Beranda / Romansa / Bayangan Kelam / Dalam Ketakutan

Share

Dalam Ketakutan

Penulis: Cancer Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-13 19:23:09

Malam itu terasa mencekam, seolah dunia di sekitar mereka berhenti sejenak dalam kekhawatiran yang semakin berat. Arya berdiri mematung di depan pintu apartemen, wajahnya tampak tegang, sementara peluh dingin membasahi pelipisnya. Anisa bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres, perasaan cemas yang tiba-tiba menyelimuti hati mereka berdua.

Ketukan di pintu terdengar lagi, kali ini lebih keras, membuat jantung Anisa berdebar kencang. Dia melihat Arya berjalan perlahan menuju pintu, napasnya terdengar berat dan lambat.

“Arya, tunggu,” Anisa menahan lengannya dengan cemas. “Siapa mereka? Apa yang akan terjadi kalau kamu membuka pintu itu?”

Arya menggeleng, sorot matanya penuh kekhawatiran. “Aku sudah bilang, ini masalahku. Aku nggak mau kamu terlibat.”

Anisa mengeratkan genggaman tangannya di lengan Arya. “Kita sudah terlalu jauh untuk bicara begitu. Aku nggak bisa meninggalkan kamu, Arya.”

Arya menarik napas dalam-dalam, lalu menghela napas panjang sebelum perlahan melepaskan genggama
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayangan Kelam   Antara Cinta dan Luka

    Anisa duduk di tepi tempat tidur, pikirannya penuh dengan kekacauan. Suara langkah Arya yang mendekat tak bisa membuatnya tenang. Ia telah mendengar terlalu banyak rahasia yang mengguncang dirinya, membuat hati dan perasaannya tak menentu. Rasa sayang yang dulu begitu murni kini dipenuhi keraguan dan rasa sakit.Arya menatap Anisa, tubuhnya terasa lelah, tetapi ia tahu malam ini harus diselesaikan. "Aku tahu semua ini berat buat kamu, Nisa. Tapi aku mohon... kasih aku kesempatan untuk memperbaikinya."Anisa menarik napas dalam, lalu perlahan menatap Arya. "Kamu bilang cinta sama aku, tapi kamu menyimpan terlalu banyak rahasia. Setiap kali aku merasa kita akan baik-baik saja, selalu ada hal baru yang bikin semuanya makin rumit," katanya dengan nada sedih.Arya mendekat, duduk di sampingnya, mencoba meraih tangannya. Tapi Anisa menarik tangannya, membuat Arya terdiam sejenak. Ia tahu betapa dalam luka yang telah ia goreskan. "Aku nggak bermaksud menyakiti kamu," ucap Arya dengan suara p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Bayangan Kelam   Rahasia

    Malam itu, Anisa duduk sendirian di balkon kamar apartemen Arya. Udara malam yang sejuk seharusnya menenangkan, namun hatinya terasa gelisah. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman yang muncul sejak Arya berjanji untuk berubah. Rasa ragu itu terus menghantuinya, seolah ada sesuatu yang masih disembunyikan, meskipun Arya sudah berjanji tidak ada lagi rahasia di antara mereka.Anisa menatap ke langit, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Ia ingin mempercayai Arya, tetapi setiap kali ia mencoba, ada bayangan kelam yang mengganggu pikirannya. Arya masih terlalu misterius, terlalu banyak hal yang belum ia ketahui tentang pria itu.Di dalam apartemen, Arya terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya di laptop, tetapi Anisa merasakan ada yang aneh. Gerak-gerik Arya lebih tertutup dari biasanya, dan sesekali, ia melihat Arya memeriksa teleponnya dengan cepat, seolah menyembunyikan sesuatu."Kenapa aku merasa seperti ini lagi?" gumam Anisa pelan pada dirinya sendiri.Tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Bayangan Kelam   Cinta dan Keterpurukan

    Anisa duduk di sudut kamarnya, tangan gemetar memegang ponsel yang baru saja berdering. Nama Arya terpampang jelas di layar, tapi kali ini ia ragu untuk mengangkatnya. Sudah terlalu banyak kebohongan yang ia terima, terlalu banyak rasa sakit yang menggores hatinya.Arya, di sisi lain, tak henti-hentinya mencoba menghubungi. Setiap panggilan yang tidak terjawab membuat dadanya semakin sesak. Ia tahu dirinya bersalah, tapi rasa cintanya pada Anisa lebih besar dari apa pun. Rahasia yang selama ini ia sembunyikan adalah sesuatu yang mungkin tidak akan pernah bisa diterima Anisa, tetapi ia harus mencoba menjelaskan."Apa yang harus kulakukan?" Anisa berbicara kepada dirinya sendiri, suaranya serak karena menangis. Ia memikirkan semua kenangan indah yang mereka lalui bersama, semua janji-janji manis yang pernah Arya ucapkan. Tapi di balik itu, selalu ada sesuatu yang terasa salah, sesuatu yang kini mulai terungkap.Suara ketukan pelan di pintu kamar mengejutkannya. Yasmin berdiri di ambang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Bayangan Kelam   Di Ambang Batas

    Anisa duduk diam di tepi tempat tidurnya, tangannya memegang foto Arya yang tersimpan di dompet kecilnya. Senyumnya dalam foto itu kini terasa jauh, tak lagi memberikan rasa aman seperti dulu. Segalanya berubah dengan cepat. Hubungan yang awalnya penuh kehangatan kini dipenuhi kebohongan dan rahasia yang menghancurkan.Pikirannya melayang kembali pada peristiwa beberapa hari terakhir. Arya, pria yang ia cintai dengan segenap hati, telah membuka pintu gelap yang selama ini ia sembunyikan. Setiap hari, Anisa merasa dirinya semakin terjebak di dalam pusaran masalah yang tak ia ciptakan, tetapi harus ia hadapi.Sore itu, suara ponselnya memecah keheningan. Nama Arya muncul di layar, namun Anisa ragu untuk mengangkatnya. Ia butuh waktu untuk berpikir, tapi Arya tampaknya tak memberinya ruang.“Anisa, aku butuh bicara. Tolong jawab teleponku,” pesan suara Arya terdengar begitu mendesak. Anisa bisa mendengar kepanikan di balik suara tenang yang biasanya ia kenal.Akhirnya, dengan berat hati,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Bayangan Kelam   Bayangan

    Hari-hari berlalu sejak kepergian Arya, tetapi Anisa masih belum menemukan kedamaian. Kepergiannya meninggalkan luka yang mendalam, seakan-akan sebuah bagian dari dirinya telah hilang bersama pria yang ia cintai. Namun, rasa cemas tak kunjung hilang. Setiap langkah yang ia ambil selalu dibayangi oleh rasa takut dan kekhawatiran tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya.Anisa mencoba mengalihkan pikirannya dengan bekerja lebih keras dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Namun, meskipun begitu, Arya selalu hadir di dalam pikirannya. Semua kenangan mereka bersama terus-menerus menghantuinya. Dia terus bertanya-tanya apakah Arya baik-baik saja, atau apakah ia telah menyerahkan dirinya seperti yang ia katakan.Di saat yang bersamaan, Anisa merasakan sesuatu yang berbeda. Sejak Arya pergi, ia sering merasa seperti sedang diawasi. Ketika berjalan di jalan, ia merasa ada seseorang yang selalu memperhatikannya dari kejauhan. Ketika di rumah, terkadang terdengar suara-suara aneh ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Bayangan Kelam   Terjebak

    Pintu depan rumah Anisa terhempas terbuka oleh angin malam yang dingin. Di hadapannya berdiri pria asing itu, matanya bersinar gelap di bawah lampu jalan yang redup. Suaranya yang dingin dan mengancam masih terngiang di telinga Anisa, menggetarkan tulang-tulangnya. Tubuh Anisa menegang, naluri untuk bertahan hidup mulai mengambil alih, namun kakinya terpaku di tempat.Pria itu melangkah maju, membuat Anisa mundur beberapa langkah ke dalam rumah. “Aku tanya sekali lagi. Mau ke mana, Anisa?” suaranya lebih lembut sekarang, namun tak kalah mengancam.“Apa yang kalian mau dariku?” Anisa berusaha keras menahan suaranya agar tidak bergetar, meskipun tubuhnya bergetar hebat.Pria itu tersenyum tipis, berjalan lebih dekat. "Aku cuma pembawa pesan. Ada yang ingin bertemu denganmu."“Siapa?” Anisa bertanya, namun di dalam hati, ia sudah bisa menebak. Pikirannya langsung terarah pada Arya. Apakah semua ini adalah bagian dari rahasia gelap yang Arya sembunyikan? Apakah ini ada hubungannya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Bayangan Kelam   Rahasia Gelap

    Anisa berdiri terpaku di depan bangunan tua yang seolah telah dilupakan oleh waktu. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya gemetar. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari makna dari semua yang baru saja ia alami. Johan, Arya, rahasia kelam yang selama ini disembunyikan, semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung berakhir.Dengan langkah berat, Anisa memutuskan untuk masuk ke dalam bangunan itu. Jantungnya berdebar kencang saat ia mendekati pintu depan yang berderit ketika dibuka. Aroma kayu tua dan debu menyeruak, mengingatkannya pada sebuah tempat yang sudah lama ditinggalkan. Suasana di dalam begitu sunyi, hanya suara langkah kaki Anisa yang bergema di sepanjang lorong.Di tengah ruangan, ia melihat meja kayu panjang dengan beberapa kursi yang tampak usang. Di sudut ruangan, cahaya remang-remang dari lampu gantung yang berayun pelan, menambah kesan misterius tempat ini. Anisa merasa bulu kuduknya meremang, tapi ia tahu bahwa di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Bayangan Kelam   Terbuai

    Anisa duduk di sofa ruang tamu apartemen Arya, perasaannya campur aduk. Pertemuannya dengan Arya kali ini berbeda, semakin dalam ia mengenal Arya, semakin sulit baginya untuk memahami keputusan yang harus ia ambil. Arya berdiri tak jauh darinya, menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan tatapan tajam yang selalu mampu menembus hati Anisa.“Anisa, aku tidak ingin kamu salah paham,” ujar Arya, suaranya rendah dan berat, seolah menanggung beban yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Anisa hanya diam, matanya terpaku pada Arya, mencari kejujuran yang mungkin tersembunyi di balik sikap dinginnya. Dalam dirinya, Anisa berjuang antara keinginannya untuk tetap bersama Arya dan kenyataan bahwa pria itu menyembunyikan begitu banyak hal darinya.“Aku tahu, ada banyak hal yang belum kujelaskan padamu. Tapi aku hanya ingin kamu tahu satu hal...” Arya mendekat, berjalan perlahan menuju Anisa, setiap langkahnya terasa berat dan penuh makna. Saat Arya berdiri di depannya, ia menunduk sedikit, menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18

Bab terbaru

  • Bayangan Kelam   Bab 116 (tamat)

    Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Anisa berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun pengantin putih yang indah. Semua perhiasan yang dipilihnya dengan hati-hati kini menghiasi tubuhnya, memantulkan cahaya dari lampu yang menyinari ruang rias. Meskipun begitu, perasaan Anisa campur aduk. Ada kegembiraan, ada rasa takut, namun yang paling terasa adalah kekosongan yang mendalam. Rasanya, semuanya seperti sebuah mimpi, dan Anisa tidak tahu apakah dia siap atau tidak untuk melangkah lebih jauh dalam hidupnya.Di luar, para tamu undangan sudah mulai berdatangan, menyapa satu sama lain dengan tawa dan senyum. Suasana di gedung itu penuh dengan kegembiraan. Tidak hanya keluarga dan teman-teman Anisa yang hadir, tetapi juga sejumlah rekan kerja Adrian, termasuk Malik yang telah lama menjadi sahabat Adrian, serta Roy, yang meskipun menjadi bagian dari masa lalu Anisa, masih datang untuk memberi selamat.Namun meskipun semua tamu sudah hadir dan gedung sudah penuh dengan orang-orang,

  • Bayangan Kelam   Bab 115

    Hari-hari berlalu setelah lamaran Adrian yang penuh harapan. Anisa mencoba untuk menyibukkan dirinya, berusaha menenangkan pikirannya yang terus dipenuhi oleh perasaan bingung. Namun meskipun dia berusaha mengalihkan perhatian, bayangan Adrian tak bisa hilang begitu saja. Keberadaan pria itu yang tulus, yang tanpa henti berusaha mendekatkan diri, seolah menjadi cahaya yang sulit ia hindari.Anisa menundukkan kepalanya saat bekerja di restoran. Pelanggan datang dan pergi, namun hatinya masih terjebak pada satu hal. Adrian. Meski sudah berulang kali berkata pada dirinya sendiri bahwa ia butuh waktu, ia tahu bahwa perasaannya kepada Adrian tidak semudah itu dilupakan. Perasaan hangat yang diberikan Adrian saat bersama, ketulusan yang ada di mata pria itu, semuanya terasa begitu nyata.Setiap kali Adrian datang menemuinya di restoran, ia tidak bisa menahan senyumnya. Meskipun hanya sesederhana menyapa atau mengobrol ringan di sela-sela kesibukannya, itu cukup membuat hatinya merasa lebih

  • Bayangan Kelam   Bab 114

    Malam itu, udara terasa lebih hangat dari biasanya. Anisa baru saja selesai bekerja dan sedang merapikan meja ketika seorang pelayan mendekatinya dengan wajah ceria.“Anisa, kau dipanggil ke halaman belakang restoran,” kata pelayan itu sambil tersenyum penuh arti.Anisa mengerutkan kening. “Siapa yang memanggilku?”Pelayan itu hanya tersenyum misterius sebelum berlalu.Dengan rasa penasaran, Anisa melepas celemeknya dan berjalan menuju halaman belakang restoran. Begitu ia membuka pintu, matanya langsung membelalak.Lampu-lampu kecil tergantung di antara pepohonan, menciptakan suasana hangat dan romantis. Di tengah halaman, sebuah meja kecil dengan dua kursi sudah tertata rapi, lengkap dengan lilin yang menyala lembut.Dan di sana, berdiri seseorang yang sangat dikenalnya.Adrian.Pria itu mengenakan kemeja putih dengan lengan yang tergulung hingga siku. Wajahnya tampak sedikit tegang, tetapi matanya tetap memancarkan ketulusan yang selalu membuat Anisa merasa nyaman.“Adrian, apa ini?

  • Bayangan Kelam   Bab 113

    Setelah semua luka yang Anisa alami, ia akhirnya mulai menemukan sedikit ketenangan dalam hidupnya. Pekerjaannya di restoran asing membuatnya sibuk, dan ia menikmati rutinitas baru tanpa harus memikirkan masa lalunya yang kelam.Di tempat kerja, ia bertemu dengan Adrian, seorang kepala koki yang memiliki kepribadian hangat dan perhatian. Awalnya, Anisa tidak terlalu memedulikan kehadiran pria itu. Namun, seiring berjalannya waktu, perhatian kecil yang diberikan Adrian membuat Anisa perlahan membuka hatinya.Adrian selalu memastikan bahwa Anisa tidak bekerja terlalu keras. Ia sering meninggalkan secangkir teh hangat di meja Anisa ketika gadis itu terlihat kelelahan. Kadang-kadang, ia juga menyelipkan cokelat di loker Anisa dengan catatan kecil bertuliskan:“Jangan terlalu serius bekerja. Hidup juga butuh sedikit manis-manis.”Anisa tidak bisa memungkiri bahwa sikap Adrian membuatnya merasa nyaman. Tidak ada paksaan, tidak ada kebohongan, hanya ketulusan.Suatu malam, setelah restoran t

  • Bayangan Kelam   Bab 112

    Anisa menghela napas panjang saat melihat pantulan dirinya di cermin apartemen kecilnya. Sudah beberapa minggu sejak ia mulai mengenal Adrian, dan harus diakui, pria itu membawa warna baru dalam hidupnya. Tidak ada kesan terburu-buru atau tekanan dalam hubungan mereka. Adrian tidak pernah memaksanya untuk bercerita tentang masa lalunya, dan itu membuat Anisa merasa nyaman.Ia merapikan rambutnya lalu mengambil tas kecil sebelum keluar dari apartemen. Hari ini adalah hari liburnya, dan ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota. Tidak ada tujuan khusus, hanya ingin menikmati udara segar dan menenangkan pikirannya.Saat sampai di taman, ia memilih duduk di bangku dekat air mancur. Beberapa anak kecil berlarian, bermain bola, sementara pasangan muda duduk berdua di bawah pohon rindang. Anisa mengamati mereka dengan tatapan kosong, bertanya-tanya apakah ia masih bisa merasakan kebahagiaan seperti itu.“Sendirian lagi?”Suara itu membuatnya tersentak. Ia menoleh dan melihat Adrian be

  • Bayangan Kelam   Bab 111

    Anisa duduk di tepi tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar apartemennya yang sederhana. Setelah pertemuan dengan Roy tadi malam, ia merasa lega, tetapi juga ada sedikit perasaan hampa yang sulit ia jelaskan. Mungkin karena ini pertama kalinya ia benar-benar menutup pintu bagi seseorang yang pernah mengisi hatinya, meskipun kenyataannya pahit.Hari ini, Anisa berencana untuk menghabiskan waktu sendiri. Ia ingin pergi ke tepi pantai yang tidak terlalu jauh dari kota, hanya sekitar satu jam perjalanan dengan bus. Ia butuh udara segar, butuh ketenangan yang hanya bisa ia temukan saat mendengar suara ombak dan angin laut.Setelah bersiap-siap, ia mengenakan dress berwarna krem dan membawa tas kecil berisi buku dan air minum. Anisa selalu merasa nyaman dengan membaca, seolah-olah dunia dalam buku bisa membantunya melupakan kenyataan yang kadang terlalu menyakitkan.Saat tiba di halte bus, ia duduk sambil menunggu kendaraan yang akan membawanya ke pantai. Cuaca hari ini cukup cerah, de

  • Bayangan Kelam   Bab 110

    Anisa menatap ke luar jendela kamar apartemennya yang kecil. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang yang jatuh ke bumi. Angin malam bertiup pelan, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Ini adalah tempat tinggal barunya, jauh dari tempat lama yang menyimpan begitu banyak kenangan pahit.Sudah dua minggu sejak dia menjual rumah peninggalan orang tuanya. Rumah yang dulu penuh dengan canda tawa, berubah menjadi tempat yang hanya membuatnya terjebak dalam kenangan yang menyakitkan. Anisa tahu, jika ia ingin benar-benar melanjutkan hidup, ia harus meninggalkan semua itu dan memulai kembali dari nol.Dia kini bekerja di sebuah restoran asing yang cukup terkenal. Pekerjaan itu tidak mudah, tapi setidaknya membuatnya sibuk dan tidak punya waktu untuk memikirkan masa lalu. Ia mengisi harinya dengan memasak, melayani pelanggan, dan berbincang dengan rekan kerja barunya.Namun, malam ini, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak siang tadi, ia merasa seperti a

  • Bayangan Kelam   Bab 109

    Setelah beberapa bulan berlalu sejak kepindahannya ke kota baru, Anisa mulai terbiasa dengan ritme kehidupannya yang sekarang. Ia sudah tidak lagi merasa asing dengan lingkungan tempat tinggalnya, dan pekerjaannya di restoran asing membuatnya semakin sibuk hingga perlahan-lahan bisa melupakan luka-luka masa lalunya. Meskipun kadang-kadang kenangan tentang Roy masih menghantui pikirannya, ia berusaha untuk tidak terjebak dalam perasaan itu lagi.Namun suatu hari, Anisa mengalami sesuatu yang membuatnya kembali mempertanyakan kehidupannya. Hari itu, restoran tempatnya bekerja sedang ramai karena ada acara perayaan ulang tahun dari pelanggan tetap mereka. Anisa yang bertugas di bagian pelayanan sibuk bolak-balik mengantar pesanan makanan dan memastikan semua pelanggan mendapatkan pelayanan terbaik.Saat ia sedang mengambil pesanan dari meja pelanggan, seorang pria memasuki restoran. Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, terlihat rapi dan elegan. Anisa tidak terlalu memperh

  • Bayangan Kelam   Bab 108

    Waktu berjalan semakin cepat, dan Anisa merasa hidupnya seperti berputar dalam lingkaran tanpa akhir. Meski hubungan dengan Roy tampak menyenangkan di awal, semakin lama ia merasa ada sesuatu yang tak beres. Meskipun Roy selalu memberikan perhatian yang penuh, Anisa merasa ada jarak yang tak bisa dijembatani. Kadang, ada hal-hal kecil yang membuatnya curiga, meski ia mencoba untuk mengabaikannya.Hari itu, seperti biasa, Roy menjemput Anisa di rumahnya untuk makan malam bersama. Anisa sudah terbiasa dengan kebiasaan itu. Roy selalu berusaha menyenangkan hati Anisa dengan cara-cara sederhana, tetapi yang terkadang membuatnya merasa aneh adalah cara Roy selalu menghindari topik-topik pribadi. Ia tidak pernah membahas keluarga, masa lalunya, atau apapun yang bersifat pribadi. Ketika Anisa menanyakan sesuatu tentang dirinya, Roy selalu mengubah topik dengan alasan yang terkesan canggung.“Roy, aku sudah lama ingin tahu lebih banyak tentangmu,” ujar Anisa suatu malam saat mereka duduk di r

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status