Ridho dan Mira menoleh ke arah suara tersebut.
"Mas Azam," ucap Mira lirih."Apa yang sudah kalian lakukan di dalam mobil," tanya Azam dengan wajah merah padam."Maksudnya?" tanya Mira dengan wajah yang bingung."Jangan kalian kira aku tak tahu dengan apa yang kalian lakukan di dalam mobil, aku tak menyangka kalau kamu begitu rendahan, Mira.""Jaga bicara anda, pak Azam. Fitnah anda itu lebih buruk dari orang yang telah membunuh saudaranya sendiri." Ridho mengepal lengannya dengan penuh emosi."Fitnah, apa menurutmu yang baru saja aku lihat itu hanya fatamorgana, atau hanya hayalanku saja.""Memang apa yang anda lihat itu, dengar Azam, saya bisa melaporkan anda atas tuduhan pencemaran nama baik. Apa yang anda tuduhkan kepada kami sangat tidak benar." Ancam Ridho yang tak main-main pada Azam."Tak usah meladeninya, Mas. Lebih baik kita masuk saja. Kita cuma buang-buang waktu kalau terus meladeninya disini," ucap Mira yang langsung menarik tangan Ridho masuk ke dalam Mall."Mira, aku belum selesai bicara, Mira." Teriak Azam yang ditinggal begitu saja.'Melaporkan, bisa-bisanya Ridho mengancamku. Mereka itu sok suci. padahal, sudah sangat jelas aku melihat perbuatan mereka di dalam mobil,' gerutu Azam dalam batinnya.Sementara Mira tak menghiraukan teriakan Azam yang terus memanggilnya dari belakang. Mira terus melangkah ke dalam Mall bersama Ridho.'Rendahan dia bilang, justru dirinya yang terlihat sangat rendah,' gerutu Mira yang semakin muak dengan mantan kekasihnya itu."Jangan terlalu dipikirkan ucapan Azam tadi," ujar Ridho."Iya, Mas," ucap Mira sambil melemparkan senyuman kearahnya.Sebenarnya perasaan Mira sangat terluka dengan perkataan dan tuduhan Azam yang dilontarkan padanya. Namun sebisa mungkin ia tak mau menitikan air mata lagi untuk pria seperti Azam. Sungguh terlalu berharga jika air matanya terurai hanya karena seorang Azam. Mira dan Ridho mulai mencari perlengkapan untuk seserahan nanti. Mereka terlebih dahulu masuk ke butik yang berada di dalam Mall. Mira mulai memilah dan memilih baju yang bagus untuk seserahan."Mas yang ini bagus tidak," tanya Mira dengan memegang baju yang ditunjukan pada Ridho."Bagus, tapi dicoba dulu saja bajunya.""Tunggu ya Mas, aku coba dulu bajunya," pinta Mira sambil membawa baju tersebut ke ruang ganti sesaat kemudian diikuti oleh Ridho yang menunggu Mira di depan ruang ganti.Mira mencoba menanggalkan pakaiannya, lalu mengganti dengan baju yang tadi dia pilih. Ia berputar di depan cermin melihat baju yang tengah ia kenakan. Sesaat kemudian Mira membuka pintunya untuk menunjukan baju yang ia kenakan pada Ridho."Bagus tidak Mas, apa terlalu terlihat kurus," tanya Mira yang sedikit tidak percaya diri mengenakan baju tersebut.Ridho masih bergeming karena kagum melihat Mira yang sangat cantik menggunakan baju tersebut. "Mas," panggil Mira yang mengagetkan Ridho."Eh, maaf. Sudah bagus kok terlihat cantik," ujar Ridho yang membuat Mira merasa malu sekaligus senang dengan pujian calon suaminya.Mira mencoba beberapa pakaian yang ia pilih tak lupa membelinya. Selesai membeli beberapa pakaian mereka berpindah ke toko sendal dan sepatu.Mira disibukan mencari keperluan seserahan berjalan kesana kemari bersama calon suaminya. Ridho juga sangat cekatan membantu Mira memilih keperluan tersebut."Udah semua," tanya Ridho, Mira memeriksa kembali barang yang telah mereka beli."Udah, tapi kaya ada yang kurang. Apa ya?" Mira mengingat yang masih belum terbeli sambil terus mengecek barang bawaannya."Kosmetik, kita belum membeli kosmetik Mas."Ridho yang mengerti langsung mengajak Mira ke toko kosmetik. Tanpa berlama-lama Mira langsung membeli B-erl kosmetik kesayangannya. Sudah sejak lama Mira sangat menyukai B-erl kosmetik karena membuat kulitnya semakin sehat dan bersinar.Semua barang keperluan seserahan sudah mereka beli. Ridho dan Mira cukup kelelahan setelah mundar mandir di dalam Mall untuk mencari keperluan seserahan membuat perut mereka keroncongan.Langkah mereka terhenti di depan tempat makan yang ada di dalam Mall tersebut."Mau makan apa Mir?" tanya Azam yang sedang asik melihat menu."Samain aja Mas.""Ayam bakarnya dua sama es lemon teanya dua," ujar Ridho pada pelayan tempat makan.Mira yang dari tadi terlihat santai seketika wajahnya berubah merah padam menahan amarah saat melihat benda pipih yang sedang ia pegang."Kenapa Mir?" tanya Ridho yang mulai merasa ada perubahan pada Mira."Umm ... ini." Mira menyodorkan benda pipih yang sedang ia genggam pada Ridho.Ridho meraih benda pipih yang diberikan oleh Mira. Matanya membulat sempurna saat melihat beberapa foto Ridho dan Mira yang dirasa tak pantas telah disebarkan dalam grup reuni SMA.Sangat jelas itu foto Ridho dan Mira yang berada didalam mobilnya. Namun foto tersebut nampaknya telah diedit hingga nampak tak pantas untuk dilihat."Azam sudah sangat keterlaluan, semakin dibiarkan semakin menjadi," ujar Ridho geram."Terus kita harus apa?" tanya Mira dengan polosnya."Aku akan menyeret Azam ke jalur hukum, karena perbuatannya sudah sangat diluar batas. Nanti aku coba hubungi pak Tio untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut.""Apa Azam akan masuk penjara?" tanya Mira kembali."Kemungkinan, iya. Apa Mira merasa keberatan kalau Azam sampai ditahan?""Ahh ... nggak sama sekali nggak, Azam memang harus ditindak tegas, kalau tidak dia akan selalu seenaknya pada kita. Lagi pula, kenapa mas Ridho berbicara seperti itu?" "Bagaimanapun Azam pernah singgah dalam hidupmu," Ridho merasa cemburu pada Azam. Ridho berpikir jika Mira masih sangat mencintai Azam. Bukan hal yang mudah membuang rasa cinta pada seseorang setelah bertahun-tahun bersama. Padahal rasa cinta Mira untuk Azam sudah hilang karena terus dikikis olehnya."Itu hanya masa lalu, mas Azam sudah mempunyai istri lagi pula aku juga akan segera menikah dengan mas Ridho."Bersambung."Mir ... Mira!" teriak pak Herman memanggil anak perempuannya."Iya pak, kenapa harus teriak begitu. Mira juga dengar kalau Bapak panggil nggak harus teriak seperti itu.""Gimana nggak teriak, masih pagi Bapak sudah dengar ibu-ibu pada ngomongin kamu yang nggak bener.""Ngomongin yang nggak bener, maksudnya gimana pak?" tanya Mira bingung."Katanya ada foto kamu sama Ridho yang nggak pantas dilihat didalam mobil, sudah berani kamu mencoreng dan buat malu muka Bapakmu ini?""Sabar pak, kita dengar dulu penjelasan dari Mira." Bu Sartinah mencoba menenangkan suaminya yang tengah tersulut emosi."Itu fitnah pak, sumpah Mira nggak pernah berbuat yang aneh-aneh. Mira tahu batasan Mira."Herman menghembuskan napas kasar."Siapa orang yang sudah memfitnahmu seperti itu?" tanya pak Suherman geram."Kemungkinan mas Azam, Pak," jawab Mira lirih."Soalnya kemarin sebelum Mira membeli kebutuhan seserahan, Mira ketemu mas Azam di parkiran Mall. Mas Azam nuduh Mira yang tidak-tidak, mas Azam juga ya
Pov RidhoSudah sejak lama Ridho memang mengagumi Mira namun ia tak pernah memiliki keberanian lebih untuk dapat mengungkapkan perasaannya terhadap wanita yang ia cintai. Sampai suatu hari ia merasa sangat patah hati saat Mira dikabarkan menjalin hubungan bersama Azam yang merupakan teman sekelasnya.Perempuan di sekolahnya banyak sekali yang menyukai dan mengagumi Ridho, entah kenapa tak ada yang mampu membuatnya jatuh hati seperti Mira."Hari ini, bawa bekal apa?" tanya Azam yang seketika itu membuat Ridho menoleh kearah Azam dan Mira yang hendak makan siang dengan bekal yang dibawa oleh Mira."Aku bawa rendang ayam, Ibu beli banyak ayam hari ini," sahut Mira yang diangguki Azam. Mereka tak sabar menyantap bekal makan siang yang Mira bawakan.Perih, itu yang Ridho rasakan kala melihat orang yang dia cintai bersama orang lain. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena tak mampu mengungkapkan perasaanya pada orang tersebut.Bertahun lamanya Ridho telah memendam rasa terhadap M
"Mau kemana Mir?" tanya Pak Herman, kala melihat anaknya yang sudah berpakaian rapih."Mira, mau ke kantor polisi, Mira dimintai keterangan mengenai laporan mas Azam, tempo hari, pak.""Mau pergi sama siapa? Apa perlu Bapak antar?" "Nggak usah pak, Mira pergi bareng mas Ridho. Katanya sudah di jalan, sebentar lagi juga sampai.""Semoga masalahnya cepat selesai," ujar pak Herman."Aamiin," sahut Mira dengan senyum mengembang.Tak lama kemudian, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah Mira."Mira berangkat dulu, pak," pamitnya pada pak Herman."Ridho, nggak ditawarin minum dulu Mir?""Nanti saja pak, waktunya mepet. Ridho sama Mira, diminta cepet datang ke kantor polisi," jawab Ridho dengan sopan, tangannya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pak Herman."Ya sudah, kalian berdua hati-hati. Jangan sampai kebut-kebutan bawa mobilnya."*Bu Nurma terlihat gusar dan terus mundar mandir tak tentu arah, sesekali ia melihat handphone miliknya."Bu, udah dong. Jangan mondar m
"Gimana keputusan sidangnya Mir?" tanya pak Herman."Azam terbukti bersalah sudah menyebarkan berita bohong dan mencemarkan nama baik Mira. Sekarang Azam ditahan karena perbuatannya," ucap Mira yang sebenarnya merasa iba dengan keputusan hakim terhadap Azam."Syukurlah, kalau gitu kamu bisa fokus sama pernikahan kamu.""Iya, pak. Semoga nggak akan ada hambatan lagi," tutur Mira dengan nada yang sedikit sendu."Semoga, kamu juga tidak menyesal atas tindakanmu pada Azam," sindir pak Herman yang seakan mengetahui isi hati Mira.Mira hanya mendongak ke arah pak Herman, yang berlalu masuk ke dalam kamar setelah menyindirnya.'Benarkah? Apa aku memang menyesali perbuatanku pada Azam?' tanya batin Mira pada dirinya sendiri.Tidak bisa dipungkiri, Azam pernah menempati ruang istimewa dihati Mira hingga bertahun-tahun lamanya. Namun menurut Mira, ini bukan lagi rasa perduli karena masih mencintainya, melainkan rasa iba semata, karena mereka pernah sangat dekat."Mir," sapa bu Sartinah yang men
Keadaan semakin kacau saat pak Herman terkena serangan jantung, ia masih terkulai lemas diatas tempat tidurnya. Sementara Mira masih terbaring dengan alat infus yang menempel ditanganinya, Bu Sartinah hanya bisa menangis melihat keadaan anak dan suaminya.Bu Sartinah masih belum mendapatkan kabar kembali tentang Ridho. Kabar terakhir yang ia tahu jika saat ini Ridho dalam keadaan kritis. Hari yang harusnya menjadi kegembiraan untuk Mira dan keluarganya menjadi hari kesedihan untuk Mira dan semua anggota keluarga."Enghhh," suara lenguh pak Herman yang mulai sadarkan diri."Alhamdulilah, Bapak udah sadar," ucap bu Sartinah yang merasa sedikit lega."Mira sama Ridho, gimana bu?" tanya pak Herman pada istrinya yang terlihat sembab karena tak henti menangis."Sudah, Bapak tak perlu banyak pikiran. Sekarang Bapak istirahat saja dulu, biar kondisi Bapak cepat membaik," tutur Sartinah yang masih khawatir akan kondisi suaminya."Bapak ingin bicara dengan pak Yudi," ujar pak Herman dengan sang
"Mir!" Seru pak Yudi pada Mira yang sedang duduk bersama Ibunya."Iya, om. Apa semuanya sudah selesai diurus? Sebaiknya kita bawa Bapak kerumah untuk dishalatkan terlebih dahulu," ucap Mira pada pak Yudi."Engga nak, sebaiknya almarhum Bapakmu langsung dibawa ke mesjid dekat rumah untuk dishalatkan disana," sanggah bu Sartinah."Ya sudah, dibawa ke mesjid dulu baru dibawa ke rumah," tutur Mira pada Ibunya."Nggak, nak. Setelah dishalatkan Bapakmu akan langsung dimakamkan," sanggah bu Sartinah kembali."Loh, memangnya kenapa nggak dibawa ke rumah bu?" tanya Mira pada ibunya, ia sampai mengerutkan alis karena pernyataan bu Sartinah."Orang rumah sedang mempersiapkan pernikahanmu, sebaiknya Bapakmu langsung dimakamkan saja," jawab bu Sartinah enteng."Mempersiapkan pernikahan? Maksud ibu apa? Mas Ridho saja masih terbaring kritis di rumah sakit ini, bahkan Bapak saja belum sempat dimakamkan. Apa pantas Ibu berkata seperti itu," tutur Mira yang tersulut emosi pada Ibunya. Bahunya terlihat
"Dok, pasien bernama Ridho yang dirawat di ruang ICU sepertinya mulai sadarkan diri," ucap suster jaga yang saat itu bertugas memeriksa kondisi Ridho."Apa kamu yakin sus?" tanya Dokter seakan tak percaya dengan ucapan suster tersebut."Saya sangat yakin, Dok. Saat tadi memeriksanya, tubuh pasien merespon dengan sangat baik, sesekali jarinya terlihat bergerak," tutur suster jaga yang telah mengecek kondisi Ridho."Kalau gitu, suster temani saya untuk memeriksa kembali keadaan pasien!" Seru sang Dokter yang di angguki suster perawat.Mereka berjalan cepat menuju ruang ICU dimana Ridho tengah dirawat, suster membawa peralatan yang diperlukan dokter untuk memeriksa pasien. Terlihat Ridho masih terbaring lemah diatas ranjang, dengan cekatan Dokter mulai memeriksa kondisi Ridho dengan teliti."Mir, Mira," Rhido mengigaukan nama Mira disela sela kesadarannya."Alhamdulilah sus, ini sebuah ke keajaiban. Kondisi pasien mulai membaik bahkan ia sudah mulai siuman, tadinya saya pikir pasien ini
"Gimana bu, apa semua berjalan sesuai rencana?" tanya Azam saat bu Nurma datang menjenguknya disel tahanan."Ridho kecelakaan, pak Herman sampai meninggal dunia," ucap bu Nurma tersenyum."Bagus, hanya dengan satu tepukan, ada dua lalat yang terperangkap, kerja Ibu memang sangat hebat," balas Azam tersenyum sinis."Kamu salah, ada orang lain yang sudah melakukannya lebih dulu. Ibu bahkan tak melakukan apapun. Baru saja Ibu akan melaksanakan rencana kita, siapa sangka Ridho sudah mendapatkan balasannya sendiri. Pak Herman terkena serangan jantung saat mendengar kecelakaan Ridho. Dunia ini sedang berpihak pada kita," tutur bu Nurma dengan rasa bangga seolah balas dendamnya telah terlaksanakan."Jadi semua ini bukan ulah Ibu ... baguslah kalau begitu, lalu bagaimana dengan Mira, apa dia terlihat begitu menyedihkan karena kehilangan orang tuanya dan tidak jadi menikah dengan Ridho?" tanya Azam yang penasaran dengan kondisi Mira."Mira memang tidak jadi menikah dengan Ridho, tapi pernikaha