Riko dan Reno memakamkan ayah dan kakaknya di TPU (Tempat Pemakaman Umum) tak jauh dari rumah. Sekarang hanya tinggal mereka berdua, mau tidak mau mereka harus mencari pekerjaan untuk biaya hidup sehari-hari. Riko dan Reno terpaksa putus kuliah. Menyesal, mengapa tidak sejak lama mereka bekerja sambilan, meski dengan cara sembunyi-sembunyi. Setidaknya, Riko dan Reno tidak akan kesulitan seperti sekarang.
"Bapak, Kak Rama, istirahat yang tenang di sana. Jangan khawatirkan aku sama Reno, kami sudah besar, bisa jaga diri." Riko menaburkan bunga-bunga indah di atas makam ayah dan kakaknya.
Meski sakit, mereka harus kuat dan bersabar. Riko yakin, di atas sana ayah dan kakaknya selalu melindungi dan mendoakan yang terbaik untuk mereka.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Reno pada kakaknya, Riko. Selisih usia mereka hanya satu tahun dan Reno adalah yang paling kecil di antara mereka bertiga.
"Mungkin aku akan mencari kerja, kuliah tidak bisa dilanjutkan lagi," ucap Riko.
"Baik. Ayo cari kerja," seru Reno.
"Kamu ngga boleh kerja, biar aku saja. Belajar yang rajin dan lanjutkan kuliahmu," pinta Riko.
"Aku ngga mau kuliah lagi. Kita cari kerja sama-sama. Untuk sekarang, mencari uang adalah yang utama. Hutang bapak masih belum lunas, biaya kuliah juga belum dibayar, kan?" ungkap Reno.
"Iya, kamu benar, tapi lebih baik jika ada yang melanjutkan kuliah di antara kita berdua. Bapak pasti ngga mau lihat anaknya gagal," ucap Riko.
"Kamu tenang saja. Sudah ada Kak Raka yang berhasil lulus kuliah dengan nilai sempurna. Bapak ngga akan marah saat melihat dua anaknya hidup rukun dan saling membantu. Daripada hidup ketergantungan dan menyusahkan orang lain," jelas Reno.
"Tapi, kamu tetap harus ... "
"Ssstt, ngga ada tapi. Seandainya kuliah, aku ngga akan bisa belajar dengan tenang." Reno tetap bersikeras tidak mau melanjutkan kuliahnya.
.
Semua keluarga Rama sudah berkumpul di ruangan. Dokter pun sudah angkat tangan, alat bantu oksigen dan denyut jantung juga sudah dilepaskan.
"Kak Rama, kenapa, Kak? Kenapa kakak ninggalin Zoe? Kakak bilang mau liat Zoe lulus kuliah dengan nilai yang bagus," isaknya.
"Rama, kamu anak yang baik. Semoga kamu tenang di sana," ucap paman pertama.
"Rama, kasihan sekali kamu. Semoga di kehidupan selanjutnya, nasib baik selalu bersamamu." Doa istri paman kedua, seperti ada maksud tersembunyi di balik kata-katanya.
"Rama, maafkan kakek. Bahkan setelah orang tuamu tiada, kakek selalu ngga berguna," batin Kakek seno.
Semua tampak mendoakan, tapi tidak dengan Arka, Willy dan Laras. Tidak tau apa yang mereka pikirkan saat ini.
"Hhhhh." Raka mengejutkan semua orang dengan tarikan napasnya.
"Dokter, pasien kembali bernapas, Dok," ucap suster.
"Siapkan alat bantu dan denyut jantungnya," titah dokter.
"Mohon bapak dan ibu menunggu di luar," pinta suster.
Dokter memeriksa kondisi Rama yang kembali menunjukkan tanda kehidupan, setelah beberapa menit membuat keluarganya khawatir.
"Dokter, apa yang terjadi?" tanya paman pertama.
"Pasien mendapat sebuah keajaiban," ucap dokter.
"Maksud, Dokter?" tanya paman pertama, bingung.
Dokter menjelaskan keajaiban yang dialami Rama. Saat kondisinya benar-benar mendekati waktu terakhir, Rama bernapas kembali. Kondisinya pun sudah normal, seperti tidak ada kecelakaan yang terjadi sebelumnya.
"Apa kami boleh melihatnya?" tanya Kakek Seno.
"Silahkan, tapi, jangan terlalu lama. Pasien masih membutuhkan istirahat yang banyak," pinta dokter.
Setelah mendapat izin, mereka masuk satu persatu ke dalam kamar rawat Rama. Benar yang dokter katakan, Rama memang terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Dia bahkan terlihat lebih fress dan tampan meski sedang tidak sadar.
"Terima kasih, Ya Tuhan atas semua keajaiban ini. Terima kasih sudah memberikan kesempatan kedua untuk cucuku," batin Kakek Seno, senyum mulai terlihat di wajahnya.
Perlahan, Rama mulai menggerakkan jari-jemarinya. Membuka mata, melihat ada banyak orang yang melihat dirinya. Rama melihat satu persatu di antara mereka. Ada perasaan aneh menyelimuti hatinya, tapi Rama tidak tau itu apa.
"Kak Rama, akhirnya kakak sadar juga," seru Zoe langsung memeluk tubuh Rama. Tidak ada penolakan, Rama hanya diam saja saat Zoe memeluknya.
"Rama, bagaimana? Apa kamu baik-baik saja?" tanya paman pertama.
"Rama?" ulangnya.
"Iya, Kak Rama sekarang sudah sadar," balas Zoe.
"Siapa Rama?" tanyanya.
Deg.
Ada apa ini? Mengapa Rama menanyakan siapa dirinya? Apa mungkin dia kehilangan ingatannya akibat benturan keras itu?
"Dokter, kenapa Rama tidak ingat siapa dirinya?" tanya Kakek Seno.
"Saat pasien berhasil melewati waktu terakhirnya, itu merupakan keajaiban yang sangat besar. Bahkan, selama saya menjadi dokter bertahun-tahun, belum pernah menemukan hal yang seperti ini. Jika pasien memang tidak bisa mengingat siapa dirinya, itu hal yang wajar mengingat pasien yang hampir kehilangan nyawa. Kita bisa pelan-pelan membantunya mendapatkan ingatannya kembali," jelas dokter.
"Kenapa dia harus bangun sih? Udah bagus tidur selamanya," bisik Willy pada kakaknya, Laras.
"Sssstt, jangan keras-keras, nanti mereka denger," bisik Laras.
"Coba kamu perhatiin lagi deh! Rama yang sekarang kenapa beda ya?" tanya Laras.
"Beda apanya? Sama aja kayaknya," balas Willy.
"Beda, liat lagi. Dia keliatan kayak orang bodoh dan culun," terang Laras, tersenyum jahat.
Rama memang terlihat berbeda dibandingkan Rama yang dulu. Selain lebih fress dan tampan, dia juga terlihat lebih pintar dan dewasa.
Hampir setengah jam Zoe dan yang lain menginterogasi Rama. Namun, tidak ada hasil. Rama hanya menggelengkan kepala dan menjawab seadanya. Dokter pun meminta semua orang keluar, membiarkan Rama untuk istirahat lebih banyak. Mungkin saat bangun nanti, Rama bisa mengingat kembali siapa dirinya.
Zoe dan yang lain meninggalkan rumah sakit, karena aktivitas masing-masing. Saat semua orang keluar dari kamar rawat Rama, dia masih duduk termenung. Mencoba mengingat siapa dirinya dan apa yang terjadi kepadanya hingga masuk rumah sakit. Namun, tidak ada jawaban. Satu hal yang terus terlintas di pikrannya, yaitu seseorang yang menyentuh tangannya saat dia terbaring tidak sadarkan diri.
Suara tangisan terkadang masuk ke telinganya, terus terngiang. Suara itu memanggil kakak pada seseorang, memintanya untuk tidak pergi meninggalkan si pemilik suara. Siapa orang itu? Mengapa terus terdengar suaranya?
Rama menutup mata dan telinga. Bantal yang dia gunakan untuk tidur, dia jadikan penutup telinga. Berharap suara-suara yang didengarnya tadi segera menghilang.
.
"Rama, ingatlah untuk membalas dendam. Balaskan semua dendamku juga sakit hatimu. Jangan sampai hal yang sama menimpa orang lain. Waspadalah pada orang-orang di sekitar, telitilah dalam menilai seseorang. Kamu harus tau mana yang benar-benar domba dan mana serigala berbulu domba."
"Apa yang kalian inginkan?"
"Enyahlah dari muka bumi ini!"
"Aaaaaaaa"
"Haaaahhhhh." Rama terbangun dari tidurnya karena pengaruh obat.
Keringat mengalir deras, jantung berdetak sangat cepat. Perasaan takut yang dia rasakan, ternyata hanya mimpi. Mimpi di sore hari setelah berjam-jam terus terjaga.
"Mimpi apa aku tadi? Kenapa ada banyak suara yang kudengar?" gumamnya.
next...
Rama pulih lebih cepat dari dugaan dokter. Maka, dia pun keluar dari rumah sakit lebih cepat. Hanya satu hari setelah dia sadar dari koma dan bangun dari maut. Setelah itu, semuanya seakan menjadi keanehan tersendiri. Bukan hanya orang yang melihat, Rama sendiri pun merasa sangat aneh dengan dirinya. Baik dari segi wajah, penampilan, sikap, semuanya aneh. Seperti bukan dirinya, meski dia sedang kehilangan ingatan. Rama yang awalnya hampir tidak pernah bercermin, entah kenapa sekarang menjadi sering sekali. Bukan karena wajahnya jelek. Wajah tampan Rama bahkan mengalahkan artis papan atas di negaranya. Rasa tidak percaya diri dan ketakutan yang menjadi penyebabnya. Siang itu, saat Rama pulang dijemput Zoe dan Kakek Seno, semua orang menatapnya. Bukan tatapan hinaan dan ejekan yang selama ini dia terima, melainkan tatapan kekaguman seorang fans kepada idolanya. "Wah, coba lihat pria itu!" "Aku baru melihat ada pasien sepertinya. Gagah, berwibawa
Sore hari, di kediaman Kakek Seno.Rama keluar kamar setelah selesai mandi. Suasana rumah tampak sepi, tak satu pun penghuni yang menunjukkan sosoknya. Rama berjalan menuruni tangga, menyusuri area rumah keluarga besar itu.Berkeliling di lantai satu, tidak terasa Rama telah sampai di depan kamar yang memiliki nama. Ruang kerja Haris, begitulah yang tertulis. Karena kamar tersebut adalah ruang kerja ayahnya, Rama memberanikan diri memegang gagang pintu hendak membukanya. Namun, pintunya terkunci. Apa mungkin disimpan kakek?Deru suara mobil terdengar sampai ke dalam. Siapakah gerangan penghuni rumah yang pulang? Clif berjalan mendekat ke arah jendela, untuk melihat si pemiliki mobil tersebut."Paman Joseph," lirihnya.Sepertinya Paman Joseph baru saja pulang dari restoran. Dia memiliki 3 restoran yang tersebar di beberapa tempat. Ketiga anak Kakek Seno memiliki pekerjaan yang cukup memuaskan. Namun, perusahaan yang dirintis oleh orang tua Rama meru
Hari pertama Rama menginjakkan kaki di Yasashi, membuat gempar seisi perusahaan.Ketegasannya dalam mengambil keputusan, membuat para karyawan Yasashi berpikir dua kali mengenai rumor yang beredar tentangnya.Para karyawan senang akan kedatangan Rama di perusahaan, tapi tidak dengan para petinggi. Mereka mulai merasa cemas, rumor yang mereka dengar ternyata salah besar.Rama sama sekali tidak terlihat seperti orang yang memiliki IQ di bawah rata-rata. Sungguh di luar dugaan.Mereka takut, jika kinerga selama bekerja di Yasahi, akan diragukan oleh Direktur mereka yang baru.Namun, bukan hanya orang-orang perusahaan yang dibuat heran. Jauh sebelum mereka, keluarga Rama juga dikejutkan oleh sikapnya yang berbanding 180 derajat dari Rama yang dulu.Meski telah divonis hilang ingatan, Rama sama sekali tidak seperti orang yang kehilangan ingatannya.Sikap tegas, berani juga kepercayaan dirinya jelas bukan Rama Adiyasa yang dikenal selama 26
Kosongnya kursi wakil direktur, membuat Arka terus mendesak Rama. Meski dia memiliki kriteria akan kursi tersebut, Rama tidak akan memilihnya.Masih banyak di luar sana yang mempunyai kriteria layak sebagai wakil direktur Yasashi.Namun, untuk saat ini, Rama belum memprioritaskan hal tersebut.Tok-tok-tok."Masuk""Mona, ada apa?" tanya Rama."Maaf, Pak Direktur. Di bawah ada tamu yang mencari bapak," ucap Mona."Siapa? Sudah ada janji?" tanya Rama lagi."Belum, Pak, tapi dia ngotot katanya temen bapak. Bahkan mau menerobos masuk kalau Pak Direktur tidak segera turun," terang Mona.Rama berfikir sejenak. Bisa saja orang itu adalah teman, yang mungkin bisa membantunya untuk mengembalikan ingatan."Oke, saya turun sekarang." Rama membereskan beberapa berkas yang baru saja diselesaikannya dengan rapih."Tapi, Pak. Bukannya bapak tidak pernah mengizinkan orang yang tidak dikenal masuk ke perusahaan?" tanya Mona
"Siapa, Kak? Kanaya?" Untuk seketika, atmosfer di kediaman Kakek Seno berubah drastis. Panas. Seperti bumi berada dekat dengan sumber panas. "Zoe. Belum tidur?" tanya Rama basa-basi, melihat adik sepupunya ternyata ada di sana. "Belum. Kakak abis dari mana?" tanya Zoe. "Habis bertemu teman - Kak Roy namanya. Kamu tau dia tidak?" Rama masih berusaha mencari informasi tentang Roy dari berbagai sumber. "Oh, Kak Roy? Tau dong, Kak. Dia kan satu-satunya temen Kak Rama, dulu sering kok main ke sini," jelas Zoe. "Seberapa dekat aku sama dia?" Selidik Rama. "Kalau dibilang deket banget sih enggak, tapi Kak Roy orangnya baik. Dia selalu bantuin kakak kalo Kak Arka sama Kak Willy ngerjain Kak Rama," terang Zoe. "Begitu ya? Baik, terima kasih Zoe. Aku pergi ke kamar dulu," pamit Rama. Baru menginjak beberapa anak tangga, Rama berhenti. "Zoe, tunggu." Cegahnya, lalu berbalik melihat ke arah sang adik sepupu. "Iya, K
Peramal itu mengatakan jika keturunan Haris akan mengalami insiden, hingga meninggal dunia. Sedangkan untuk mencegah hal itu, Haris harus mengorbankan dirinya juga sang istri untuk keselamatan keturunan yang dimaksud.Keturunan yang dimaksud adalah Rama. Karena hanya dia satu-satunya putra Haris Adiyasa."Jadi, kecelakaan itu karena-""Ya, dugaanmu benar. Haris memang sengaja melakukannya," balas sang kakek."Siapa peramal itu, Kek?" telisik Rama."Kakek tidak tau. Haris pergi begitu saja tanpa memberitahu kakek lebih dulu," balas Kakek Seno."Lalu, peramalnya? Di mana orang itu?""Kakek juga tidak tau, cuma Haris seorang yang tau keberadaan peramal tersebut. Terakhir mereka bertemu, bukan di rumah ini, tapi di Yasashi," jelasnya.Rama berfikir sejenak. Dia merasa ada bagian yang janggal di sini. Haris mendapat sebuah ramalan, hanya dia dan Kakek Seno yang tau mengenai ramalan tersebut. Sedangkan keberadaan peramal itu sendiri,
"Tidak apa-apa, Kek. Rama juga tidak mau punya adik sepupu seperti dia." Sahutnya."Terserah kalian, kakek mau istirahat."Kakek Seno pergi dari ruangan tersebut. Beliau sudah lelah mengurusi masalah kelima cucunya yang selalu saja meributkan hal sepele."Lihat? Kakek aja udah males ngurusin kamu," ujar Arka."Iya, anak kayak kamu itu bisanya cuma nyusahin orang lain," timpal Willy."Kak Arka, Kak Willy. Bisa ngga sih kalian ngga ganggu Kak Rama sehari aja?" mohon Zoe."Biarkan saja, Zoe. Aku sudah terbiasa mendengar ocehan mereka." Sahut Rama."Apa kamu bilang? Ocehan? Itu fakta, bukan sekedar ocehan saja," cecar Arka.Ketiga saudara itu saling melempar argumen. Sampai di mana Joseph datang untuk melerai ketiganya. "Apa lagi yang kalian ributkan?" tegurnya.Bersama Chika - sang istri, disusul Mahes dan Ola. Mereka datang ke ruang kerja Haris setelah Kakek Seno kembali ke kamar. Entah sebuah kebetulan atau mereka memang
"Naya, boleh aku minta bantuanmu?""Boleh. Ada apa, Rama?""Tolong bantu aku buat pura-pura jadi pacarku"Permintaan Rama sontak membuat Kanaya sangat terkejut. Bukan karena permintaan anehnya, tapi karena impiannya sejak dulu telah terwujud.Meski hanya pura-pura, Kanaya sudah merasa senang. Rama bukanlah pria yang dengan mudah menjalin hubungan kekasih seperti pria pada umumnya.Kanaya menyukainya sejak mereka masih kecil. Mungkin karena persamaan yang membuat Kanaya tertarik pada pria itu.FLASHBACK OFF.Rama berteriak sambil memegangi kepala. Adegan di masa lalu mulai membayangi saat dia menjabat tangan Kanaya.Wajahnya menjadi pucat pasi, kaki terasa lemas, rasa bingung juga turut hadir.Dalam beberapa jam, Rama mengalami dua kejadian yang berbeda. Saat malam, nama Raka yang terngiang di telinga. Sedangkan sekarang, nama Rama yang muncul dalam bayangan."Apa yang terjadi? Siapa Raka dan Rama sebenarnya? Kenap
Beberapa saat setelah Rama dan Riko kembali ke perusahaan, Reno menghubungi sang kakak. "Bagaimana? Apa yang Reno katakan?" tanya Rama, setelah panggilan telepon selesai. "Saya minta maaf, Pak. Reno tidak menemukan bukti apa pun. Dia tidak bisa mendengar pembicaraan ketiga saudara bapak, karena saat itu ... Reno ditugaskan di gudang," jelas Riko. "Akh, sial. Untuk apa mereka pergi ke cafe itu? Ini jelas bukan sebuah kebetulan, mereka tidak mungkin pergi ke tempat yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Kalau hanya untuk makan, ada banyak tempat yang bisa mereka datangi di sekitar rumah." Rama sangat geram. Ia begitu kesal, karena tidak mendapat bukti apapun hari ini. Padahal, ketiga saudara sepupunya saat ini jelas berada di lokasi kejadian. Mengapa sulit sekali hanya untuk mencari satu bukti? Satu-satunya hal yang Rama tau, yaitu petunjuk yang mengarah pada bukti yang sengaja dihilangkan. Karena itu artinya, kecelakaan yang Rama alami memang ada yang merencanakannya. S
Hari pertama Riko melakukan penyelidikan, sepertinya belum menemukan petunjuk apa pun.Riko juga sudah mencari ke tempat terjadinya kecelakaan. Namun, tidak ada jejak apa pun di sana.Meskipun kecelakaan yang Rama alami baru terlewat beberapa hari, tetapi kondisi jalanan sudah tidak ada tanda apa-apa lagi.Semuanya sudah kembali normal. Pihak kepolisian, tampaknya juga tidak lagi melanjutkan penyelidikan mengenai kecelakaan tersebut.Mungkin karena tidak adanya bukti, sehingga mereka menganggap jika kecelakaan yang Rama alami, murni kecelakaan biasa.Namun, tidak dengan Rama. Ia menganggap ada yang janggal. Terlebih lagi, Rama tidak mengingat apa pun mengenai kecelakaan tersebut."Riko? Kamu lagi ngapain?"Riko yang tengah melakukan penyelidikan, terlihat mencurigakan karena terus terlihat di sekitar kejadian kecelakaan."Reno? Kamu lagi ngapain di sini?" balas Riko, justru bertanya balik."Aku kerja di sana," jawab Reno, sambil menunjuk ke arah cafe.Riko mengikuti arah yang Reno tun
"Apa, Pak? Hilang ingatan?" Riko terkejut mendengar penjelasan Rama mengenai dirinya yang kehilangan ingatan. Pantas saja Riko merasa ada yang aneh saat pertama kali bertemu dengan Rama.Karena menurut berita yang beredar, penerus sah Yasashi - putra tunggal Haris Adiyasa, memiliki IQ setara anak SD. Sedangkan orang yang Riko temui tanpa sengaja itu, terlihat sekali jika dia adalah orang yang cerdas, jenius, bijaksana, penuh wibawa yang tinggi dan memiliki sifat kepemimpinan. "Ya, karena sebuah kecelakaan. Aku tidak tau pasti bagaimana detailnya. Karena kamu sudah mengetahui hal ini, aku ingin memintamu untuk menjadi detektif," ujar Rama. "Detektif? Maksud ... Pak Rama?" tanya Riko, sedikit bingung. "Menjadi detektif untuk menyelidiki tragedi kecelakaan yang terjadi padaku, selain itu ... aku juga ingin memintamu menyelidiki kecelakaan yang terjadi 2 tahun lalu." Tambah Rama. "Kecelakaan 2 tahun lalu?" Rama ingat saat membaca koran, judul utama mereka adalah tentang meninggalnya
Rama masih sibuk berkutat dengan laptop saat dirinya tengah berada di perjalanan menuju Yasashi. Hari ini, Rama telah mempersiapkan posisi yang cocok untuk Riko.Setelah Riko lolos tes, Rama akan menjadikannya sebagai asisten pribadi.Bukan tanpa alasan Rama mengambil keputusan besar seperti itu. Setelah lolos dari maut, Rama dengan mudah menilai seseorang dari kesan pertama mereka bertemu.Mungkin ada baiknya juga apa yang dikatakan oleh peramal itu, tapi jika keturunan Haris akan mengalami suatu tragedi hingga meninggal dunia. Bukankah itu artinya, Rama memang mengalami reinkarnasi?"Kita sudah sampai, Pak," ucap supir yang mengantarnya ke kantor."Oh, baik. Terima kasih, Pak." Rama pergi setelah membayar ongkos kendaraan tersebut."Pagi, Pak Rama""Pagi, Pak"Semua ucap sapa para karyawan hanya Rama tanggapi dengan senyum dan anggukan.Rama tidak ingin meninggalkan kesan bos yang dingin, tapi juga tidak terlalu ramah
"Kalau kamu menolak, itu artinya, kamu meragukan kemampuanku dalam menilai seseorang sebagai seorang direktur utama Yasashi"Riko tersentak. Direktur utama Yasashi? Riko salah besar karena sudah menyinggung Rama. Perusahaan no.1 itu pasti tidak akan main-main dengan nasib seseorang. Tamat sudah riwayat Riko."Bagaimana?" ulang Rama."Em-anu, Mas Rama. Sepertinya aku ngga cocok kalau harus bekerja di lingkungan seperti itu," ujar Riko, merendah."Bukan kamu yang menilai cocok dan tidak cocok. Aku juga tidak akan sembarangan menawarkan pekerjaan pada seseorang. Lagipula, bukan kita yang memilih pekerjaan, tapi pekerjaan yang memilih kita." Sahut Rama.Riko tampak berpikir, mungkin sebaiknya dia menerima tawaran tersebut. Jadi, dia tidak perlu lagi capek-capek berjalan kesana-kemari untuk melamar kerja.Lagipula, bukan Riko yang meminta-minta pekerjaan, tapi direktur Yasashi sendiri yang menawarkannya. Orang bilang, kita tidak boleh melewatkan
"Naya, boleh aku minta bantuanmu?""Boleh. Ada apa, Rama?""Tolong bantu aku buat pura-pura jadi pacarku"Permintaan Rama sontak membuat Kanaya sangat terkejut. Bukan karena permintaan anehnya, tapi karena impiannya sejak dulu telah terwujud.Meski hanya pura-pura, Kanaya sudah merasa senang. Rama bukanlah pria yang dengan mudah menjalin hubungan kekasih seperti pria pada umumnya.Kanaya menyukainya sejak mereka masih kecil. Mungkin karena persamaan yang membuat Kanaya tertarik pada pria itu.FLASHBACK OFF.Rama berteriak sambil memegangi kepala. Adegan di masa lalu mulai membayangi saat dia menjabat tangan Kanaya.Wajahnya menjadi pucat pasi, kaki terasa lemas, rasa bingung juga turut hadir.Dalam beberapa jam, Rama mengalami dua kejadian yang berbeda. Saat malam, nama Raka yang terngiang di telinga. Sedangkan sekarang, nama Rama yang muncul dalam bayangan."Apa yang terjadi? Siapa Raka dan Rama sebenarnya? Kenap
"Tidak apa-apa, Kek. Rama juga tidak mau punya adik sepupu seperti dia." Sahutnya."Terserah kalian, kakek mau istirahat."Kakek Seno pergi dari ruangan tersebut. Beliau sudah lelah mengurusi masalah kelima cucunya yang selalu saja meributkan hal sepele."Lihat? Kakek aja udah males ngurusin kamu," ujar Arka."Iya, anak kayak kamu itu bisanya cuma nyusahin orang lain," timpal Willy."Kak Arka, Kak Willy. Bisa ngga sih kalian ngga ganggu Kak Rama sehari aja?" mohon Zoe."Biarkan saja, Zoe. Aku sudah terbiasa mendengar ocehan mereka." Sahut Rama."Apa kamu bilang? Ocehan? Itu fakta, bukan sekedar ocehan saja," cecar Arka.Ketiga saudara itu saling melempar argumen. Sampai di mana Joseph datang untuk melerai ketiganya. "Apa lagi yang kalian ributkan?" tegurnya.Bersama Chika - sang istri, disusul Mahes dan Ola. Mereka datang ke ruang kerja Haris setelah Kakek Seno kembali ke kamar. Entah sebuah kebetulan atau mereka memang
Peramal itu mengatakan jika keturunan Haris akan mengalami insiden, hingga meninggal dunia. Sedangkan untuk mencegah hal itu, Haris harus mengorbankan dirinya juga sang istri untuk keselamatan keturunan yang dimaksud.Keturunan yang dimaksud adalah Rama. Karena hanya dia satu-satunya putra Haris Adiyasa."Jadi, kecelakaan itu karena-""Ya, dugaanmu benar. Haris memang sengaja melakukannya," balas sang kakek."Siapa peramal itu, Kek?" telisik Rama."Kakek tidak tau. Haris pergi begitu saja tanpa memberitahu kakek lebih dulu," balas Kakek Seno."Lalu, peramalnya? Di mana orang itu?""Kakek juga tidak tau, cuma Haris seorang yang tau keberadaan peramal tersebut. Terakhir mereka bertemu, bukan di rumah ini, tapi di Yasashi," jelasnya.Rama berfikir sejenak. Dia merasa ada bagian yang janggal di sini. Haris mendapat sebuah ramalan, hanya dia dan Kakek Seno yang tau mengenai ramalan tersebut. Sedangkan keberadaan peramal itu sendiri,
"Siapa, Kak? Kanaya?" Untuk seketika, atmosfer di kediaman Kakek Seno berubah drastis. Panas. Seperti bumi berada dekat dengan sumber panas. "Zoe. Belum tidur?" tanya Rama basa-basi, melihat adik sepupunya ternyata ada di sana. "Belum. Kakak abis dari mana?" tanya Zoe. "Habis bertemu teman - Kak Roy namanya. Kamu tau dia tidak?" Rama masih berusaha mencari informasi tentang Roy dari berbagai sumber. "Oh, Kak Roy? Tau dong, Kak. Dia kan satu-satunya temen Kak Rama, dulu sering kok main ke sini," jelas Zoe. "Seberapa dekat aku sama dia?" Selidik Rama. "Kalau dibilang deket banget sih enggak, tapi Kak Roy orangnya baik. Dia selalu bantuin kakak kalo Kak Arka sama Kak Willy ngerjain Kak Rama," terang Zoe. "Begitu ya? Baik, terima kasih Zoe. Aku pergi ke kamar dulu," pamit Rama. Baru menginjak beberapa anak tangga, Rama berhenti. "Zoe, tunggu." Cegahnya, lalu berbalik melihat ke arah sang adik sepupu. "Iya, K