matanya, meskipun itu percuma. Matanya pasti sudah bengkak, wajahnya pasti sudah terlalu jelas menunjukkan betapa remuknya ia saat ini.Pintu terbuka, dan langkah kaki Sagara terdengar memasuki rumah. Brisa membalikkan tubuhnya, menatap pria itu dengan mata yang masih merah."Kenapa?" suaranya pecah, tetapi ia tidak peduli.Sagara menutup pintu dengan tenang, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Apa maksudmu?"Brisa tertawa sinis. "Jangan berpura-pura bodoh, Sagara!"Sagara menatapnya dengan dingin. "Kenapa? Kau benar-benar ingin tahu alasannya?""Tentu saja!" s

    Last Updated : 2025-03-21
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 70. Terlalu lelah

    Ketika fajar menyingsing, ia bangkit dari tempat tidur dengan mata yang masih bengkak. Tubuhnya terasa berat, tetapi hatinya lebih berat lagi. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Wanita di dalamnya terlihat begitu rapuh, tetapi Brisa tahu ia harus melakukan ini. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar dari kamar. Saat ia sampai di ruang makan, Sagara sudah ada di sana, duduk di meja dengan secangkir kopi di tangannya. Brisa berhenti sejenak, mengamati pria itu. Tidak ada sisa kehangatan di wajahnya. Ia benar-benar telah menjadi orang asing baginya. Maka, dengan tekad yang sudah bulat, Brisa membuka suara. "Kita cerai." Sagara yang sedang menyeruput kopi langsung berhenti. Tangannya menegang di sekitar cangkir. Matanya perlahan-lahan beralih ke arah Brisa yang berdiri tegak di depannya. "Apa?" suaranya datar, tetapi ada ketegangan di baliknya. Brisa menatapnya tanpa ragu. "Kita cerai. Tidak ada gunanya mempertahankan pernikahan ini kalau kau sudah mencintai wani

    Last Updated : 2025-03-21
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 71. Hanyalah permainan

    Brisa menghembuskan napas panjang. Ia tahu Ivana tidak akan menyerah begitu saja. Jika ia tidak membiarkannya bicara sekarang, Ivana mungkin akan terus mengganggunya.Dengan enggan, ia melangkah mundur. “Masuklah!"Ivana masuk dengan langkah hati-hati, sementara Brisa menutup pintu dan melipat tangan di dadanya. “Cepat katakan apa yang ingin kau katakan, lalu pergi.”Ivana menatapnya sejenak sebelum berbicara, suaranya terdengar pelan namun tajam. “Aku ingin mengaku sesuatu, Brisa.”Brisa tetap diam, ekspresinya dingin.Ivana menatap lurus ke arah sahabatnya atau lebih tepatnya, mantan sahabatnya dan berkata, “Aku tidak pernah benar-benar menjadi sahabatmu.”Brisa terdiam.“Aku pura-pura baik selama ini,” Ivana melanjutkan, suaranya kini lebih tenang, “Aku pura-pura jadi sahabat yang pengertian, yang selalu mendukungmu, tapi sebenarnya aku iri padamu, Brisa.”Brisa masih tidak berkata apa-apa, tetapi wajahnya menunjukkan keterkejutan yang nyata.Ivana tersenyum kecil, tetapi itu bukan

    Last Updated : 2025-03-21
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 72. Satu nama

    Brisa berdiri dalam keheningan yang menyesakkan. Suara pintu yang tertutup tadi masih menggema di telinganya, seakan-akan Ivana baru saja menutup bab dalam hidupnya yang selama ini ia anggap nyata. Seketika, udara di ruangan itu terasa begitu berat.Ia tersentak ketika tangannya mulai gemetar, jari-jarinya yang masih menggenggam cangkir teh kini terasa beku. Tanpa sadar, air matanya jatuh ke dalam teh yang masih mengepulkan uap tipis. Teh yang semula hangat kini terasa hampa sama seperti hatinya. Sama seperti pernikahannya.Brisa mengangkat kepalanya, tatapannya kosong menatap ruang tamu yang biasanya terasa nyaman. Tetapi kini, setiap sudut rumah ini seakan berteriak mengingatkannya pada kebohongan yang telah dijahit rapi oleh Sagara."Ia menikahimu demi warisan."Ivana benar. Ia telah menjadi pion dalam permainan Sagara. Semua momen yang ia pikir tulus—tatapan lembut Sagara, genggaman tangannya yang hangat, kata-kata manis yang diucapkan ternyata hanya kepalsuan yang dirancang denga

    Last Updated : 2025-03-21
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 73. Pikiran yang berkecamuk

    Brian menggenggam tangan saudara kembarnya yang dingin, menyaksikan bagaimana hidupnya perlahan menghilang. Dan saat itulah, kebencian tumbuh dalam dirinya. Ia memutuskan satu hal. Tidak ada yang boleh tahu bahwa Sagara telah mati. Dengan kekuasaannya, Brian menyusun rencana. Ia menghilangkan semua jejak tentang kematian Sagara, bahkan orang tuanya sendiri tidak tahu. Ia menggantikan posisi saudara kembarnya—mengaku sebagai pria yang telah mati. Brian pura-pura terluka karena insiden itu. Pura-pura dirawat di ICU. Ia mengambil alih posisi Sagara sebagai CEO perusahaan keluarganya. Ia menjadi suami Brisa dan tidak ada yang menyadari bahwa ia bukan Sagara. Tidak ada yang tahu bahwa pria yang berdiri di hadapan mereka sebenarnya adalah Brian, bukan saudara kembar yang mereka kenal. Semua ini hanya demi satu hal—balas dendam. Suara Ivana membuyarkan lamunan Brian, membawanya kembali ke masa kini. “Mau sampai kapan kau berpura-pura, Brian?” Ivana bertanya, matanya tajam menata

    Last Updated : 2025-03-22
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 74. Menjauh dari rasa sakit

    Bu Tara menarik putrinya ke dalam pelukan. "Sayang, jangan terburu-buru menyimpulkan. Bicarakan ini dengan Sagara! Tanyakan langsung padanya!" Brisa menggeleng, isakannya semakin keras. "Aku tidak bisa, Bu. Hatiku sudah terlalu sakit." Pak Aryan mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi. "Kalau itu benar, kalau Sagara benar-benar menikahimu karena warisan maka dia akan berhadapan denganku." Bu Tara menatap suaminya dengan tajam. "Jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Kita tidak tahu kebenarannya." "Tapi kita juga tidak bisa mengabaikan perasaan Brisa!" suara Pak Aryan meninggi, lalu ia menatap putrinya yang masih menangis. Wajahnya melembut. "Brisa, Ayah hanya ingin kamu bahagia. Jika Sagara benar-benar menyakitimu, Ayah tidak akan tinggal diam." Brisa tersedu. Ia ingin percaya kalau semua ini hanya kesalahpahaman. Bahwa Ivana hanya berbohong. Tapi bagaimana jika itu benar? Kepalanya terasa penuh, hatinya terasa sesak. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Yang

    Last Updated : 2025-03-22
  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 75. Ini bukan tentang cinta

    Ivana bangkit dari sofa, berjalan mendekatinya. Tatapannya penuh keraguan, tetapi hatinya telah bulat. "Brian," panggilnya lembut. Brian tidak langsung menoleh. Ia tetap menatap ke luar jendela, seolah mencari sesuatu di luar sana. "Aku mencintaimu, Brian." Suara Ivana terdengar lirih, tetapi jelas. Brian akhirnya menoleh, matanya bertemu dengan mata Ivana. Ada kejutan di sana, namun lebih dari itu—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih dalam, lebih kompleks. "Ivana." Brian menghela napas pelan, lalu tersenyum samar. "Kau tahu ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan itu." Ivana tersenyum pahit. "Kenapa? Karena masih ada Brisa?" Brian tidak menjawab. Ivana menatapnya dalam-dalam, mencari sesuatu di balik ekspresi tenangnya. "Aku sudah tahu sejak lama, Brian. Aku tahu kalau kau berpura-pura menjadi Sagara bukan hanya karena dendam. Kau juga ingin Brisa melihatmu. Kau ingin dia mengenalmu." Brian mengatupkan rahangnya, tetapi tidak menyangkal. Ivana tertawa pelan, get

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 107. Tidak ada tempat untukku

    Ivana tidak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan sosok Brisa dalam hidupnya. Ia pikir, kepergiannya ke Jepang sudah cukup untuk menghapus luka dan rasa tidak adil yang selama ini menggerogoti dirinya, tapi nyatanya, semua itu kembali menyeruak, jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Ia berdiri di seberang rumah itu sambil menggenggam sebuah surat yang sudah kusut di tangannya—surat dari Brian untuk Brisa yang tak pernah sampai ke tangan Brisa. Rasa bersalah sempat menghantui, tapi rasa bersalah itu ditelan oleh kebencian yang lama terpendam. Dalam matanya, Brisa adalah wanita yang selalu mendapatkan segalanya. Wajah cantik, keluarga harmonis, karir cemerlang, dan sekarang, dua pria yang sama-sama rela mengorbankan segalanya untuknya—Sagara dan Brian. Ivana menggigit bibirnya hingga nyaris berdarah. “Aku juga cantik. Aku juga pintar, tapi kenapa mereka tak pernah melihatku?” Kilasan masa lalu menyapu pikirannya. Waktu-waktu saat ia diam-diam memendam rasa pada Sagara,

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 106. Mama ingin kamu bahagia

    Bu Tara menggenggam tangan putrinya. “Mama mengerti, Nak. Mama cuma ingin kamu bahagia.”Pak Aryan mengangguk pelan. “Kalian sudah jadi orang tua sekarang. Kami percaya, kalian akan tahu kapan waktu yang tepat.”Setelah suasana kembali mencair, Bu Tara tiba-tiba bertanya, “Oh iya, Brian. Orang tuamu nggak datang ke Osaka?”Brian mengangguk. “Sudah aku kabari. Mereka akan ke sini dalam satu minggu. Mereka senang sekali waktu tahu Arsaka lahir. Ayah malah bilang mau jadi guru bahasa Jawa buat cucunya.”Semua tertawa. Udara kembali hangat.***Beberapa hari kemudian, jam menunjukkan pukul delapan pagi. Brian tengah berada di ruang kerja kecil di rumah Brisa, satu tangan mengayun-ayun bouncer tempat Arsaka tidur, tangan lainnya mengetik cepat di laptop. Beberapa berkas terbuka di sekelilingnya—rencana ekspansi perusahaan dan laporan harian dari Deborah.Sejak meninggalkan Indonesia beberapa bulan lalu, Brian mengatur semua pekerjaannya dari Osaka. Sebagai CEO sebuah perusahaan, ia tidak b

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 105. Hari kelahiran

    Tiga minggu sebelum hari perkiraan lahir, Brisa mengalami kontraksi palsu. Brian panik luar biasa. Ia membawa Brisa ke rumah sakit padahal ternyata hanya Braxton Hicks.“Aku kira dia mau lahir,” gumamnya di mobil sambil menyeka keringat.Brisa tertawa kecil. “Tenang, Brian. Masih ada waktu.”“Kalau kamu tahu rasanya jantungku waktu kamu bilang ‘sakitnya beda’ tadi rasanya kayak disetrum.”Brisa tertawa lagi, tapi kali ini lebih hangat. “Kamu panik tapi lucu.”Brian meliriknya. “Tuh, akhirnya kamu bilang aku lucu juga.”Brisa menutup mulutnya, malu, tapi senyum itu tak bisa disembunyikan.***Hari kelahiran pun tiba. Pagi hari, air ketuban Brisa pecah. Brian yang mengantar ke rumah sakit dengan tangan gemetar. Ia menelepon bibi Brisa, mengurus administrasi, menenangkan Brisa, bahkan menyempatkan diri memotret momen-momen penting.Saat Brisa berteriak kesakitan dalam proses persalinan, Brian memegang tangannya erat. “Kamu bisa, Brisa. Kamu kuat. Aku di sini.”Empat jam kemudian, tangisa

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 104. Arsaka

    Beberapa minggu kemudian, suasana di rumah kecil Brisa di Osaka terasa jauh lebih hangat. Brian memutuskan tinggal di Jepang untuk sementara waktu. Ia membantu Brisa ke rumah sakit, ikut senam kehamilan, bahkan mulai belajar memasak masakan Jepang sederhana dari bibinya Brisa. Suatu sore, ketika matahari hampir terbenam dan sakura berguguran pelan, Brian duduk di beranda rumah dengan Brisa bersandar di bahunya. "Kurasa kita akan baik-baik saja," bisik Brisa. "Aku tahu kita akan baik-baik saja," jawab Brian. "Karena sekarang, aku punya segalanya. Kamu. Anak kita." Brisa menutup mata, tersenyum pelan. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, hatinya merasa damai.***Minggu-minggu berikutnya menjadi perjalanan yang tak mudah bagi Brian. Meskipun Brisa telah memaafkannya dan memberinya tempat dalam hidup sebagai ayah dari anak yang mereka kandung bersama, bukan berarti hatinya langsung terbuka untuk cinta yang baru. Brian mengerti itu, tapi bukan berarti ia menyerah.Ia bangun le

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 103. Hatiku masih di masa lalu

    Brisa terlihat seolah tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat. Mata mereka bertemu dalam tatapan panjang yang menyimpan begitu banyak perasaan. Kerinduan. Luka. Bingung. Cinta. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Suaranya nyaris tak terdengar. "Aku datang karena aku harus memberitahumu sesuatu," jawab Brian lembut. "Sesuatu yang sangat penting." Brisa mundur selangkah, ragu. Tangannya secara refleks menyentuh perutnya yang kini membulat. Brian melihat itu dan hatinya terasa seperti diremas. Ia ingin menyentuh perut itu. Ingin menyentuh nyawa kecil di dalamnya—anak mereka. "Brisa, anak yang kamu kandung itu adalah anakku," ucap Brian akhirnya. Brisa terdiam. Seolah kata-kata itu butuh waktu lama untuk diproses dalam kepalanya. "Apa maksudmu?" tanyanya perlahan, keningnya mengerut bingung. "Brian, kamu bilang anak ini anakmu?" "Iya. Anak itu anakku." "Tapi bagaimana bisa? Ini hasil inseminasi buatan. Aku tidak pernah...." Brisa tidak bisa melanjutkan. Ia menatap Brian dengan

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 102. Osaka

    Pukul lima sore, suasana kantor pusat milik keluarga Hendratama tampak sedikit berbeda dari biasanya. Lantai tertinggi yang biasanya sibuk dengan lalu-lalang staf kini terasa lebih tenang, namun tetap formal. Penerangan hangat menyinari lorong menuju ruang CEO, dan dua staf keamanan berjaga di depan pintu utama.Pak Aryan dan Bu Tara berdiri di hadapan pintu kayu tinggi bertuliskan nama lengkap Brian Hendratama. Pak Aryan melirik jam tangannya, kemudian mengetuk pelan."Silakan masuk!" terdengar suara dari dalam.Saat pintu dibuka, Brian berdiri dari balik mejanya. Jasnya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih yang masih rapi dengan lengan tergulung. Rambutnya sedikit berantakan, tanda ia sibuk sejak pagi, tapi matanya menyiratkan harapan."Pak Aryan, Bu Tara, silakan duduk! Saya senang sekali Bapak dan Ibu datang."Mereka bertiga duduk di sofa panjang dekat jendela besar. Kopi dan teh sudah disiapkan oleh sekretaris Brian, tapi tak satu pun dari mereka menyentuhnya.Pak Aryan memulai

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 101. Ketegangan yang nyata

    Bu Tara mengangguk kecil sambil melepas kacamata hitamnya. "Terima kasih, Mbak Ani. Semua baik-baik saja, kan?" Mbak Ani tersenyum canggung. "Semuanya baik-baik saja, Bu." Pak Aryan ikut masuk, meletakkan koper di dekat sofa. Ia memutar lehernya ke kanan dan kiri, lalu bertanya dengan suara yang khas, dalam dan tenang, "Tidak ada masalah selama kami pergi?" Mbak Ani sempat ragu, namun akhirnya menjawab, "Tidak ada, Pak. Rumah baik-baik saja. Hanya kemarin...." Bu Tara yang baru saja duduk di sofa, menoleh cepat. "Kemarin? Ada apa?" Mbak Ani mengatupkan tangan di depan perutnya, menunduk sedikit. "Mas Brian sempat datang ke rumah." Keduanya saling pandang seketika. Wajah Pak Aryan yang biasanya tenang, tampak berubah. Matanya mengeras. Sementara Bu Tara mengerutkan kening, terlihat cemas. "Brian?" ulang Pak Aryan, nadanya berat. "Apa yang kamu katakan padanya?" Mbak Ani menelan ludah. "Saya bilang kalau Bapak dan Ibu sedang pergi ke luar negeri." Pak Aryan memicingkan mata, se

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 100. Tidak ada kehangatan

    "Pergi? Ke mana?" "Keluar negeri, Mas. Sudah tiga hari yang lalu." Deg. Brian mengerutkan kening. "Keluar negeri? Serius? Brisa juga ikut?" Mbak Ani mengangguk pelan. "Iya, Mas. Bertiga. Ibu, Bapak, sama Mbak Brisa. Mereka nggak bilang pergi ke mana secara spesifik, cuma bilang mereka akan tinggal cukup lama di luar negeri." Brian mundur satu langkah, kepalanya mendadak ringan, seperti darah mengalir terlalu cepat ke ubun-ubun. "Mereka ninggalin Indonesia dan nggak bilang apa-apa ke aku?" Mbak Ani tampak canggung. "Maaf, Mas. Saya juga nggak tahu banyak. Saya hanya diberi tugas menjaga rumah sementara. Mereka cuma bilang bahwa mereka pergi untuk waktu yang belum bisa dipastikan." "Nggak ninggalin pesan? Nggak ada surat buat aku? Nggak ada kabar?" Mbak Ani menggeleng pelan. Brian terdiam beberapa saat. Matanya memerah, rahangnya mengeras. "Mbak, Brisa nggak bilang apa-apa sebelum pergi? Tentang aku? Tentang bayi kami?" "Saya benar-benar nggak tahu, Mas. Maaf. Mb

  • Bayi Miliarder Yang Tak Terduga   Bab 99. Langit sore yang kelabu

    Malam itu, setelah semua tenang dan lampu ruangan dipadamkan, Brisa duduk sendiri di depan jendela. Di luar, salju tipis mulai turun, menyelimuti halaman rumah Bibi Rika. Ia memeluk bantal kecil sambil mengusap perutnya. “Hari pertama kita di tempat yang baru, Nak,” bisiknya lembut. “Maaf, kalau dunia belum terlalu ramah padamu, tapi Ibu janji, kita akan cari tempat yang bisa jadi rumah. Rumah yang sesungguhnya.” *** Hari-hari selanjutnya berlalu dalam keheningan yang menyembuhkan. Bibi Rika mengajaknya berjalan pagi ke taman kecil dekat kuil, mengajarkan Brisa cara membuat onigiri, dan memperkenalkan berbagai teh herbal yang bisa membuatnya rileks. Brisa mulai menulis lagi. Ia membuka laptop tuanya dan mulai mengetik catatan harian, entah untuk dirinya sendiri, untuk anaknya, atau untuk masa depannya. Pagi hari rumah itu dipenuhi aroma teh chamomile. Siang hari, suara radio Jepang mengalun pelan, kadang lagu lama, kadang sekadar berita. Malam hari, rumah itu senyap kecuali detak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status