"Loh Ridho," ucap Mira yang terkaget melihat laki-laki dihadpannya.
Laki-laki berkulit putih, serta berhidung mancung tersebut, hanya melemparkan senyuman dari bibirnya, membuat Ridho terlihat semakin tampan dan manis."Kalian saling kenal," tanya pak Herman."Kita satu kelas saat SMA," timpal Mira yang diangguki dengan senyuman oleh Ridho."Bagus kalau begitu, jadi lebih memudahkan kalian untuk berkomunikasi satu sama lain," sahut pak Herman."Memang jodoh tak lari kemana," ujar pak Yudi sambil tersenyum.Mira tak menyangka jika orang yang melamarnya adalah teman satu kelas yang paling diidolakan oleh satu sekolahnya. Pasalnya Ridho memang anak yang tampan dan juga pintar.Ridho bahkan terpilih sebagai ketua osis terfavorit dibandingkan ketua osis yang sebelumnya. Hanya saja Ridho memang dikenal sebagai orang yang pendiam dan tidak banyak omong.Saking populer dan tampannya ia saat sekolah, banyak siswa perempuan yang menyatakan perasaannya lebih dulu pada Ridho, tapi entah kenapa Ridho selalu menolaknya.Ridho yang saat ini ada dihadapan Mira jauh lebih tampan dan gagah dibanding saat ia masih sekolah.Malam itu terlihat kehangatan diantara dua keluarga tersebut."Mas Ridho, mau datang ke acara pernikahan mas Azam?" tanya Mira diantara sela-sela obrolan mereka.Awalnya Ridho tak ingin membahas masalah tersebut, Ridho khawatir jika Mira akan kembali terluka."Entahlah, memangnya kamu mau hadir," tanya Ridho kembali pada Mira."Iya, aku pasti datang ke acara pernikahan mereka," jawab Mira tersenyum."Apa kamu yakin?" tanya Ridho meyakinkan kembali."Yakin, seratus persen yakin. Aku juga akan baik-baik saja," jawab Mira mempertegas."Kalau begitu biar aku temani, lusa aku jemput kamu untuk ke acara penikahanya Azam," timpal Ridho. Ia sesungguhnya khawatir jika Mira datang ke acara pernikahan Azam seorang diri.Mira mengangguk setuju, memang lebih baik jika datang bersama Ridho ke acara pernikahan Azam. Satu hal yang harus Mira buktikan pada Azam dan keluarganya, jika Mira bisa mendapatkan orang yang jauh lebih baik dari pada Azam.***Mira memilih baju gamis terbaik untuk hadir ke acara pernikahan Azam, baju gamis yang berwarna hijau tosca dengan sedikit hiasan aksesoris di depannya dipadukan dengan warna kerudung yang senada membuat Mira terlihat sangat anggun.Wajah cantiknya ia bubuhi makeup natural membuatnya terlihat semakin cantik dan anggun, matanya juga menggunakan soflens berwarna abu-abu menambah kesan tajam. Mira berjalan menggunakan high heels berukuran 5 cm membuatnya terlihat tinggi semampai.Ridho datang menggunakan mobil toyota CH-R. Baju batik yang ia kenakan ternyata senada dengan baju gamis yang Mira kenakan membuat keduanya tampak serasi. Padahal mereka tak pernah janjian menggunakan baju senada seperti itu.Ridho terpana kala melihat Mira berada di depannya. Begitu juga dengan Mira."Sudah mau berangkat," tanya pak Herman yang mengagetkan lamunan keduanya."Iya, pak. Biar tidak ke sorean," ujar Ridho yang sekalian berpamitan dengan pak Herman.Tak lama setelah Ridho mengendarai kendaraannya. Mereka akhirnya sampai di depan gedung tempat pernikahan Azam. Terlihat janur kuning yang bertuliskan nama Azam dan juga Ayu.Mira dan Ridho turun dari mobil, mereka berdua masuk ke dalam gedung. Semua mata tertuju ke arah Mira dan Ridho.Azam yang sedang asik menyalami tamu undangan langsung terpaku kala melihat Mira datang bersama Ridho."Mira kok bisa datang sama Ridho," gerutu Azam pada dirinya sendiri.Hati Azam merasa panas melihat keduanya jalan bergandengan dengan warna buju senada. Azam sengaja mengundang Mira karena rasa sakitnya tempo hari. Azam ingin melihat Mira menyesal dan terluka.Namun sepertinya kini berbalik Azam yang dibuat panas oleh Mira dengan kedatangannya bersama Ridho."Hai Mir," sapa teman SMA nya dulu. Mira dan Ridho menoleh ke arah nya sambil melemparkan senyuman. "nggak nyangka yah. Aku pikir kamu bakal jadi pengantin disana bersama Azam, eh sekarang malah datang jadi tamu undangan," ujarnya meledek."Ngomong-ngomong kok kamu bisa barengan sama Ridho datangnya," tanyanya penuh selidik."Mira calon istri saya, sudah seharusnya kami datang bersama," jawab Ridho tanpa basa basi. Ridho menggenggam tangan Mira denga halus, hati Mira menjadi semakin berdebar kencang."Kalian serius," tanya wanita tersebut kaget."Apa diwajah kami terlihat bercanda," gerutu Mira ikut menimpali. Mira memberanikan diri bersuara.Mata Azam nampak tidak suka saat melihat Ridho menggandeng tangan Mira dengan lembut saat berbincang bersama teman mereka. Nampak bu Nurma dengan wajah angkuhnya, ia terlihat tidak suka dengan kehadiran Mira di acara tersebut."Kamu kenapa si mas?" tanya Ayu heran dengan perubahan sikap Azam, seketika matanya tertuju pada Mira dan Ridho. "Oh ... itu mantanmu kan mas?" Azam hanya terdiam melihat mereka.Ridho dan Mira berjalan ke arah pelaminan. Memberikan ucapan selamat kepada keduanya. Tersirat kepedihan di hati Mira yang ia tutupi semenjak tadi. Namun Mira bisa bersikap tegar dan anggun didampingi oleh Ridho.Mira tak ingin berlama-lama ditempat tersebut. Dengan segera ia mengajak Ridho untuk pulang meninggalkan acara yang sedang berlangsung megah.Tring tring tringBanyak notif yang muncul di hp Mira dan Ridho. Rupanya di grup reuni SMA sudah banyak chat yang asik membicarakan Ridho dan juga Mira membuat Azam semakin cemburu dan geram.Bersambung.Pov Azam.Azam tak menyangka jika Mira akan datang dengan Ridho. Setelah Mira mempermalukan Azam di warung depan kantornya. Kini Mira kembali membuat ulah dengan datang bersama Ridho.Siapa yang tak kenal Ridho. Setiap wanita ingin menjadi kekasihnya. Tidak hanya tampan dan pintar, ia juga cukup kaya raya. Berniat hati ingin membuat Mira sakit hati dan nangis meraung meminta Azam membatalkan pernikahannya bersama Ayu. Mira malah datang bersama Ridho, dengan balutan baju yang anggun ditambah warna baju yang senada dengan Ridho membuat mereka terlihat makin serasi. Azam menjadi bahan buly di grup reuni SMA.[Pantas saja Mira merelakan Azam, gandengan barunya Ridho.][Dari dulu juga Mira emang cocoknya sama Ridho, cuma keduluan aja sama si Azam][Hebat si Mira, ibarat ditendang dari rumah gubuk. Sekarang malah punya istana dan jadi ratunya][Pake pelet apa si Mira, bisa dapetin Ridho][Istri Azam biasa aja, kirain cantik eh lebih cantikan Mira rupanya]Bukannya mendapat ucapan selamat k
'Semoga keputusanku menerima mas Ridho itu benar,' bantin Mira masih sedikit ragu dengan keputusan yang telah Mira ambil.Mira masih trauma dengan perlakukan Azam padanya. Bersamanya dengan waktu yang cukup lama tak lantas mengenal siapa Azam sebenarnya. Mira masih sakit hati dan kecewa pada Azam yang tiba-tiba menikah dengan perempuan lain setelah membatalkan pernikahannnya. Mira tidak akan pernah melupakan bagaimana Azam dan ibunya menghina keluarga Mira.Derttt, derrtt!Handphone Mira bergetar, gadis ini memang lebih sering menggetarkan hpnya dibanding membuatnya berdering kencang saat ada telpon atau notofikasi whatsapps yang masuk.Mira gegas mengambil benda pipih yang berada tak jauh darinya. Ia membuka layar handphone miliknya agar tahu siapa yang mengirimkan whasapp padanya.Mata Mira membulat sempurna saat mengetahui nama si pengirim pesan padanya."Mas Azam," gumamnya lirih.Ternyata sudah banyak pesan yang dikirimkan pada Mira melalui whatsappnya.[Jahat kamu, Mir. Ternyat
Ridho dan Mira menoleh ke arah suara tersebut."Mas Azam," ucap Mira lirih."Apa yang sudah kalian lakukan di dalam mobil," tanya Azam dengan wajah merah padam."Maksudnya?" tanya Mira dengan wajah yang bingung."Jangan kalian kira aku tak tahu dengan apa yang kalian lakukan di dalam mobil, aku tak menyangka kalau kamu begitu rendahan, Mira.""Jaga bicara anda, pak Azam. Fitnah anda itu lebih buruk dari orang yang telah membunuh saudaranya sendiri." Ridho mengepal lengannya dengan penuh emosi."Fitnah, apa menurutmu yang baru saja aku lihat itu hanya fatamorgana, atau hanya hayalanku saja.""Memang apa yang anda lihat itu, dengar Azam, saya bisa melaporkan anda atas tuduhan pencemaran nama baik. Apa yang anda tuduhkan kepada kami sangat tidak benar." Ancam Ridho yang tak main-main pada Azam."Tak usah meladeninya, Mas. Lebih baik kita masuk saja. Kita cuma buang-buang waktu kalau terus meladeninya disini," ucap Mira yang langsung menarik tangan Ridho masuk ke dalam Mall."Mira, aku be
"Mir ... Mira!" teriak pak Herman memanggil anak perempuannya."Iya pak, kenapa harus teriak begitu. Mira juga dengar kalau Bapak panggil nggak harus teriak seperti itu.""Gimana nggak teriak, masih pagi Bapak sudah dengar ibu-ibu pada ngomongin kamu yang nggak bener.""Ngomongin yang nggak bener, maksudnya gimana pak?" tanya Mira bingung."Katanya ada foto kamu sama Ridho yang nggak pantas dilihat didalam mobil, sudah berani kamu mencoreng dan buat malu muka Bapakmu ini?""Sabar pak, kita dengar dulu penjelasan dari Mira." Bu Sartinah mencoba menenangkan suaminya yang tengah tersulut emosi."Itu fitnah pak, sumpah Mira nggak pernah berbuat yang aneh-aneh. Mira tahu batasan Mira."Herman menghembuskan napas kasar."Siapa orang yang sudah memfitnahmu seperti itu?" tanya pak Suherman geram."Kemungkinan mas Azam, Pak," jawab Mira lirih."Soalnya kemarin sebelum Mira membeli kebutuhan seserahan, Mira ketemu mas Azam di parkiran Mall. Mas Azam nuduh Mira yang tidak-tidak, mas Azam juga ya
Pov RidhoSudah sejak lama Ridho memang mengagumi Mira namun ia tak pernah memiliki keberanian lebih untuk dapat mengungkapkan perasaannya terhadap wanita yang ia cintai. Sampai suatu hari ia merasa sangat patah hati saat Mira dikabarkan menjalin hubungan bersama Azam yang merupakan teman sekelasnya.Perempuan di sekolahnya banyak sekali yang menyukai dan mengagumi Ridho, entah kenapa tak ada yang mampu membuatnya jatuh hati seperti Mira."Hari ini, bawa bekal apa?" tanya Azam yang seketika itu membuat Ridho menoleh kearah Azam dan Mira yang hendak makan siang dengan bekal yang dibawa oleh Mira."Aku bawa rendang ayam, Ibu beli banyak ayam hari ini," sahut Mira yang diangguki Azam. Mereka tak sabar menyantap bekal makan siang yang Mira bawakan.Perih, itu yang Ridho rasakan kala melihat orang yang dia cintai bersama orang lain. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena tak mampu mengungkapkan perasaanya pada orang tersebut.Bertahun lamanya Ridho telah memendam rasa terhadap M
"Mau kemana Mir?" tanya Pak Herman, kala melihat anaknya yang sudah berpakaian rapih."Mira, mau ke kantor polisi, Mira dimintai keterangan mengenai laporan mas Azam, tempo hari, pak.""Mau pergi sama siapa? Apa perlu Bapak antar?" "Nggak usah pak, Mira pergi bareng mas Ridho. Katanya sudah di jalan, sebentar lagi juga sampai.""Semoga masalahnya cepat selesai," ujar pak Herman."Aamiin," sahut Mira dengan senyum mengembang.Tak lama kemudian, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah Mira."Mira berangkat dulu, pak," pamitnya pada pak Herman."Ridho, nggak ditawarin minum dulu Mir?""Nanti saja pak, waktunya mepet. Ridho sama Mira, diminta cepet datang ke kantor polisi," jawab Ridho dengan sopan, tangannya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pak Herman."Ya sudah, kalian berdua hati-hati. Jangan sampai kebut-kebutan bawa mobilnya."*Bu Nurma terlihat gusar dan terus mundar mandir tak tentu arah, sesekali ia melihat handphone miliknya."Bu, udah dong. Jangan mondar m
"Gimana keputusan sidangnya Mir?" tanya pak Herman."Azam terbukti bersalah sudah menyebarkan berita bohong dan mencemarkan nama baik Mira. Sekarang Azam ditahan karena perbuatannya," ucap Mira yang sebenarnya merasa iba dengan keputusan hakim terhadap Azam."Syukurlah, kalau gitu kamu bisa fokus sama pernikahan kamu.""Iya, pak. Semoga nggak akan ada hambatan lagi," tutur Mira dengan nada yang sedikit sendu."Semoga, kamu juga tidak menyesal atas tindakanmu pada Azam," sindir pak Herman yang seakan mengetahui isi hati Mira.Mira hanya mendongak ke arah pak Herman, yang berlalu masuk ke dalam kamar setelah menyindirnya.'Benarkah? Apa aku memang menyesali perbuatanku pada Azam?' tanya batin Mira pada dirinya sendiri.Tidak bisa dipungkiri, Azam pernah menempati ruang istimewa dihati Mira hingga bertahun-tahun lamanya. Namun menurut Mira, ini bukan lagi rasa perduli karena masih mencintainya, melainkan rasa iba semata, karena mereka pernah sangat dekat."Mir," sapa bu Sartinah yang men
Keadaan semakin kacau saat pak Herman terkena serangan jantung, ia masih terkulai lemas diatas tempat tidurnya. Sementara Mira masih terbaring dengan alat infus yang menempel ditanganinya, Bu Sartinah hanya bisa menangis melihat keadaan anak dan suaminya.Bu Sartinah masih belum mendapatkan kabar kembali tentang Ridho. Kabar terakhir yang ia tahu jika saat ini Ridho dalam keadaan kritis. Hari yang harusnya menjadi kegembiraan untuk Mira dan keluarganya menjadi hari kesedihan untuk Mira dan semua anggota keluarga."Enghhh," suara lenguh pak Herman yang mulai sadarkan diri."Alhamdulilah, Bapak udah sadar," ucap bu Sartinah yang merasa sedikit lega."Mira sama Ridho, gimana bu?" tanya pak Herman pada istrinya yang terlihat sembab karena tak henti menangis."Sudah, Bapak tak perlu banyak pikiran. Sekarang Bapak istirahat saja dulu, biar kondisi Bapak cepat membaik," tutur Sartinah yang masih khawatir akan kondisi suaminya."Bapak ingin bicara dengan pak Yudi," ujar pak Herman dengan sang