Share

Rahasia

Penulis: Cancer Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 19:00:18

Malam itu, Anisa duduk sendirian di balkon kamar apartemen Arya. Udara malam yang sejuk seharusnya menenangkan, namun hatinya terasa gelisah. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman yang muncul sejak Arya berjanji untuk berubah. Rasa ragu itu terus menghantuinya, seolah ada sesuatu yang masih disembunyikan, meskipun Arya sudah berjanji tidak ada lagi rahasia di antara mereka.

Anisa menatap ke langit, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Ia ingin mempercayai Arya, tetapi setiap kali ia mencoba, ada bayangan kelam yang mengganggu pikirannya. Arya masih terlalu misterius, terlalu banyak hal yang belum ia ketahui tentang pria itu.

Di dalam apartemen, Arya terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya di laptop, tetapi Anisa merasakan ada yang aneh. Gerak-gerik Arya lebih tertutup dari biasanya, dan sesekali, ia melihat Arya memeriksa teleponnya dengan cepat, seolah menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa aku merasa seperti ini lagi?" gumam Anisa pelan pada dirinya sendiri.

Tak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayangan Kelam   Cinta dan Keterpurukan

    Anisa duduk di sudut kamarnya, tangan gemetar memegang ponsel yang baru saja berdering. Nama Arya terpampang jelas di layar, tapi kali ini ia ragu untuk mengangkatnya. Sudah terlalu banyak kebohongan yang ia terima, terlalu banyak rasa sakit yang menggores hatinya.Arya, di sisi lain, tak henti-hentinya mencoba menghubungi. Setiap panggilan yang tidak terjawab membuat dadanya semakin sesak. Ia tahu dirinya bersalah, tapi rasa cintanya pada Anisa lebih besar dari apa pun. Rahasia yang selama ini ia sembunyikan adalah sesuatu yang mungkin tidak akan pernah bisa diterima Anisa, tetapi ia harus mencoba menjelaskan."Apa yang harus kulakukan?" Anisa berbicara kepada dirinya sendiri, suaranya serak karena menangis. Ia memikirkan semua kenangan indah yang mereka lalui bersama, semua janji-janji manis yang pernah Arya ucapkan. Tapi di balik itu, selalu ada sesuatu yang terasa salah, sesuatu yang kini mulai terungkap.Suara ketukan pelan di pintu kamar mengejutkannya. Yasmin berdiri di ambang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Bayangan Kelam   Di Ambang Batas

    Anisa duduk diam di tepi tempat tidurnya, tangannya memegang foto Arya yang tersimpan di dompet kecilnya. Senyumnya dalam foto itu kini terasa jauh, tak lagi memberikan rasa aman seperti dulu. Segalanya berubah dengan cepat. Hubungan yang awalnya penuh kehangatan kini dipenuhi kebohongan dan rahasia yang menghancurkan.Pikirannya melayang kembali pada peristiwa beberapa hari terakhir. Arya, pria yang ia cintai dengan segenap hati, telah membuka pintu gelap yang selama ini ia sembunyikan. Setiap hari, Anisa merasa dirinya semakin terjebak di dalam pusaran masalah yang tak ia ciptakan, tetapi harus ia hadapi.Sore itu, suara ponselnya memecah keheningan. Nama Arya muncul di layar, namun Anisa ragu untuk mengangkatnya. Ia butuh waktu untuk berpikir, tapi Arya tampaknya tak memberinya ruang.“Anisa, aku butuh bicara. Tolong jawab teleponku,” pesan suara Arya terdengar begitu mendesak. Anisa bisa mendengar kepanikan di balik suara tenang yang biasanya ia kenal.Akhirnya, dengan berat hati,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Bayangan Kelam   Bayangan

    Hari-hari berlalu sejak kepergian Arya, tetapi Anisa masih belum menemukan kedamaian. Kepergiannya meninggalkan luka yang mendalam, seakan-akan sebuah bagian dari dirinya telah hilang bersama pria yang ia cintai. Namun, rasa cemas tak kunjung hilang. Setiap langkah yang ia ambil selalu dibayangi oleh rasa takut dan kekhawatiran tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya.Anisa mencoba mengalihkan pikirannya dengan bekerja lebih keras dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Namun, meskipun begitu, Arya selalu hadir di dalam pikirannya. Semua kenangan mereka bersama terus-menerus menghantuinya. Dia terus bertanya-tanya apakah Arya baik-baik saja, atau apakah ia telah menyerahkan dirinya seperti yang ia katakan.Di saat yang bersamaan, Anisa merasakan sesuatu yang berbeda. Sejak Arya pergi, ia sering merasa seperti sedang diawasi. Ketika berjalan di jalan, ia merasa ada seseorang yang selalu memperhatikannya dari kejauhan. Ketika di rumah, terkadang terdengar suara-suara aneh ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Bayangan Kelam   Terjebak

    Pintu depan rumah Anisa terhempas terbuka oleh angin malam yang dingin. Di hadapannya berdiri pria asing itu, matanya bersinar gelap di bawah lampu jalan yang redup. Suaranya yang dingin dan mengancam masih terngiang di telinga Anisa, menggetarkan tulang-tulangnya. Tubuh Anisa menegang, naluri untuk bertahan hidup mulai mengambil alih, namun kakinya terpaku di tempat.Pria itu melangkah maju, membuat Anisa mundur beberapa langkah ke dalam rumah. “Aku tanya sekali lagi. Mau ke mana, Anisa?” suaranya lebih lembut sekarang, namun tak kalah mengancam.“Apa yang kalian mau dariku?” Anisa berusaha keras menahan suaranya agar tidak bergetar, meskipun tubuhnya bergetar hebat.Pria itu tersenyum tipis, berjalan lebih dekat. "Aku cuma pembawa pesan. Ada yang ingin bertemu denganmu."“Siapa?” Anisa bertanya, namun di dalam hati, ia sudah bisa menebak. Pikirannya langsung terarah pada Arya. Apakah semua ini adalah bagian dari rahasia gelap yang Arya sembunyikan? Apakah ini ada hubungannya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Bayangan Kelam   Rahasia Gelap

    Anisa berdiri terpaku di depan bangunan tua yang seolah telah dilupakan oleh waktu. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya gemetar. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari makna dari semua yang baru saja ia alami. Johan, Arya, rahasia kelam yang selama ini disembunyikan, semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung berakhir.Dengan langkah berat, Anisa memutuskan untuk masuk ke dalam bangunan itu. Jantungnya berdebar kencang saat ia mendekati pintu depan yang berderit ketika dibuka. Aroma kayu tua dan debu menyeruak, mengingatkannya pada sebuah tempat yang sudah lama ditinggalkan. Suasana di dalam begitu sunyi, hanya suara langkah kaki Anisa yang bergema di sepanjang lorong.Di tengah ruangan, ia melihat meja kayu panjang dengan beberapa kursi yang tampak usang. Di sudut ruangan, cahaya remang-remang dari lampu gantung yang berayun pelan, menambah kesan misterius tempat ini. Anisa merasa bulu kuduknya meremang, tapi ia tahu bahwa di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Bayangan Kelam   Terbuai

    Anisa duduk di sofa ruang tamu apartemen Arya, perasaannya campur aduk. Pertemuannya dengan Arya kali ini berbeda, semakin dalam ia mengenal Arya, semakin sulit baginya untuk memahami keputusan yang harus ia ambil. Arya berdiri tak jauh darinya, menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan tatapan tajam yang selalu mampu menembus hati Anisa.“Anisa, aku tidak ingin kamu salah paham,” ujar Arya, suaranya rendah dan berat, seolah menanggung beban yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Anisa hanya diam, matanya terpaku pada Arya, mencari kejujuran yang mungkin tersembunyi di balik sikap dinginnya. Dalam dirinya, Anisa berjuang antara keinginannya untuk tetap bersama Arya dan kenyataan bahwa pria itu menyembunyikan begitu banyak hal darinya.“Aku tahu, ada banyak hal yang belum kujelaskan padamu. Tapi aku hanya ingin kamu tahu satu hal...” Arya mendekat, berjalan perlahan menuju Anisa, setiap langkahnya terasa berat dan penuh makna. Saat Arya berdiri di depannya, ia menunduk sedikit, menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Bayangan Kelam   Terperangkap Dalam Pilihan

    Anisa menatap ponselnya yang masih bergetar di atas meja. Nama Arya muncul berkali-kali di layar, namun Anisa tidak lagi bergegas untuk mengangkatnya. Hatinya masih berperang, antara hasrat untuk kembali memeluk Arya dan keinginan untuk menyelamatkan dirinya dari hubungan yang semakin tidak sehat.Ia memutar kenangan-kenangan mereka di pikirannya. Ciuman lembut yang pernah membuatnya merasa aman, sentuhan hangat Arya yang dulu membuat dunia seakan berhenti. Namun, seiring waktu, ia menyadari bahwa semua itu hanyalah ilusi. Arya mungkin mencintainya, tapi cinta itu terbalut dengan rahasia gelap yang semakin menyesakkan.Anisa mendesah, lalu akhirnya mengambil ponselnya dan melihat pesan yang masuk dari Arya. Pesan yang penuh dengan kata-kata manis, meminta maaf atas segala kebohongan dan memohon kesempatan lagi."Haruskah aku kembali padanya?" gumam Anisa pelan, lebih kepada dirinya sendiri.Ia memikirkan percakapan terakhir mereka. Bagaimana Arya berusaha menjelaskan alasan di balik k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Bayangan Kelam   Bertemu Mantan

    Anisa sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan ketika secara tak sengaja ia melihat sosok yang tak asing. Langkahnya terhenti sejenak saat matanya menangkap pria dengan postur yang dulu begitu ia kenal, namun kini terlihat berbeda. Reza. Mantan kekasihnya itu berdiri di dekat salah satu kios, tapi ada sesuatu yang tak biasa dari penampilannya. Tubuhnya jauh lebih kurus, wajahnya pucat, dan rambutnya tampak berantakan. Anisa mengerutkan kening, merasa iba melihat keadaan Reza yang tampak begitu tidak terurus."Reza?" Anisa bergumam pelan, namun Reza tampak mendengarnya. Ia menoleh, dan begitu melihat Anisa, ekspresinya berubah seketika. Ada campuran keterkejutan dan kelegaan di matanya. Tanpa menunggu lebih lama, Reza melangkah mendekatinya."Anisa... ini benar kamu?" suara Reza terdengar serak, seperti orang yang sudah lama tidak berbicara dengan penuh emosi. Anisa hanya bisa mengangguk, menatap pria yang dulu pernah sangat ia cintai."Reza... apa kabar?" tanya Anisa pelan, meski d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20

Bab terbaru

  • Bayangan Kelam   Bab 105

    Hujan turun rintik-rintik malam itu. Anisa duduk di dalam mobil Roy, menatap butiran air yang menempel di jendela. Udara dingin merayap ke dalam, tetapi ia merasa hangat dengan kehadiran Roy di sebelahnya.“Kamu nggak kedinginan?” tanya Roy sambil menyodorkan jaketnya.Anisa menggeleng. “Nggak, aku suka hujan.”Roy tersenyum. “Aku juga.”Obrolan mereka mengalir begitu saja, tanpa beban. Anisa merasa nyaman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Namun, jauh di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang sulit ia jelaskan.Sejak menjalin hubungan dengan Roy, hidupnya terasa lebih ringan. Roy selalu ada untuknya, memberikan perhatian yang ia butuhkan. Tetapi, semakin lama mereka bersama, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Ia tidak tahu banyak tentang kehidupan Roy di luar pertemuan mereka. Roy tidak pernah mengajaknya ke rumah, tidak pernah bercerita banyak tentang masa lalunya.Tapi Anisa menepis pikirannya. Mungkin, Roy hanya butuh waktu. Lagipula, ia sendiri juga tidak i

  • Bayangan Kelam   Bab 104

    Hari-hari Anisa mulai terasa lebih ringan setelah pertemuan terakhirnya dengan Roy. Tidak ada lagi bayang-bayang pria itu dalam pikirannya. Ia merasa seakan sudah melewati fase terburuk dalam hidupnya, dan kini saatnya untuk melangkah ke depan.Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan.Malam itu, setelah pulang kerja, Anisa duduk di balkon apartemennya sambil menatap langit yang dipenuhi bintang. Ia menghela napas panjang. Sepi. Itulah satu-satunya kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.Sejak kehilangan orang tuanya dalam insiden kebakaran beberapa tahun lalu, Anisa sudah terbiasa hidup sendiri. Namun, entah mengapa malam ini kesepian itu terasa lebih menyakitkan.Ia mengambil ponselnya, membuka kontak, lalu menatap nama Roy yang tersimpan di sana.Ia ragu-ragu. Haruskah ia menghubunginya? Sejak mereka resmi berpacaran, Roy memang selalu ada untuknya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Anisa—sesuatu yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya.Sebelum sempat berp

  • Bayangan Kelam   Bab 103

    Hari-hari Anisa mulai berjalan lebih tenang setelah semua badai yang ia alami. Sejak putus dari Roy, ia merasa perlu waktu untuk menyembuhkan diri. Tidak mudah menerima kenyataan bahwa ia telah kembali dikhianati, tapi setidaknya kali ini ia lebih kuat. Ia tidak ingin tenggelam dalam kesedihan berkepanjangan seperti sebelumnya.Melukis menjadi pelariannya. Setiap coretan kuas di atas kanvas membantunya melupakan luka yang masih menganga. Ia mulai mengikuti kelas melukis di galeri seni dekat rumahnya, dan itu memberinya sedikit ketenangan.“Anisa, lukisanmu semakin berkembang,” puji salah satu instruktur di kelasnya. “Kamu punya bakat alami.”Anisa hanya tersenyum. Ia tak pernah berpikir bahwa ia punya bakat di bidang ini. Yang ia tahu, melukis membuatnya merasa hidup kembali.Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji seseorang.Suatu pagi, ketika Anisa sedang bersiap pergi ke galeri, ia mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. Ia mengabaikannya pada awalnya, tapi ketika telepon i

  • Bayangan Kelam   Bab 102

    Anisa melangkah keluar dari apartemen Roy, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia merasa seperti beban berat telah terangkat dari bahunya. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini lebih tajam dari sebelumnya, namun ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang memberinya kekuatan untuk melangkah maju meskipun hatinya hancur.Ia tahu bahwa meninggalkan Roy adalah keputusan yang sulit, tapi itu adalah keputusan yang tepat. Dia tidak bisa terus terjebak dalam kebohongan dan ketidakpastian. Roy, dengan segala pesonanya, ternyata hanya seorang pria yang pandai bersembunyi di balik topeng.Sore itu, Anisa duduk di taman dekat rumahnya, memandang anak-anak yang bermain riang di sekitar. Suasana yang dulu selalu mengingatkannya pada masa-masa indah bersama Malik, kini terasa asing. Tidak ada lagi senyum bahagia di sana. Hanya kesedihan yang menyelimutinya."Aku tidak bisa terus hidup seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia merasa seolah-olah semua pintu yang pernah terbuka untuknya ki

  • Bayangan Kelam   Bab 101

    Hari itu, Anisa dan Roy memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Roy tampak lebih ceria dari biasanya, sementara Anisa masih mencoba menepis perasaan aneh yang muncul setelah pertemuannya dengan Rina.Saat mereka tengah menikmati makanan, perhatian Anisa tiba-tiba teralihkan oleh seorang wanita yang masuk ke dalam restoran bersama seorang anak kecil. Wanita itu tampak anggun, mengenakan pakaian sederhana namun elegan. Anak kecil di sampingnya tampak berusia sekitar lima tahun, dengan wajah yang sedikit familiar bagi Anisa.Namun, yang lebih mengejutkan adalah bagaimana ekspresi Roy berubah saat melihat wanita itu. Seolah-olah ia baru saja melihat hantu dari masa lalunya.Anisa memperhatikan bagaimana Roy berusaha tetap tenang, tetapi matanya tak bisa lepas dari wanita tersebut."Kamu kenal dia?" tanya Anisa pelan.Roy tersentak. "Hah? Enggak, aku cuma... kayaknya pernah lihat wajahnya di suatu tempat."Namun, Anisa tidak bisa mengabaikan cara Roy be

  • Bayangan Kelam   Bab 100

    Waktu terus berlalu, meninggalkan jejak yang samar di hati Anisa. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, meskipun sesekali, bayangan masa lalunya masih muncul dalam ingatannya. Namun, ia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam kepedihan yang sama. Setiap hari, ia mencoba membangun dirinya kembali, sedikit demi sedikit.Setelah sekian lama merasa hancur, Anisa akhirnya menemukan kenyamanan dalam rutinitasnya. Pekerjaannya sebagai desainer interior semakin berkembang. Proyek-proyek yang ia tangani mendapat respons positif, dan namanya mulai dikenal di kalangan tertentu. Ia mulai mendapatkan klien tetap yang mempercayakan desain rumah mereka padanya.Suatu pagi, Anisa duduk di meja kerjanya, menyesap kopi hangat sambil menatap layar laptopnya. Pesanan masuk cukup banyak, dan itu berarti ia harus bekerja lebih keras. Tapi, anehnya, ia merasa senang. Ia merasa hidupnya mulai menemukan ritmenya sendiri.Sore itu, ia memutuskan untuk keluar sejenak, berjalan di taman kota. Angin sepoi-

  • Bayangan Kelam   Bab 99

    Minggu-minggu berlalu sejak Anisa memutuskan untuk melupakan Roy, tetapi luka yang ditinggalkannya masih terasa. Meski ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen ketika kenangan tentang pria itu kembali menghantui pikirannya. Terlebih lagi, perasaan bersalah karena membiarkan dirinya terbawa perasaan terhadap seseorang yang ternyata tidak jujur masih membekas.Anisa mulai sibuk dengan rutinitas baru. Ia mengambil beberapa proyek desain interior sebagai freelancer untuk mengisi waktu dan pikirannya. Pekerjaan ini, selain memberinya penghasilan, juga membantunya menjaga pikirannya tetap sibuk. Namun di balik semua aktivitas itu, ia merasa ada kekosongan yang sulit ia isi.Suatu siang, ketika Anisa sedang memeriksa bahan-bahan untuk proyek desain di sebuah toko perlengkapan rumah, ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tidak ia duga. Roy. Pria itu terlihat sama seperti terakhir kali mereka bertemu, tetapi sorot matanya penuh penyesalan.“Anisa,” sapa Roy dengan suara pelan.An

  • Bayangan Kelam   Bab 98

    Hari-hari setelah kepergian Roy terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai bagi Anisa. Ia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan dan berbagai aktivitas lain, tetapi pikirannya selalu kembali pada pria yang telah memberinya harapan baru. Roy adalah seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali, namun kini ia pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.Di satu sisi, Anisa ingin melupakan Roy, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan kenangan manis yang mereka lalui bersama. Suatu sore, ketika ia sedang membereskan meja kerja di rumah, ia menemukan buku catatan kecil yang pernah diberikan Roy. Di dalamnya, ada beberapa catatan singkat yang pernah ditulis Roy untuknya. Salah satu kalimat yang paling menyentuh hati Anisa adalah ...."Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, bahkan jika jalannya terasa berat."Membaca kalimat itu, air mata Anisa mengalir tanpa henti. Ia merasa kehilangan seseorang yang benar-benar peduli padanya, meskipun ia tak pernah tahu pasti apa y

  • Bayangan Kelam   Bab 97

    Anisa mulai merasa nyaman dengan Roy. Hubungan mereka berjalan begitu alami, tanpa ada tekanan atau ketegangan seperti yang pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap kali bersama Roy, Anisa merasa seperti menemukan sosok yang berbeda dari semua pria yang pernah datang dalam hidupnya. Roy selalu bisa membuatnya tertawa, berbicara tentang hal-hal kecil yang terasa menyenangkan, dan yang paling penting, ia memberikan perhatian yang tulus.Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Setelah berbulan-bulan sendiri, Anisa merasa seakan dia menemukan pelarian dari segala luka hati yang pernah ia alami. Roy bukan hanya teman yang menyenangkan, tapi juga seseorang yang mampu menenangkan setiap kegelisahan yang datang dalam pikirannya.Pada suatu malam, Roy mengajak Anisa untuk makan malam di restoran baru yang baru buka di pusat kota. Suasana yang tenang, dipadu dengan cahaya lilin yang temaram, membuat suasana semakin intim. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, hobi, hin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status