Rama pulih lebih cepat dari dugaan dokter. Maka, dia pun keluar dari rumah sakit lebih cepat. Hanya satu hari setelah dia sadar dari koma dan bangun dari maut. Setelah itu, semuanya seakan menjadi keanehan tersendiri.
Bukan hanya orang yang melihat, Rama sendiri pun merasa sangat aneh dengan dirinya. Baik dari segi wajah, penampilan, sikap, semuanya aneh. Seperti bukan dirinya, meski dia sedang kehilangan ingatan.
Rama yang awalnya hampir tidak pernah bercermin, entah kenapa sekarang menjadi sering sekali. Bukan karena wajahnya jelek. Wajah tampan Rama bahkan mengalahkan artis papan atas di negaranya. Rasa tidak percaya diri dan ketakutan yang menjadi penyebabnya.
Siang itu, saat Rama pulang dijemput Zoe dan Kakek Seno, semua orang menatapnya. Bukan tatapan hinaan dan ejekan yang selama ini dia terima, melainkan tatapan kekaguman seorang fans kepada idolanya.
"Wah, coba lihat pria itu!"
"Aku baru melihat ada pasien sepertinya. Gagah, berwibawa, tatapan dinginnya itu loh, udah kayak tombak es yang melelehkan jutaan gunung berapi."
"Eh, bentar deh. Coba kalian lihat di media sosial, dia kan penerus Yasashi, perusahaan no.1 di Indonesia."
Bisik-bisik kekaguman para suster dan pasien, mampu mambuat atmosfer di rumah sakit seakan melayang. Pergi menjauh dari jangkauan Rama dan hanya menyisakan sosok indah dalam dirinya.
Zoe yang mendengar bisikan mereka, merasa risih. Sekali lagi, bukan karena hinaan, tapi pujian yang mereka ucapkan untuk Rama, kembali membakar gunung berapi yang telah padam. Panas.
Dengan cepat Zoe membawa Rama masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di depan pintu masuk rumah sakit. Bersama Kakek Seno dan Zoe, Rama kembali ke rumah tahanan. Rumah yang mengunci dan menutup rapat semua kepercayaan dirinya.
"Rama, senang bisa melihatmu kembali lebih cepat." Sambut paman pertama Rama.
Semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah, menyambut kepulangan Rama dari rumah sakit. Zoe meminta Rama untuk duduk dan semua orang di ruangan itu pun mengikutinya.
Kakek Seno memperkenalkan anggota keluarganya kepada Rama. Mulai dari paman pertama dan keluarga kecilnya, lalu berlanjut pada paman kedua beserta istri dan anaknya.
"Dia adalah paman pertama, adik ayahmu, namanya Joseph Arya. Itu istrinya, Chika Nandini. Anak pertamanya bernama Arka Arya dan adiknya Zoe Arya, orang yang menemanimu tadi," jelas Kakek Seno, selesai pada perkenalan keluarga paman pertama Rama.
"Yang di sebelah sana, paman kedua, namanya Mahes Sanjaya. Lalu istrinya, Ola Putri. Anak pertamanya perempuan, Larasati Sanjaya dan adiknya Willy Sanjaya. Saya adalah kakekmu, Seno Respati." Kakek Seno telah selesai memperkenalkan semua anggota keluarganya pada Rama.
Diam. Suasana begitu senyap setelah Kakek Seno selesai pada perkenalannya. Rama tampak memperhatikan satu persatu dari mereka semua. Ada aura interogasi saat Rama menatap wajah mereka. Terlintas satu nasihat di mana dalam mimpinya mengatakan Rama untuk berhati-hati dengan orang-orang di sekelilingnya.
"Kakek Seno," panggil Rama. Panggilan yang sangat aneh, mengingat Rama yang dulu tidak pernah mengucap nama saat memanggil kakeknya.
Semua orang kembali menatap Rama, setelah beberapa menit mencoba menghindari tatapan intimidasinya.
"Kenapa kakek memperkenalkan keluarga orang lain, sementara keluargaku tidak?" ucap Rama, membuat semua orang heran.
"Maksud Kak Rama apa? Kita semua kan keluarga Kak Rama," balas Zoe.
"Benar, kalian memang keluargaku, meski aku tidak mengingatnya. Kalian harus ingat satu hal, satu anggota keluarga berubah menjadi keluarga orang lain saat dia menikah dan mempunyai anak. Masing-masing anak kakek sudah menikah dan punya anak, bukan?" balas Rama.
"Ya, kamu benar. Maafin kakek karena tidak memperkenalkan keluargamu lebih dulu," ucapnya.
"Silahkan," jawab Rama, mempersilahkan Kakek Seno untuk memperkenalkan keluarganya.
Kakek Seno berjalan ke arah foto berbingkai yang cukup besar. Di mama terdapat Rama dan orang tuanya di sana.
"Mereka adalah orang tuamu, Haris Adiyasa dan Gendis Fitriyani. Foto ini diambil saat kamu lulus kuliah dulu, apa kamu bisa mengingat mereka?" tanya Kakek Seno.
"Tidak penting aku mengingatnya sekarang atau tidak, yang pasti aku tau kalau mereka adalah orang tuaku," jawab Rama. Setiap perkataannya tegas dan sulit untuk ditebak.
Setelah mengatakan hal tersebut, Rama kembali merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Semua yang dia ucapkan seperti tidak keluar dari hatinya.
"Aku sedikit lelah, ingin istirahat. Di mana kamarku?" tanyanya beranjak dari sofa.
"Ada di lantai dua yang paling kanan, biar Zoe antar," jawab Zoe, menawarkan diri.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri," balas Rama, menolak tawaran Zoe.
Rama berjalan menyusuri anak tangga menuju kamar. Cara berjalannya pun terlihat sangat berwibawa, bak seorang raja besar pada zaman dahulu. Wajah tampan, rahang kuat dan bentuk tubuh yang sempurna semakin menambah nilai plus untuk seorang direktur utama.
Kali ini, Rama benar-benar telah siap untuk memimpin Yasashi menuju perusahaan no.1 di dunia. Seorang ayah tidak pernah salah saat menilai anaknya. Haris pernah berkata, bahwa Rama akan membawa perusahaannya menduduki peringkat satu di dunia.
Bukan hanya ucapan semata, tapi melalui sebuah firasat dan mimpi. Di mana dalam mimpi Haris Adiyasa, putranya menduduki singgasana kerajaan terkuat di dunia. Itulah yang akan terjadi selanjutnya.
"Apa-apaan ini, kakek yakin Rama beneran hilang ingatan?" tanya Laras.
"Apa maksud kamu, Laras?" balas Kakek Seno balik bertanya.
"Kakek ngga liat, kalau Rama seperti mempermainkan kita? Apa kalian juga ngga melihatnya?" tanya Laras kepada semua orang.
"Rama memang sedikit aneh, tapi itu bukan berarti dia berbohong, kan?" balas Tante Chika, istri paman pertama.
"Enggak, dia bukan Rama yang dulu," simpul Arka.
"Mungkin Kak Rama sedikit berubah, tapi bukankah itu bagus?" timpal Zoe.
"Bagus kamu bilang? Kamu ngga liat dia seperti orang pintar?" debat Arka.
"Ya bagus kan, kalau Kak Rama jadi lebih pintar?" tanya Zoe.
"Enggak. Dengan Rama yang sekarang, akan semakin susah untuk kakak mendapatkan posisi direktur utama di Yasashi." Aku Arka.
"Jadi maksud Kak Arka, kakak ngga suka dengan perubahan Kak Rama?" pancing Zoe.
"Enggak sama sekali," tegas Arka.
Dua kakak beradik itu saling berdebat dengan pendapat masing-masing. Kedua orang tuanya pun bingung dengan sifat keduanya yang sangat bertolak belakang itu.
"Sudah cukup, apa yang kalian perdebatkan? Masalah sikap dan sifat Rama yang berubah, biarkan saja, tugas kita hanya membantunya untuk mendapatkan kembali ingatannya," seru Paman Joseph, memecah perdebatan di antara kedua anaknya.
"Aku rasa, Rama bukan kehilangan ingatan, tapi kehilangan kepribadian," simpul Laras, kembali memancing perdebatan.
"Pribadinya yang dulu sudah hilang sejak kecelakaan. Sedangkan Rama yang sekarang, memiliki kepribadian yang baru." Lanjut Laras.
"Apa maksud, Kak Laras? Willy ngga paham," tanya sang adik.
"Jaringan otak yang rusak, membuat seseorang membentuk kepribadian yang baru. Di mana kepribadian yang lama, sudah hilang setelah mengalami kerusakan," jelas Laras, semakin membuat bingung adiknya, Willy.
"Ah, aku bingung. Terserah Kak Laras mau bilang apa, tapi menurutku, Rama itu gila." Willy membuat kesimpulannya sendiri, berbeda perspektif dari yang lain. Perbedaan itu justru memancing emosi sang kakek.
"Willy, jaga ucapanmu," seru Kakek Seno, mengagetkan.
"Kenapa, Kek? Willy ngga salah. Kalau menurut Kak Laras jaringan otak Rama rusak, itu berarti dia gila, kan?" ucap Willy kembali mengucapkannya.
"Kamu." Baru saja Kakek Seno mengangkat tangan dan hampir membuat tanda di pipi Willy, untungnya berhasil dicegah oleh Paman Mahes.
"Apa yang ayah lakukan?" seru Paman Mahes, menahan amarah.
"Putramu harus diberi pelajaran karena berkata kasar," jawab Kakek Seno.
"Bukan hak ayah untuk memberinya pelajaran. Masih ada aku, ayah jangan lagi mengangkat tangan sembarangan," gertak Pamam Mahes.
"Kamu mengajariku?" balas Kakek Seno.
"Kenapa tidak?" ucap Paman Mahes, menantang ayahnya sendiri.
next...
Sore hari, di kediaman Kakek Seno.Rama keluar kamar setelah selesai mandi. Suasana rumah tampak sepi, tak satu pun penghuni yang menunjukkan sosoknya. Rama berjalan menuruni tangga, menyusuri area rumah keluarga besar itu.Berkeliling di lantai satu, tidak terasa Rama telah sampai di depan kamar yang memiliki nama. Ruang kerja Haris, begitulah yang tertulis. Karena kamar tersebut adalah ruang kerja ayahnya, Rama memberanikan diri memegang gagang pintu hendak membukanya. Namun, pintunya terkunci. Apa mungkin disimpan kakek?Deru suara mobil terdengar sampai ke dalam. Siapakah gerangan penghuni rumah yang pulang? Clif berjalan mendekat ke arah jendela, untuk melihat si pemiliki mobil tersebut."Paman Joseph," lirihnya.Sepertinya Paman Joseph baru saja pulang dari restoran. Dia memiliki 3 restoran yang tersebar di beberapa tempat. Ketiga anak Kakek Seno memiliki pekerjaan yang cukup memuaskan. Namun, perusahaan yang dirintis oleh orang tua Rama meru
Hari pertama Rama menginjakkan kaki di Yasashi, membuat gempar seisi perusahaan.Ketegasannya dalam mengambil keputusan, membuat para karyawan Yasashi berpikir dua kali mengenai rumor yang beredar tentangnya.Para karyawan senang akan kedatangan Rama di perusahaan, tapi tidak dengan para petinggi. Mereka mulai merasa cemas, rumor yang mereka dengar ternyata salah besar.Rama sama sekali tidak terlihat seperti orang yang memiliki IQ di bawah rata-rata. Sungguh di luar dugaan.Mereka takut, jika kinerga selama bekerja di Yasahi, akan diragukan oleh Direktur mereka yang baru.Namun, bukan hanya orang-orang perusahaan yang dibuat heran. Jauh sebelum mereka, keluarga Rama juga dikejutkan oleh sikapnya yang berbanding 180 derajat dari Rama yang dulu.Meski telah divonis hilang ingatan, Rama sama sekali tidak seperti orang yang kehilangan ingatannya.Sikap tegas, berani juga kepercayaan dirinya jelas bukan Rama Adiyasa yang dikenal selama 26
Kosongnya kursi wakil direktur, membuat Arka terus mendesak Rama. Meski dia memiliki kriteria akan kursi tersebut, Rama tidak akan memilihnya.Masih banyak di luar sana yang mempunyai kriteria layak sebagai wakil direktur Yasashi.Namun, untuk saat ini, Rama belum memprioritaskan hal tersebut.Tok-tok-tok."Masuk""Mona, ada apa?" tanya Rama."Maaf, Pak Direktur. Di bawah ada tamu yang mencari bapak," ucap Mona."Siapa? Sudah ada janji?" tanya Rama lagi."Belum, Pak, tapi dia ngotot katanya temen bapak. Bahkan mau menerobos masuk kalau Pak Direktur tidak segera turun," terang Mona.Rama berfikir sejenak. Bisa saja orang itu adalah teman, yang mungkin bisa membantunya untuk mengembalikan ingatan."Oke, saya turun sekarang." Rama membereskan beberapa berkas yang baru saja diselesaikannya dengan rapih."Tapi, Pak. Bukannya bapak tidak pernah mengizinkan orang yang tidak dikenal masuk ke perusahaan?" tanya Mona
"Siapa, Kak? Kanaya?" Untuk seketika, atmosfer di kediaman Kakek Seno berubah drastis. Panas. Seperti bumi berada dekat dengan sumber panas. "Zoe. Belum tidur?" tanya Rama basa-basi, melihat adik sepupunya ternyata ada di sana. "Belum. Kakak abis dari mana?" tanya Zoe. "Habis bertemu teman - Kak Roy namanya. Kamu tau dia tidak?" Rama masih berusaha mencari informasi tentang Roy dari berbagai sumber. "Oh, Kak Roy? Tau dong, Kak. Dia kan satu-satunya temen Kak Rama, dulu sering kok main ke sini," jelas Zoe. "Seberapa dekat aku sama dia?" Selidik Rama. "Kalau dibilang deket banget sih enggak, tapi Kak Roy orangnya baik. Dia selalu bantuin kakak kalo Kak Arka sama Kak Willy ngerjain Kak Rama," terang Zoe. "Begitu ya? Baik, terima kasih Zoe. Aku pergi ke kamar dulu," pamit Rama. Baru menginjak beberapa anak tangga, Rama berhenti. "Zoe, tunggu." Cegahnya, lalu berbalik melihat ke arah sang adik sepupu. "Iya, K
Peramal itu mengatakan jika keturunan Haris akan mengalami insiden, hingga meninggal dunia. Sedangkan untuk mencegah hal itu, Haris harus mengorbankan dirinya juga sang istri untuk keselamatan keturunan yang dimaksud.Keturunan yang dimaksud adalah Rama. Karena hanya dia satu-satunya putra Haris Adiyasa."Jadi, kecelakaan itu karena-""Ya, dugaanmu benar. Haris memang sengaja melakukannya," balas sang kakek."Siapa peramal itu, Kek?" telisik Rama."Kakek tidak tau. Haris pergi begitu saja tanpa memberitahu kakek lebih dulu," balas Kakek Seno."Lalu, peramalnya? Di mana orang itu?""Kakek juga tidak tau, cuma Haris seorang yang tau keberadaan peramal tersebut. Terakhir mereka bertemu, bukan di rumah ini, tapi di Yasashi," jelasnya.Rama berfikir sejenak. Dia merasa ada bagian yang janggal di sini. Haris mendapat sebuah ramalan, hanya dia dan Kakek Seno yang tau mengenai ramalan tersebut. Sedangkan keberadaan peramal itu sendiri,
"Tidak apa-apa, Kek. Rama juga tidak mau punya adik sepupu seperti dia." Sahutnya."Terserah kalian, kakek mau istirahat."Kakek Seno pergi dari ruangan tersebut. Beliau sudah lelah mengurusi masalah kelima cucunya yang selalu saja meributkan hal sepele."Lihat? Kakek aja udah males ngurusin kamu," ujar Arka."Iya, anak kayak kamu itu bisanya cuma nyusahin orang lain," timpal Willy."Kak Arka, Kak Willy. Bisa ngga sih kalian ngga ganggu Kak Rama sehari aja?" mohon Zoe."Biarkan saja, Zoe. Aku sudah terbiasa mendengar ocehan mereka." Sahut Rama."Apa kamu bilang? Ocehan? Itu fakta, bukan sekedar ocehan saja," cecar Arka.Ketiga saudara itu saling melempar argumen. Sampai di mana Joseph datang untuk melerai ketiganya. "Apa lagi yang kalian ributkan?" tegurnya.Bersama Chika - sang istri, disusul Mahes dan Ola. Mereka datang ke ruang kerja Haris setelah Kakek Seno kembali ke kamar. Entah sebuah kebetulan atau mereka memang
"Naya, boleh aku minta bantuanmu?""Boleh. Ada apa, Rama?""Tolong bantu aku buat pura-pura jadi pacarku"Permintaan Rama sontak membuat Kanaya sangat terkejut. Bukan karena permintaan anehnya, tapi karena impiannya sejak dulu telah terwujud.Meski hanya pura-pura, Kanaya sudah merasa senang. Rama bukanlah pria yang dengan mudah menjalin hubungan kekasih seperti pria pada umumnya.Kanaya menyukainya sejak mereka masih kecil. Mungkin karena persamaan yang membuat Kanaya tertarik pada pria itu.FLASHBACK OFF.Rama berteriak sambil memegangi kepala. Adegan di masa lalu mulai membayangi saat dia menjabat tangan Kanaya.Wajahnya menjadi pucat pasi, kaki terasa lemas, rasa bingung juga turut hadir.Dalam beberapa jam, Rama mengalami dua kejadian yang berbeda. Saat malam, nama Raka yang terngiang di telinga. Sedangkan sekarang, nama Rama yang muncul dalam bayangan."Apa yang terjadi? Siapa Raka dan Rama sebenarnya? Kenap
"Kalau kamu menolak, itu artinya, kamu meragukan kemampuanku dalam menilai seseorang sebagai seorang direktur utama Yasashi"Riko tersentak. Direktur utama Yasashi? Riko salah besar karena sudah menyinggung Rama. Perusahaan no.1 itu pasti tidak akan main-main dengan nasib seseorang. Tamat sudah riwayat Riko."Bagaimana?" ulang Rama."Em-anu, Mas Rama. Sepertinya aku ngga cocok kalau harus bekerja di lingkungan seperti itu," ujar Riko, merendah."Bukan kamu yang menilai cocok dan tidak cocok. Aku juga tidak akan sembarangan menawarkan pekerjaan pada seseorang. Lagipula, bukan kita yang memilih pekerjaan, tapi pekerjaan yang memilih kita." Sahut Rama.Riko tampak berpikir, mungkin sebaiknya dia menerima tawaran tersebut. Jadi, dia tidak perlu lagi capek-capek berjalan kesana-kemari untuk melamar kerja.Lagipula, bukan Riko yang meminta-minta pekerjaan, tapi direktur Yasashi sendiri yang menawarkannya. Orang bilang, kita tidak boleh melewatkan
Beberapa saat setelah Rama dan Riko kembali ke perusahaan, Reno menghubungi sang kakak. "Bagaimana? Apa yang Reno katakan?" tanya Rama, setelah panggilan telepon selesai. "Saya minta maaf, Pak. Reno tidak menemukan bukti apa pun. Dia tidak bisa mendengar pembicaraan ketiga saudara bapak, karena saat itu ... Reno ditugaskan di gudang," jelas Riko. "Akh, sial. Untuk apa mereka pergi ke cafe itu? Ini jelas bukan sebuah kebetulan, mereka tidak mungkin pergi ke tempat yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Kalau hanya untuk makan, ada banyak tempat yang bisa mereka datangi di sekitar rumah." Rama sangat geram. Ia begitu kesal, karena tidak mendapat bukti apapun hari ini. Padahal, ketiga saudara sepupunya saat ini jelas berada di lokasi kejadian. Mengapa sulit sekali hanya untuk mencari satu bukti? Satu-satunya hal yang Rama tau, yaitu petunjuk yang mengarah pada bukti yang sengaja dihilangkan. Karena itu artinya, kecelakaan yang Rama alami memang ada yang merencanakannya. S
Hari pertama Riko melakukan penyelidikan, sepertinya belum menemukan petunjuk apa pun.Riko juga sudah mencari ke tempat terjadinya kecelakaan. Namun, tidak ada jejak apa pun di sana.Meskipun kecelakaan yang Rama alami baru terlewat beberapa hari, tetapi kondisi jalanan sudah tidak ada tanda apa-apa lagi.Semuanya sudah kembali normal. Pihak kepolisian, tampaknya juga tidak lagi melanjutkan penyelidikan mengenai kecelakaan tersebut.Mungkin karena tidak adanya bukti, sehingga mereka menganggap jika kecelakaan yang Rama alami, murni kecelakaan biasa.Namun, tidak dengan Rama. Ia menganggap ada yang janggal. Terlebih lagi, Rama tidak mengingat apa pun mengenai kecelakaan tersebut."Riko? Kamu lagi ngapain?"Riko yang tengah melakukan penyelidikan, terlihat mencurigakan karena terus terlihat di sekitar kejadian kecelakaan."Reno? Kamu lagi ngapain di sini?" balas Riko, justru bertanya balik."Aku kerja di sana," jawab Reno, sambil menunjuk ke arah cafe.Riko mengikuti arah yang Reno tun
"Apa, Pak? Hilang ingatan?" Riko terkejut mendengar penjelasan Rama mengenai dirinya yang kehilangan ingatan. Pantas saja Riko merasa ada yang aneh saat pertama kali bertemu dengan Rama.Karena menurut berita yang beredar, penerus sah Yasashi - putra tunggal Haris Adiyasa, memiliki IQ setara anak SD. Sedangkan orang yang Riko temui tanpa sengaja itu, terlihat sekali jika dia adalah orang yang cerdas, jenius, bijaksana, penuh wibawa yang tinggi dan memiliki sifat kepemimpinan. "Ya, karena sebuah kecelakaan. Aku tidak tau pasti bagaimana detailnya. Karena kamu sudah mengetahui hal ini, aku ingin memintamu untuk menjadi detektif," ujar Rama. "Detektif? Maksud ... Pak Rama?" tanya Riko, sedikit bingung. "Menjadi detektif untuk menyelidiki tragedi kecelakaan yang terjadi padaku, selain itu ... aku juga ingin memintamu menyelidiki kecelakaan yang terjadi 2 tahun lalu." Tambah Rama. "Kecelakaan 2 tahun lalu?" Rama ingat saat membaca koran, judul utama mereka adalah tentang meninggalnya
Rama masih sibuk berkutat dengan laptop saat dirinya tengah berada di perjalanan menuju Yasashi. Hari ini, Rama telah mempersiapkan posisi yang cocok untuk Riko.Setelah Riko lolos tes, Rama akan menjadikannya sebagai asisten pribadi.Bukan tanpa alasan Rama mengambil keputusan besar seperti itu. Setelah lolos dari maut, Rama dengan mudah menilai seseorang dari kesan pertama mereka bertemu.Mungkin ada baiknya juga apa yang dikatakan oleh peramal itu, tapi jika keturunan Haris akan mengalami suatu tragedi hingga meninggal dunia. Bukankah itu artinya, Rama memang mengalami reinkarnasi?"Kita sudah sampai, Pak," ucap supir yang mengantarnya ke kantor."Oh, baik. Terima kasih, Pak." Rama pergi setelah membayar ongkos kendaraan tersebut."Pagi, Pak Rama""Pagi, Pak"Semua ucap sapa para karyawan hanya Rama tanggapi dengan senyum dan anggukan.Rama tidak ingin meninggalkan kesan bos yang dingin, tapi juga tidak terlalu ramah
"Kalau kamu menolak, itu artinya, kamu meragukan kemampuanku dalam menilai seseorang sebagai seorang direktur utama Yasashi"Riko tersentak. Direktur utama Yasashi? Riko salah besar karena sudah menyinggung Rama. Perusahaan no.1 itu pasti tidak akan main-main dengan nasib seseorang. Tamat sudah riwayat Riko."Bagaimana?" ulang Rama."Em-anu, Mas Rama. Sepertinya aku ngga cocok kalau harus bekerja di lingkungan seperti itu," ujar Riko, merendah."Bukan kamu yang menilai cocok dan tidak cocok. Aku juga tidak akan sembarangan menawarkan pekerjaan pada seseorang. Lagipula, bukan kita yang memilih pekerjaan, tapi pekerjaan yang memilih kita." Sahut Rama.Riko tampak berpikir, mungkin sebaiknya dia menerima tawaran tersebut. Jadi, dia tidak perlu lagi capek-capek berjalan kesana-kemari untuk melamar kerja.Lagipula, bukan Riko yang meminta-minta pekerjaan, tapi direktur Yasashi sendiri yang menawarkannya. Orang bilang, kita tidak boleh melewatkan
"Naya, boleh aku minta bantuanmu?""Boleh. Ada apa, Rama?""Tolong bantu aku buat pura-pura jadi pacarku"Permintaan Rama sontak membuat Kanaya sangat terkejut. Bukan karena permintaan anehnya, tapi karena impiannya sejak dulu telah terwujud.Meski hanya pura-pura, Kanaya sudah merasa senang. Rama bukanlah pria yang dengan mudah menjalin hubungan kekasih seperti pria pada umumnya.Kanaya menyukainya sejak mereka masih kecil. Mungkin karena persamaan yang membuat Kanaya tertarik pada pria itu.FLASHBACK OFF.Rama berteriak sambil memegangi kepala. Adegan di masa lalu mulai membayangi saat dia menjabat tangan Kanaya.Wajahnya menjadi pucat pasi, kaki terasa lemas, rasa bingung juga turut hadir.Dalam beberapa jam, Rama mengalami dua kejadian yang berbeda. Saat malam, nama Raka yang terngiang di telinga. Sedangkan sekarang, nama Rama yang muncul dalam bayangan."Apa yang terjadi? Siapa Raka dan Rama sebenarnya? Kenap
"Tidak apa-apa, Kek. Rama juga tidak mau punya adik sepupu seperti dia." Sahutnya."Terserah kalian, kakek mau istirahat."Kakek Seno pergi dari ruangan tersebut. Beliau sudah lelah mengurusi masalah kelima cucunya yang selalu saja meributkan hal sepele."Lihat? Kakek aja udah males ngurusin kamu," ujar Arka."Iya, anak kayak kamu itu bisanya cuma nyusahin orang lain," timpal Willy."Kak Arka, Kak Willy. Bisa ngga sih kalian ngga ganggu Kak Rama sehari aja?" mohon Zoe."Biarkan saja, Zoe. Aku sudah terbiasa mendengar ocehan mereka." Sahut Rama."Apa kamu bilang? Ocehan? Itu fakta, bukan sekedar ocehan saja," cecar Arka.Ketiga saudara itu saling melempar argumen. Sampai di mana Joseph datang untuk melerai ketiganya. "Apa lagi yang kalian ributkan?" tegurnya.Bersama Chika - sang istri, disusul Mahes dan Ola. Mereka datang ke ruang kerja Haris setelah Kakek Seno kembali ke kamar. Entah sebuah kebetulan atau mereka memang
Peramal itu mengatakan jika keturunan Haris akan mengalami insiden, hingga meninggal dunia. Sedangkan untuk mencegah hal itu, Haris harus mengorbankan dirinya juga sang istri untuk keselamatan keturunan yang dimaksud.Keturunan yang dimaksud adalah Rama. Karena hanya dia satu-satunya putra Haris Adiyasa."Jadi, kecelakaan itu karena-""Ya, dugaanmu benar. Haris memang sengaja melakukannya," balas sang kakek."Siapa peramal itu, Kek?" telisik Rama."Kakek tidak tau. Haris pergi begitu saja tanpa memberitahu kakek lebih dulu," balas Kakek Seno."Lalu, peramalnya? Di mana orang itu?""Kakek juga tidak tau, cuma Haris seorang yang tau keberadaan peramal tersebut. Terakhir mereka bertemu, bukan di rumah ini, tapi di Yasashi," jelasnya.Rama berfikir sejenak. Dia merasa ada bagian yang janggal di sini. Haris mendapat sebuah ramalan, hanya dia dan Kakek Seno yang tau mengenai ramalan tersebut. Sedangkan keberadaan peramal itu sendiri,
"Siapa, Kak? Kanaya?" Untuk seketika, atmosfer di kediaman Kakek Seno berubah drastis. Panas. Seperti bumi berada dekat dengan sumber panas. "Zoe. Belum tidur?" tanya Rama basa-basi, melihat adik sepupunya ternyata ada di sana. "Belum. Kakak abis dari mana?" tanya Zoe. "Habis bertemu teman - Kak Roy namanya. Kamu tau dia tidak?" Rama masih berusaha mencari informasi tentang Roy dari berbagai sumber. "Oh, Kak Roy? Tau dong, Kak. Dia kan satu-satunya temen Kak Rama, dulu sering kok main ke sini," jelas Zoe. "Seberapa dekat aku sama dia?" Selidik Rama. "Kalau dibilang deket banget sih enggak, tapi Kak Roy orangnya baik. Dia selalu bantuin kakak kalo Kak Arka sama Kak Willy ngerjain Kak Rama," terang Zoe. "Begitu ya? Baik, terima kasih Zoe. Aku pergi ke kamar dulu," pamit Rama. Baru menginjak beberapa anak tangga, Rama berhenti. "Zoe, tunggu." Cegahnya, lalu berbalik melihat ke arah sang adik sepupu. "Iya, K