Beranda / Romansa / Bayangan Kelam / Di Ambang Bahaya

Share

Di Ambang Bahaya

Penulis: Cancer Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-28 22:47:37

Angin dingin malam itu merayap pelan di sepanjang jalan setapak yang dilalui Anisa. Langkahnya terburu-buru, meski di dalam hati, rasa takut terus membayang. Ia menundukkan kepala, menyembunyikan wajah di balik kerudung hitam yang ia kenakan. Tas kecil yang menggantung di pundaknya terasa berat, meskipun hanya berisi beberapa barang penting yang ia bawa untuk berjaga-jaga.

Surat itu masih ada di dalam tasnya, terlipat rapi, tetapi ancamannya terus terngiang-ngiang di kepalanya. "Jangan beritahu siapa pun, atau kami akan memastikan kamu tidak akan pernah melihatnya lagi." Pesan itu jelas dan tegas. Mereka mengancam nyawa Arya, pria yang ia cintai dan ingin ia selamatkan. Meski ketakutan terus menghantuinya, Anisa tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan Arya. Namun, ada bagian kecil dalam dirinya yang ragu, bertanya-tanya apakah ia membuat keputusan yang benar.

Tiba di alamat yang tertulis di surat itu, Anisa mendapati dirinya berdiri di depan sebuah gudang tua
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayangan Kelam   Tiada Harapan

    Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya. Seolah-olah langit menolak memberikan cahaya bulan untuk menerangi langkah Anisa yang terseok-seok keluar dari gudang tua itu. Hati dan pikirannya kacau balau. Setiap tarikan napas terasa seperti beban yang menghimpit dadanya. Keputusan yang ia buat beberapa saat lalu mengguncang hidupnya, seperti runtuhan yang tak bisa disatukan kembali. Ia telah melepaskan Arya, pria yang ia cintai, demi keselamatannya. Tapi di balik semua itu, ada rasa bersalah yang terus menggerogoti jiwanya.Perasaan hampa menyelimuti Anisa. Angin malam yang dingin tak mampu membekukan luka di hatinya. Jalan setapak yang dilaluinya terasa semakin panjang, seperti tiada akhir. Kakinya gemetar, hampir tak mampu menopang tubuhnya. Setiap langkah terasa lebih berat dari sebelumnya, seakan dunia tidak menginginkan dia terus berjalan.Setibanya di depan apartemennya yang kecil dan sederhana, Anisa berdiri di depan pintu, dia tak langsung masuk. Tempat itu sekarang hanya rumah

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Bayangan Kelam   Terjebak

    Pagi itu, udara dingin menyelimuti seluruh kota, membawa kabut tipis yang menambah kesuraman suasana hati Anisa. Hari-hari berlalu dengan keheningan yang menyiksa. Namun, setelah pertemuannya dengan pria misterius di taman, pikirannya tak pernah bisa beristirahat. Ia tak bisa mengabaikan peringatan yang diberikan pria itu tentang rahasia besar yang bisa menghancurkan semuanya, termasuk hidup Arya. Setiap kali ia mencoba melupakannya, bayangan pria itu kembali menghantuinya.Saat ia duduk di meja makan yang kosong, Anisa menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Secangkir kopi yang sudah dingin tergeletak di depannya, tak tersentuh. Segala sesuatu yang dulu berarti kini terasa hampa. Hidupnya berubah drastis sejak Arya terjebak dalam masalah ini, dan sekarang, ancaman itu juga menggantung di atas kepalanya. Anisa merasakan ketakutan yang membara di dadanya. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.Saat itulah ponselnya bergetar, mengalihkan perhatiannya. Nomor tak diken

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Bayangan Kelam   Bayang Gelap

    Malam kembali merayap seperti selimut hitam yang pekat, menutupi kota dengan hawa dingin dan suasana mencekam. Anisa berdiri di sudut apartemennya yang remang-remang, menatap jam di dinding yang jarumnya seakan bergerak lebih lambat dari biasanya. Rasa cemas yang menekan dadanya membuatnya sulit bernapas. Ia tahu bahwa malam ini mungkin akan mengubah segalanya.Sejak pertemuannya dengan Raka dan pria misterius itu, Anisa tak bisa berhenti berpikir tentang langkah selanjutnya. Segala rencana yang telah disusun, setiap detil kecil yang dipertimbangkan, seolah menjadi beban berat yang tak terangkat dari pundaknya. Di satu sisi, ia merasa yakin bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Arya, tapi di sisi lain, bayang-bayang kegagalan terus menghantui pikirannya.Terdengar ketukan pelan di pintu. Anisa tersentak, jantungnya berdegup kencang. Dengan langkah hati-hati, ia menuju pintu dan mengintip melalui lubang kecil. Sosok pria misterius itu berdiri di sana, mengenakan jaket

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Bayangan Kelam   Jejak yang Hilang

    Malam mulai merayap dengan pelan, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Di dalam sebuah rumah kecil, suasana tegang menyelimuti. Anisa berdiri di dekat jendela, mengawasi setiap gerakan di luar. Hatinya berdebar tak karuan, sementara pikirannya berputar-putar memikirkan cara keluar dari situasi yang rumit ini. Di sudut ruangan, Arya duduk bersandar di dinding. Wajahnya pucat dan tubuhnya lemah akibat kelelahan yang berkepanjangan. Anisa mencoba menenangkan diri, namun kegelisahan semakin menyergap. Mereka terjebak dalam situasi yang kian sulit, tanpa tahu kapan ini akan berakhir. Langkah kaki yang terdengar dari luar membuat Anisa berjaga. Pintu terbuka perlahan, dan seorang pria dengan wajah tegang masuk ke dalam ruangan. Tatapannya dingin dan tidak bersahabat. “Kau pikir bisa lari dari masalah ini begitu saja?” suara pria itu rendah dan penuh ancaman. Anisa menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha menjaga ketenangannya meski di dalam dirinya, ia dipenuhi rasa takut

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Bayangan Kelam   Pengejaran

    Udara pagi mulai menghembuskan kesejukan yang tajam saat Anisa dan Arya bersembunyi di balik pepohonan rimbun. Hutan di sekitar mereka masih diselimuti kegelapan, namun perlahan-lahan cahaya matahari mulai menembus celah-celah daun, menandakan bahwa hari baru telah tiba. Anisa memandangi wajah Arya yang masih pucat, seakan-akan setiap gerak napasnya begitu berat. “Kau pasti bisa, Arya. Kau harus bertahan sedikit lebih lama lagi,” bisik Anisa sambil menyeka keringat dingin yang mengalir di pelipis Arya. Arya membuka matanya perlahan, menatap Anisa dengan pandangan lemah. “Aku... aku tidak tahu, Anisa. Rasanya terlalu berat. Aku bahkan tak yakin bisa berjalan lagi.” Anisa menggenggam tangan Arya erat-erat. Ia tahu keadaan semakin memburuk, tetapi ia juga tahu bahwa menyerah bukanlah pilihan. “Kita sudah sampai sejauh ini, Arya. Kita tidak boleh berhenti sekarang. Mereka akan segera menemukan kita jika kita tidak terus bergerak.” Namun, kata-kata itu terasa lebih seperti dorongan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Bayangan Kelam   Langkah Terakhir

    Suara langkah kaki terdengar samar di kejauhan, nyaris tenggelam dalam keremangan hutan yang semakin gelap. Anisa terus berlari, menarik Arya dengan sisa-sisa kekuatannya. Hutan yang dulu tampak begitu luas kini terasa semakin sempit, seolah menutup diri, mengurung mereka di dalamnya."Kita sudah dekat," bisik Anisa, meskipun dia sendiri tak yakin dengan kata-kata itu. Dia mencoba meyakinkan Arya, atau mungkin dirinya sendiri. Tekanan yang mereka alami itu semakin berat, seperti sebuah beban yang menghimpit setiap inci tubuh mereka berdua.Arya hanya bisa merespon dengan anggukan lemah. Matanya sayu, wajahnya pucat pasi seperti tak ada lagi kehidupan yang tersisa dalam dirinya. Kelelahan tampak begitu jelas di wajahnya. Namun, dia tetap mengikuti Anisa, seakan kepercayaan sepenuhnya terletak pada perempuan itu.Mereka telah melewati terlalu banyak penderitaan, dan menghadapi berbagai macam cobaan, tetapi Anisa tahu bahwa ujian terbesar mereka belum berakhir. Justru, apa yang mereka ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Bayangan Kelam   Keputusan Terberat

    Suara desiran angin yang menghantam tubuh mereka terasa semakin kuat saat Anisa dan Arya meluncur menuju jurang. Waktu seolah melambat, dan di antara detik-detik yang terasa abadi itu, hanya ada satu hal di kepala mereka—bagaimana ini akan berakhir? Meskipun tubuh mereka jatuh bebas, hati mereka masih terikat oleh satu keyakinan: mereka harus bertahan hidup, apa pun yang terjadi.Namun, hanya beberapa saat sebelum tubuh mereka menyentuh permukaan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Sebuah tonjolan tanah yang tidak terlihat sebelumnya menahan mereka, membuat mereka berguling-guling keras di lereng curam. Tubuh mereka terpental ke segala arah, dan rasa sakit menjalari setiap inci tubuh mereka.Arya terhempas lebih keras dari Anisa, kepalanya membentur batu dengan suara yang mengerikan. Seketika itu, dunia Arya berubah menjadi hitam pekat. Anisa, yang meskipun penuh luka, masih berusaha untuk tetap sadar. Dia merasakan tubuhnya yang penuh memar dan luka, namun pikiran pertamanya adalah Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Bayangan Kelam   Di Ambang Kehancuran

    Dingin menyelimuti udara ketika Anisa dan Arya terus berjalan menyusuri jalan terjal yang penuh dengan bebatuan tajam dan akar-akar pohon yang mencuat dari tanah. Langit yang semakin gelap membuat suasana semakin mencekam. Anisa berulang kali melirik Arya yang berjalan di belakangnya. Tubuh lelaki itu masih terlihat goyah, namun sorot mata Arya yang penuh tekad."Berapa jauh lagi kita harus berjalan?" Arya akhirnya bertanya, suaranya serak. Rasa sakit dari luka-lukanya semakin terasa setiap kali dia melangkah.Anisa berhenti sejenak, memandang ke depan. "Aku tidak tahu," jawabnya pelan, "Tapi kita tidak boleh berhenti sekarang. Jika kita kembali, kita mungkin tidak akan selamat."Arya mengangguk tanpa kata, meski kelelahan tampak jelas di wajahnya. Mereka kembali melanjutkan perjalanan, namun setiap langkah yang mereka ambil seolah menjadi beban yang semakin berat. Jalan yang mereka lalui semakin menyempit, dan suara langkah mereka bergema di antara pepohonan yang menjulang tinggi.Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07

Bab terbaru

  • Bayangan Kelam   Bab 102

    Anisa melangkah keluar dari apartemen Roy, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia merasa seperti beban berat telah terangkat dari bahunya. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini lebih tajam dari sebelumnya, namun ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang memberinya kekuatan untuk melangkah maju meskipun hatinya hancur.Ia tahu bahwa meninggalkan Roy adalah keputusan yang sulit, tapi itu adalah keputusan yang tepat. Dia tidak bisa terus terjebak dalam kebohongan dan ketidakpastian. Roy, dengan segala pesonanya, ternyata hanya seorang pria yang pandai bersembunyi di balik topeng.Sore itu, Anisa duduk di taman dekat rumahnya, memandang anak-anak yang bermain riang di sekitar. Suasana yang dulu selalu mengingatkannya pada masa-masa indah bersama Malik, kini terasa asing. Tidak ada lagi senyum bahagia di sana. Hanya kesedihan yang menyelimutinya."Aku tidak bisa terus hidup seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia merasa seolah-olah semua pintu yang pernah terbuka untuknya ki

  • Bayangan Kelam   Bab 101

    Hari itu, Anisa dan Roy memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Roy tampak lebih ceria dari biasanya, sementara Anisa masih mencoba menepis perasaan aneh yang muncul setelah pertemuannya dengan Rina.Saat mereka tengah menikmati makanan, perhatian Anisa tiba-tiba teralihkan oleh seorang wanita yang masuk ke dalam restoran bersama seorang anak kecil. Wanita itu tampak anggun, mengenakan pakaian sederhana namun elegan. Anak kecil di sampingnya tampak berusia sekitar lima tahun, dengan wajah yang sedikit familiar bagi Anisa.Namun, yang lebih mengejutkan adalah bagaimana ekspresi Roy berubah saat melihat wanita itu. Seolah-olah ia baru saja melihat hantu dari masa lalunya.Anisa memperhatikan bagaimana Roy berusaha tetap tenang, tetapi matanya tak bisa lepas dari wanita tersebut."Kamu kenal dia?" tanya Anisa pelan.Roy tersentak. "Hah? Enggak, aku cuma... kayaknya pernah lihat wajahnya di suatu tempat."Namun, Anisa tidak bisa mengabaikan cara Roy be

  • Bayangan Kelam   Bab 100

    Waktu terus berlalu, meninggalkan jejak yang samar di hati Anisa. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, meskipun sesekali, bayangan masa lalunya masih muncul dalam ingatannya. Namun, ia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam kepedihan yang sama. Setiap hari, ia mencoba membangun dirinya kembali, sedikit demi sedikit.Setelah sekian lama merasa hancur, Anisa akhirnya menemukan kenyamanan dalam rutinitasnya. Pekerjaannya sebagai desainer interior semakin berkembang. Proyek-proyek yang ia tangani mendapat respons positif, dan namanya mulai dikenal di kalangan tertentu. Ia mulai mendapatkan klien tetap yang mempercayakan desain rumah mereka padanya.Suatu pagi, Anisa duduk di meja kerjanya, menyesap kopi hangat sambil menatap layar laptopnya. Pesanan masuk cukup banyak, dan itu berarti ia harus bekerja lebih keras. Tapi, anehnya, ia merasa senang. Ia merasa hidupnya mulai menemukan ritmenya sendiri.Sore itu, ia memutuskan untuk keluar sejenak, berjalan di taman kota. Angin sepoi-

  • Bayangan Kelam   Bab 99

    Minggu-minggu berlalu sejak Anisa memutuskan untuk melupakan Roy, tetapi luka yang ditinggalkannya masih terasa. Meski ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen ketika kenangan tentang pria itu kembali menghantui pikirannya. Terlebih lagi, perasaan bersalah karena membiarkan dirinya terbawa perasaan terhadap seseorang yang ternyata tidak jujur masih membekas.Anisa mulai sibuk dengan rutinitas baru. Ia mengambil beberapa proyek desain interior sebagai freelancer untuk mengisi waktu dan pikirannya. Pekerjaan ini, selain memberinya penghasilan, juga membantunya menjaga pikirannya tetap sibuk. Namun di balik semua aktivitas itu, ia merasa ada kekosongan yang sulit ia isi.Suatu siang, ketika Anisa sedang memeriksa bahan-bahan untuk proyek desain di sebuah toko perlengkapan rumah, ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tidak ia duga. Roy. Pria itu terlihat sama seperti terakhir kali mereka bertemu, tetapi sorot matanya penuh penyesalan.“Anisa,” sapa Roy dengan suara pelan.An

  • Bayangan Kelam   Bab 98

    Hari-hari setelah kepergian Roy terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai bagi Anisa. Ia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan dan berbagai aktivitas lain, tetapi pikirannya selalu kembali pada pria yang telah memberinya harapan baru. Roy adalah seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali, namun kini ia pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.Di satu sisi, Anisa ingin melupakan Roy, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan kenangan manis yang mereka lalui bersama. Suatu sore, ketika ia sedang membereskan meja kerja di rumah, ia menemukan buku catatan kecil yang pernah diberikan Roy. Di dalamnya, ada beberapa catatan singkat yang pernah ditulis Roy untuknya. Salah satu kalimat yang paling menyentuh hati Anisa adalah ...."Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, bahkan jika jalannya terasa berat."Membaca kalimat itu, air mata Anisa mengalir tanpa henti. Ia merasa kehilangan seseorang yang benar-benar peduli padanya, meskipun ia tak pernah tahu pasti apa y

  • Bayangan Kelam   Bab 97

    Anisa mulai merasa nyaman dengan Roy. Hubungan mereka berjalan begitu alami, tanpa ada tekanan atau ketegangan seperti yang pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap kali bersama Roy, Anisa merasa seperti menemukan sosok yang berbeda dari semua pria yang pernah datang dalam hidupnya. Roy selalu bisa membuatnya tertawa, berbicara tentang hal-hal kecil yang terasa menyenangkan, dan yang paling penting, ia memberikan perhatian yang tulus.Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Setelah berbulan-bulan sendiri, Anisa merasa seakan dia menemukan pelarian dari segala luka hati yang pernah ia alami. Roy bukan hanya teman yang menyenangkan, tapi juga seseorang yang mampu menenangkan setiap kegelisahan yang datang dalam pikirannya.Pada suatu malam, Roy mengajak Anisa untuk makan malam di restoran baru yang baru buka di pusat kota. Suasana yang tenang, dipadu dengan cahaya lilin yang temaram, membuat suasana semakin intim. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, hobi, hin

  • Bayangan Kelam   Bab 96

    Anisa duduk di kursi kereta yang empuk, menatap pemandangan luar jendela yang bergerak cepat. Pikirannya masih berkecamuk dengan segala yang telah terjadi. Meski tubuhnya berada di dalam kereta, hatinya masih terbelenggu oleh bayang-bayang masa lalu. Malik, perpisahan, kesedihan, dan luka yang seolah tak pernah sembuh.Namun, kali ini, ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Udara di luar sana terasa segar, dan setiap pemandangan yang ia lihat melalui jendela mengingatkan bahwa dunia ini jauh lebih luas dari yang pernah ia bayangkan. Perjalanan ini, meskipun terasa sepi, memberi Anisa rasa kebebasan yang telah lama ia dambakan.Kereta terus melaju, membawa Anisa menuju kota baru dan kehidupan baru yang penuh dengan kemungkinan yang belum terbuka. Namun, meskipun ada rasa harapan dalam hatinya, ada juga ketakutan. Takut jika langkah ini malah membawanya ke jalan yang lebih sunyi, lebih sepi daripada yang ia tinggalkan.“Ini hanya langkah awal,” Anisa bergumam, mencoba menenangkan diri. “Ak

  • Bayangan Kelam   Bab 95

    Hari-hari berlalu dengan ritme yang lambat namun pasti. Anisa mencoba menjalani hidup seperti biasa, tetapi setiap sudut rumah, setiap jejak langkah, dan setiap kenangan kecil tentang masa lalunya bersama Malik terus menghantuinya. Meskipun ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen di mana rasa sakit datang tiba-tiba, menyeretnya kembali ke dalam jurang kesedihan.Pagi itu, Anisa duduk di meja makan sambil menatap cangkir kopinya yang sudah dingin. Pikirannya melayang pada surat yang ditinggalkan Malik beberapa waktu lalu. Kata-kata penyesalan dari mantan suaminya membuat hati Anisa terasa campur aduk. Ia ingin melupakan, tapi sulit untuk memaafkan.“Anisa, sampai kapan kamu akan seperti ini?” gumamnya pada diri sendiri. Ia tahu bahwa menyimpan dendam atau sakit hati hanya akan memperburuk keadaan.Di tengah kegalauannya, Roy terus hadir dalam hidup Anisa, meski ia tidak memaksa. Roy paham bahwa Anisa butuh waktu untuk pulih, dan ia memilih menjadi pendengar yang baik.Suatu so

  • Bayangan Kelam   Bab 94

    Hari-hari berlalu dengan lambat bagi Anisa. Meskipun ia sudah memulai langkah kecil untuk melanjutkan hidup, bayangan masa lalunya dengan Malik masih sering menghantui.Setiap sudut rumah menyimpan kenangan, tawa, tangis, hingga pertengkaran terakhir yang berakhir dengan perceraian.Pagi itu, Anisa duduk di meja makan sambil memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Ia merenung, mencoba menerima kenyataan bahwa hidupnya kini telah berubah. Ia bukan lagi istri Malik, bukan lagi calon ibu yang penuh harapan. Ia hanyalah seorang wanita yang mencoba berdiri di tengah reruntuhan hidupnya.Anisa akhirnya memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Malik. Meski hatinya berat, ia merasa ada tanggung jawab yang belum selesai. Ia ingin mengucapkan terima kasih sekaligus berpamitan dengan mereka.Ketika tiba di depan rumah keluarga Malik, pintu terbuka dan ibu Malik menyambutnya dengan ekspresi terkejut. “Anisa? Kamu datang?”Anisa mengangguk pelan. “Iya, Bu. Saya ingin berpamitan. Saya piki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status