"Betul firasat Bapak, keluarga Azam memang tidak baik." Bu Sartinah menimpali cerita pak Gimin.
Setelah mengantarkan barang dan cincin ke rumah bu Nurma, pak Gimin kembali ke rumah pak Herman dan menceritakan semua kejadian disana. Pak Gimin nampak kurang suka dengan prilaku bu Nurma saat pertama kali ia datang kesana."Sudahlah masih banyak pria baik diluar sana Bapak yakin diantara orang baik tersebut ada yang berjodoh dengan Mira," celetuk pak Herman merasa telah mengambil keputusan yang tepat.Diam-diam percakapan ketiga orang tersebut didengarkan oleh Mira. Ia merasa tak terima telah diperlakukan seperti itu oleh keluarga Azam. Mira bertekad untuk menemui Azam secara diam-diam.Mira kembali masuk kedalam kamarnya. Deru napasnya terdengar kasar, sementara bahunya nampak terlihat naik turun menahan emosi pada mantan kekasihnya.Tut ... tut ... tut...!Suara sambungan telpon yang masih belum diangkat. Satu hingga dua kali Mira mencoba menghubungi Azam masih tidak diangkat.Mira memutuskan keluar rumah menggunakan motor metiknya untuk menemui Azam. Mira berbohong pada orang tuanya jika ia hendak pergi ke rumah Mila. Ia beralasan ingin bertemu temannya agar tak merasa suntuk dan terus mengingat perlakukan keluarga Azam padanya.Mira mengendarai motor tersebut dengan kecepatan tinggi, kemudian ia berhenti di salah satu warung di dekat bank swasta tempat Azam bekerja. Mira kembali mencoba untuk menghubungi Asam. Setelah berusaha menghubungi berkali-kali akhirnya pria berhidung mancung itu mengangkat telpon dari Mira."Kenapa baru diangkat susah sekali untuk menghubungimu mas," cerocos Mira pada Azam pada saat telponnya baru diangkat."Maaf, Dek. Mas habis meeting sama atasan. Memangnya ada apa? tumben sekali telpon tidak mengucapkan salam terlebih dahulu,""Temui aku sekarang di warung dekat kantor mas. Aku ingin bicara, kalau mas tak mau aku akan masuk kantor dan buat keributan disana.""Tunggu sebentar, mas akan keluar sekarang." Azam mulai panik dengan perubahan sikap Mira.Dengan langkah seribu Azam menghampiri Mira.PLAAAAAK ...!Belum sempat Azam berkata apa-apa satu tamparan sudah mendarat dipipi kirinya. Azam begitu kaget dengan sikap Mira, tak pernah sekalipun gadis ini berkata kasar apa lagi sampai berlaku kasar seperti ini."Jadi karena kamu ingin melamar Ayu, makanya mas hanya memberikan uang satu juta pada keluargaku. Tujuan mas agar pernikahan kita batal bukan?" hardik Mira pada Azam. Wajahnya nampak dengan kebencian pada lelaki yang berdiri di depannya.Beberapa mata melihat kearah mereka membuat Azam merasa malu dan kesal dengan apa yang telah Mira lakukan dan tuduhkan padanya."Ngomong apa kamu Mir, kalau tujuanmu kesini hanya ingin mempermalukanku seperti ini lebih baik kamu pulang saja." Azam hendak kembali ke kantor namun tangannya dicekal oleh Mira."Jika memang yang aku katakan itu benar, aku sangat bersyukur tak jadi menikah dengan laki-laki sepertimu," ucap Mira dengan deraian air mata wajahnya.Azam menatap mata Mira dengan lekat dan menghempaskan cekalan tangannya dengan kasar. Ia pergi masuk kembali kedalam kantornya meninggalkan Mira seorang diri.Begitu banyak mata yang menatap pada Mira namun ia tak memperdulikannya. Mira pergi meninggalkan tempat itu dengan deraian air mata di wajahnya. Kerudung yang ia kenakan nampak berantakan tertiup angin diatas motor. Cuaca yang sedari tadi mendung menurunkan hujan dengan derasnya.Mira menangis dibawah derasnya hujan sambil mengendarai motor metiknya. Mira sampai di depan rumahnya dengan keadaan basah kuyup. Nampak satu mobil asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya."Ada tamu rupanya," gumam Mira pada diri sendiri.Mira masuk mengendap-endap dari pintu samping ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi ia berjalan perlahan ke kamarnya terdengar obrolan orang tuanya."Kalau memang ada jodohnya, saya sangat setuju jika Mira menikah dengan Ridho yang sudah jelas baik dan dari keluarga yang baik," ujar Herman yang membuat Mira memicingkan matanya.Bersambung.Maaf tulisannya masih belum panjang, bab nanti saya tambahin biar panjang ya."Kalau memang ada jodohnya, saya sangat setuju jika Mira menikah dengan Ridho yang sudah jelas baik dan dari keluarga yang baik," ujar Herman yang membuat Mira memicingkan matanya.Mira yang hendak masuk ke kamar, akhirnya terpanggil untuk mencari tahu apa maksud perkataan pak Herman. Ia mengendap-endap mengintip dari balik tembok.Nampak terlihat pria paruh baya dengan tubuh yang gagah sedang asik mengobrol dengan pak Herman."Sangat disayangkan dengan apa yang terjadi dengan Mira, saya turut prihatin mendengarnya," ucap pria yang masih belum diketahui namanya. Mira tertunduk lesu mengingat perbuatan Azam dan juga Ibunya. Ia masih tak habis pikir, bahkan cincin yang dulu pernah disematkan pada jarinya kini akan disematkan pada jemari wanita lain."Tapi ini lebih baik, dari pada harus terjebak dalam permasalahan yang lebih rumit setelah menikah." Perkataan pak Herman diangguki pria tersebut dan juga Mira.Memang lebih baik tidak jadi menikah dengan Azam. Pak Herman orang yang tidak ba
"Loh Ridho," ucap Mira yang terkaget melihat laki-laki dihadpannya.Laki-laki berkulit putih, serta berhidung mancung tersebut, hanya melemparkan senyuman dari bibirnya, membuat Ridho terlihat semakin tampan dan manis."Kalian saling kenal," tanya pak Herman."Kita satu kelas saat SMA," timpal Mira yang diangguki dengan senyuman oleh Ridho."Bagus kalau begitu, jadi lebih memudahkan kalian untuk berkomunikasi satu sama lain," sahut pak Herman."Memang jodoh tak lari kemana," ujar pak Yudi sambil tersenyum.Mira tak menyangka jika orang yang melamarnya adalah teman satu kelas yang paling diidolakan oleh satu sekolahnya. Pasalnya Ridho memang anak yang tampan dan juga pintar.Ridho bahkan terpilih sebagai ketua osis terfavorit dibandingkan ketua osis yang sebelumnya. Hanya saja Ridho memang dikenal sebagai orang yang pendiam dan tidak banyak omong.Saking populer dan tampannya ia saat sekolah, banyak siswa perempuan yang menyatakan perasaannya lebih dulu pada Ridho, tapi entah kenapa Ri
Pov Azam.Azam tak menyangka jika Mira akan datang dengan Ridho. Setelah Mira mempermalukan Azam di warung depan kantornya. Kini Mira kembali membuat ulah dengan datang bersama Ridho.Siapa yang tak kenal Ridho. Setiap wanita ingin menjadi kekasihnya. Tidak hanya tampan dan pintar, ia juga cukup kaya raya. Berniat hati ingin membuat Mira sakit hati dan nangis meraung meminta Azam membatalkan pernikahannya bersama Ayu. Mira malah datang bersama Ridho, dengan balutan baju yang anggun ditambah warna baju yang senada dengan Ridho membuat mereka terlihat makin serasi. Azam menjadi bahan buly di grup reuni SMA.[Pantas saja Mira merelakan Azam, gandengan barunya Ridho.][Dari dulu juga Mira emang cocoknya sama Ridho, cuma keduluan aja sama si Azam][Hebat si Mira, ibarat ditendang dari rumah gubuk. Sekarang malah punya istana dan jadi ratunya][Pake pelet apa si Mira, bisa dapetin Ridho][Istri Azam biasa aja, kirain cantik eh lebih cantikan Mira rupanya]Bukannya mendapat ucapan selamat k
'Semoga keputusanku menerima mas Ridho itu benar,' bantin Mira masih sedikit ragu dengan keputusan yang telah Mira ambil.Mira masih trauma dengan perlakukan Azam padanya. Bersamanya dengan waktu yang cukup lama tak lantas mengenal siapa Azam sebenarnya. Mira masih sakit hati dan kecewa pada Azam yang tiba-tiba menikah dengan perempuan lain setelah membatalkan pernikahannnya. Mira tidak akan pernah melupakan bagaimana Azam dan ibunya menghina keluarga Mira.Derttt, derrtt!Handphone Mira bergetar, gadis ini memang lebih sering menggetarkan hpnya dibanding membuatnya berdering kencang saat ada telpon atau notofikasi whatsapps yang masuk.Mira gegas mengambil benda pipih yang berada tak jauh darinya. Ia membuka layar handphone miliknya agar tahu siapa yang mengirimkan whasapp padanya.Mata Mira membulat sempurna saat mengetahui nama si pengirim pesan padanya."Mas Azam," gumamnya lirih.Ternyata sudah banyak pesan yang dikirimkan pada Mira melalui whatsappnya.[Jahat kamu, Mir. Ternyat
Ridho dan Mira menoleh ke arah suara tersebut."Mas Azam," ucap Mira lirih."Apa yang sudah kalian lakukan di dalam mobil," tanya Azam dengan wajah merah padam."Maksudnya?" tanya Mira dengan wajah yang bingung."Jangan kalian kira aku tak tahu dengan apa yang kalian lakukan di dalam mobil, aku tak menyangka kalau kamu begitu rendahan, Mira.""Jaga bicara anda, pak Azam. Fitnah anda itu lebih buruk dari orang yang telah membunuh saudaranya sendiri." Ridho mengepal lengannya dengan penuh emosi."Fitnah, apa menurutmu yang baru saja aku lihat itu hanya fatamorgana, atau hanya hayalanku saja.""Memang apa yang anda lihat itu, dengar Azam, saya bisa melaporkan anda atas tuduhan pencemaran nama baik. Apa yang anda tuduhkan kepada kami sangat tidak benar." Ancam Ridho yang tak main-main pada Azam."Tak usah meladeninya, Mas. Lebih baik kita masuk saja. Kita cuma buang-buang waktu kalau terus meladeninya disini," ucap Mira yang langsung menarik tangan Ridho masuk ke dalam Mall."Mira, aku be
"Mir ... Mira!" teriak pak Herman memanggil anak perempuannya."Iya pak, kenapa harus teriak begitu. Mira juga dengar kalau Bapak panggil nggak harus teriak seperti itu.""Gimana nggak teriak, masih pagi Bapak sudah dengar ibu-ibu pada ngomongin kamu yang nggak bener.""Ngomongin yang nggak bener, maksudnya gimana pak?" tanya Mira bingung."Katanya ada foto kamu sama Ridho yang nggak pantas dilihat didalam mobil, sudah berani kamu mencoreng dan buat malu muka Bapakmu ini?""Sabar pak, kita dengar dulu penjelasan dari Mira." Bu Sartinah mencoba menenangkan suaminya yang tengah tersulut emosi."Itu fitnah pak, sumpah Mira nggak pernah berbuat yang aneh-aneh. Mira tahu batasan Mira."Herman menghembuskan napas kasar."Siapa orang yang sudah memfitnahmu seperti itu?" tanya pak Suherman geram."Kemungkinan mas Azam, Pak," jawab Mira lirih."Soalnya kemarin sebelum Mira membeli kebutuhan seserahan, Mira ketemu mas Azam di parkiran Mall. Mas Azam nuduh Mira yang tidak-tidak, mas Azam juga ya
Pov RidhoSudah sejak lama Ridho memang mengagumi Mira namun ia tak pernah memiliki keberanian lebih untuk dapat mengungkapkan perasaannya terhadap wanita yang ia cintai. Sampai suatu hari ia merasa sangat patah hati saat Mira dikabarkan menjalin hubungan bersama Azam yang merupakan teman sekelasnya.Perempuan di sekolahnya banyak sekali yang menyukai dan mengagumi Ridho, entah kenapa tak ada yang mampu membuatnya jatuh hati seperti Mira."Hari ini, bawa bekal apa?" tanya Azam yang seketika itu membuat Ridho menoleh kearah Azam dan Mira yang hendak makan siang dengan bekal yang dibawa oleh Mira."Aku bawa rendang ayam, Ibu beli banyak ayam hari ini," sahut Mira yang diangguki Azam. Mereka tak sabar menyantap bekal makan siang yang Mira bawakan.Perih, itu yang Ridho rasakan kala melihat orang yang dia cintai bersama orang lain. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena tak mampu mengungkapkan perasaanya pada orang tersebut.Bertahun lamanya Ridho telah memendam rasa terhadap M
"Mau kemana Mir?" tanya Pak Herman, kala melihat anaknya yang sudah berpakaian rapih."Mira, mau ke kantor polisi, Mira dimintai keterangan mengenai laporan mas Azam, tempo hari, pak.""Mau pergi sama siapa? Apa perlu Bapak antar?" "Nggak usah pak, Mira pergi bareng mas Ridho. Katanya sudah di jalan, sebentar lagi juga sampai.""Semoga masalahnya cepat selesai," ujar pak Herman."Aamiin," sahut Mira dengan senyum mengembang.Tak lama kemudian, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah Mira."Mira berangkat dulu, pak," pamitnya pada pak Herman."Ridho, nggak ditawarin minum dulu Mir?""Nanti saja pak, waktunya mepet. Ridho sama Mira, diminta cepet datang ke kantor polisi," jawab Ridho dengan sopan, tangannya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pak Herman."Ya sudah, kalian berdua hati-hati. Jangan sampai kebut-kebutan bawa mobilnya."*Bu Nurma terlihat gusar dan terus mundar mandir tak tentu arah, sesekali ia melihat handphone miliknya."Bu, udah dong. Jangan mondar m