Beranda / Romansa / Batal Akad / 15. Farah Naksir Ali

Share

15. Farah Naksir Ali

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-13 00:38:49

"Mbak, coba lihat sini!" wanita itu memaksa Parni melihat layar monitor. Parni yang tidak paham hanya menurut, dan belum ada apa-apa terlihat di layar sana.

"Mbak yakin mau menggugurkan mereka?"

"M-maksudnya?"

"Janinnya kembar, Mbak."

"Jangan berbohong, Dok!"

"Ini, Mbak perhatikan titik ini, masih sangat kecil sekali bahkan lebih kecil dari butiran garam. Ada dua, Mbak bisa melihatnya?"

"I-iya," Parni menangis. Bahunya bergetar hebat, pikirannya melayang pada ketiga keponakan kembarnya yang selalu saja membuat harinya berwarna. Si kembar tiga juga yang selalu membuat ia tertawa, karena sering sekali tertukar mengenalinya.

"Bagaimana? Masih sangat muda, jadi mudah untuk digugurkan. Biayanya juga lebih murah," terang dokter itu sambil menatap Parni dengan cukup serius, menanti jawaban yang tak kunjun

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Batal Akad   16. Masker Aroma Theraphy

    Tidak banyak pembicaraan di dalam mobil yang dikendarai oleh Farah. Bu Miranti terlihat sekali tidak suka dengan sikap Farah yang sangat terang-terangan mengungkapkan perasaan pada anaknya.Wanita muda itu memang terlihat pintar, cantik, energik, ditambah lagi dia adalah seorang model lokal di Jerman. Tentu sudah sangat luar biasa untuk dimasukkan dalam list calon menantu. Namun sayang, Bu Miranti sudah terlebih dahulu merasa bertanggung jawab pada Parni. Sehingga ia akan sangat menentang bilamana anaknya, Ali berani mencoba menjalin hubungan dengan wanita lain."Mau mampir makan siang dulu ga, Tante?" tawar Farah dengan suara lemah lembut."Tidak usah, Far. Biar langsung ke asrama saja," sahut Bu Miranti."Ali laper ini, Ma," sela Ali pada ibunya."Apa?""Ali laper,""Buka dulu itu maskernya, Mama ga dengar," tunjuk Bu Miran

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Batal Akad   17. Jujur pada Bu Farida

    Bu Farida mencoba mengatur nafasnya yang baru saja sesak, saat tersedak. Ucapan salah satu karyawannya, yaitu Parni, membuatnya cukup kaget, hingga menyemburkan nasi goreng yang sudah ada di dalam mulutnya.Butiran nasi yang tersembur mengotori meja kerjanya, beberapa map yang ada di atasnya, serta baju yang ia pakai. Matanya tak lepas menatap Parni, saat wanita itu kembali berdiri di depannya setelah memberikannya minum."Kamu jangan bercanda, Parni. Bukannya kamu belum menikah? Apa kamu hamil sama pacar kamu?" Bu Farida menggeleng tidak percaya."S-saya... korban perkosaaan, Bu."Huk!Huk!Huk!Parni kembali mengisi gelas air yang kosong, kemudian memberikannya pada Bu Farida yang lagi-lagi tersedak karena mendengar ucapannya. Parni semakin tidak enak, dalam hati ia pasrah jika Bu Farida memecatn

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Batal Akad   18.A. Nasi Goreng Nanas

    "Ya Allah, apa ini?" tanya Farah dengan mata mendelik pada penampakan kain bewarna krem yang berlipat bentuk segi empat. Bahannya kaus, persis bahan celana dalam."Ah, ini..." Ali gelagapan, lalu dengan cepat mengambil benda tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam saku celananya."Apa itu? Seperti celana dalam." Kening Farah berkerut, masih memandang curiga pada saku celana Ali, tempat lelaki itu menyimpan celana dalam Parni tadi."Bukan, itu sapu tangan kaus aromaterapi yang selalu aku pakai," terang Ali dengan wajah memerah malu. Tangannya mengurut dada, kemudian menghela nafas panjang. Hampir saja ketahuan oleh Farah, bisa gawat kalau sampai wanita itu tahu. Ali bermonolog."Oh gt, ya udah. Cobain dong masakan aku," ujar Farah dengan bernada manja. Langsung saja Ali menyendokkan nasi goreng nanas buatan Farah. Ia mulai mengunyahnya dengan lahap.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Batal Akad   18.B. Berkenalan dengan Emir

    Kini Parni sudah sampai di rumah, tentu saja dengan bekal bubur ayam, aneka rasa roti dan juga sekotak susu hamil rasa mangga. Bergegas ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil handuk, lalu melesat ke kamar mandi. Tubuhnya sudah sangat berpeluh dan bau keringat. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu baru menikmati sarapannya.Harum sampo dan sabun begitu disukai Parni sejak ia hamil, sehingga ia selalu berlama-lama di kamar mandi untuk bermain dengan busa-busa tersebut. Berkali-kali membuat buih sabun lalu meniupnya dengan senang. Setelah dirasa cukup, ia pun keluar dari kamar mandi dengan baju daster lebar yang baru ia beli dari pedagang keliling. Dilanjutkan dengan menyantap sarapan nikmat, yaitu bubur ayam dan juga lima jenis roti aneka rasa. Nafsu makan yang benar-benar menggelora."Bunda bisa gendut nih, kalau makannya begini terus. Jangan bikin bunda mual muntah ya, Kembar," ujarnya pada perutnya yang masih rata, sambil mengusapnya penuh sayang. Parni

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Batal Akad   19. Emir Naksir Parni

    Selama tiga hari berkabung, warung soto Bu Farida pun ikut tutup. Suasana berduka tidak memungkinkan Bu Farida untuk kembali ke warung menjalankan usahanya. Seluruh karyawan mendapat jatah cuti hingga tiga hari dari Bu Farida. Bagi yang ingin pulang ke rumah orang tuanya di kampung, Bu Farida memberikan izin.Selama tiga hari juga, Parni memasak di rumah Bu Farida, tentu saja itu atas permintaan Bu Farida dan juga Emir. Ternyata anak lelaki Bu Farida itu begitu menyukai masakan Parni. Ia pun meminta Bu Farida untuk membujuk Parni agar menjadi tukang masak di rumah mereka, selagi Emir berada di sana."Masak apa hari ini, Mbak?" tanya Emir saat Parni baru saja pulang dari pasar."Masak seperti pesanan Mas Emir. Ikan mas bumbu kuning, sambal terasi, acar timun dan sayur pokcoy," terang Parni sambil tersenyum sangat tipis, bahkan lebih tipis dari kartu ATM."Oh, makasih Mbak," ujar Emir.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Batal Akad   20. Nasi Goreng Nanas

    Parni sedang membantu bibik melipat pakaian di kamar belakang, sambil menonton televisi acara kuliner. Parni menelan ludahnya sendiri, saat melihat pembawa acara makan jajanan pinggir jalan, seperti Cilok, Cireng, Ketoprak, Sempol Ayam yang dicocol saus pedas manis. Parni bahkan mengusap lehernya karena menahan rasa ingin yang begitu kuat. Apalagi sehabis magrib ini, cuaca di luar sedang turun hujan gerimis, betapa Parni ingin makan makanan di antara yang sedang dipertontonkan di layar kaca."Mbak Parni," panggil Emir menghampiri Parni di kamar belakang."Ya, Mas," jawabnya sambil menoleh."Ke supermarket disuruh mama, beli nanas untuk sarapan besok," kata Emir ikut menahan liur."Nanas untuk sarapan? Yakin ga sakit perut?""Bukan mau digadoin, Mbak. Tapi dimasak nasi goreng ala Mbak Parni.""Oh, alah. Tak kira apaan, tapi sudah malam, Mas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Batal Akad   21. Farah dan Ali Bertengkar

    Mulai hari ini, warung soto Bu Farida kembali buka, setelah cuti berduka selama tiga hari. Parni juga sudah kembali bertugas di sana sebagai chef Nasi Goreng Nanas. Emir sebenarnya masih ingin Parni lebih lama masak di rumahnya, namun sang mama menolak, karena tugas utama Parni adalah di warung soto. Apalagi menu tambahan yang baru saja diluncurkan adalah masakan Parni, tentu saja Parni wajib datang.Hari yang sama pula dengan keberangkatan Emir kembali ke Berlin, topi kupluk rajut pensanan Emir sudah selesai ia kerjakan, hanya saja masih ada di warung soto, ia simpan di dalam tas. Emir berjanji sebelum ke bandara, akan mampir ke warung untuk berpamitan serta mengambil topi kupluk buatan Parni.Parni sedang menumis bumbu nasi goreng dalam wajan berukuran sedang di dapur belakang, bumbu yang apabila dimasak terlebih dahulu cukup lama, maka akan lebih awet digunakan. Tinggal disimpan di dalam lemari es setelah dingin, lal

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Batal Akad   22. Celana Dalam Parni

    Wajah Farah menegang begitu mendengar penuturan Ali, bahkan matanya tak mampu berkedip beberapa saat. Ia tidak percaya ucapan Ali, lelaki yang memiliki tampang anak baik, bukan bajingan, tetapi memiliki kelakuan minus. Untuk itulah kita jangan pernah memberikan judul seseorang dari tampilan luarnya saja, tetapi harus mengetahui isi dalamnya juga, dan Farah benar-benar tak menyangka, seorang Ali Hakeem pernah memperkosa seorang wanita di Jakarta."Tunggu, jangan bilang kalau masker itu ada hubungannya dengan wanita yang kamu perkosa?""Iya dan sekarang aku bisa mati kalau aku tidak segera menemuka benda itu. Aarrgh... sial!" Ali kembali berlari menyusuri got besar buatan yang ada di kampusnya. Matanya benar-benar menelisik, memastikan miliknya yang hanyut tersangkut di suatu tempat, namun nihil. Ali hanya bisa meremas rambutnya kasar, bagaimana nanti jadinya bila ia sesak nafas kembali."Kamu menyusahkan saja

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22

Bab terbaru

  • Batal Akad   48. Dua Satu Plus

    Gemericik suara air mengusik tidur nyenyaknya pagi ini. Tidur yang paling berkualitas sepanjang hidupnya, karena ini pertama kalinya ia tidur sambil dipeluk oleh seseorang yang membuatnya kembali jatuh cinta. Parni membuka matanya pelan, dirabanya sisi kasur yang telah kosong. Ke mana suaminya? Parni turun dari kasur tanpa memperhatikan rasa nyeri."Auu ...." Parni kembali duduk. Kenapa sakit? Karena memang baru ini lagi ia berhubungan intim, tentu saja rasanya bagai baru saja diperawanin. Perih, kebas, dan serasa tebal. Sangat tidak nyaman. Parni meraih selimut tebal untuk menutupi tubuhnya hingga dada. Diliriknya jam di dinding yang sudah pukul setengah delapan pagi.Shubuh tadi, setelah selesai mandi hadas besar dan sholat berjamaah, mereka kembali melanjutkan aktifitas panas, merajut tali cinta. Mengharapkan segera hadir adik bagi Saka dan Lingga. Wajar saja jika saat ini mereka bangun kesiangan. Sepertinya sang suami tidak ada di dalam kamar mandi. Ke mana suara anak-anak? Apa me

  • Batal Akad   47. Pengantin Baru

    "Saka dan Lingga biar tidur di rumah Mama saja, ya?" ujar Bu Miranti yang sudah memangku Saka, sedangkan Lingga di pangku oleh Opanya."Eh, jangan, Ma. Saya iseng, kalau tidak ada orang di rumah," tolak Parni terus terang."Trus itu yang lagi nunduk siapa? Demit?" celetuk Parmi, sang adik yang sangat kebetulan pintar malam ini. Di samping Parni sudah duduk Ali yang kini sedang menunduk."Gak papa, Teh. Pengantin baru itu harus beratapdasi satu sama lain. Benarkan, Yang?" tanya Parmi pada Anton yang kini menyeringai lebar. Baru sepersekian detik dipuji, udah error lagi Nyonya Parmi."Ber-a-dap-ta-si." Anton membetulkan ucapan Parmi."Iya, tadikan Ibu bilang beratapdasi," balas Parmi tak mau kalah. "Ha ha ha ...." semua yang ada di sana tertawa mendengarkan percakapan Parmi dan juga Anton."Besok tinggal jemput ke rumah Omanya. Jangan takut, Teh. Paling digigit sayang doang sama Ali. He he he ...." yang lain pun ikut tertawa. "Ya sudah, kita pulang dulu ya, Ni. Ali, Ibu balik ya?""Eh

  • Batal Akad   46. Takdir Emir

    [Hallo, selamat sore. Saya dengan Emir. Dua tahun lalu saya mengantar seorang pasien yang melahirkan di rumahnya. Namanya Ami dan bayinya Amira. Apakah Suster tahu keberadaan mereka di mana?][Sore, Mas. Mohon, Maaf. Kami tidak bisa memberitahukan kabar apapun berkaitan dengan pesian kami. Karena itu privacy.][Oh, baiklah. Terimakasih]Emir mematikan teleponnya, lalu memilih duduk di sofa. Jendela rumah yang terbuka lebar, membuat ia dapat menghirup dalam aroma tanah yang basah oleh air hujan yang baru saja reda."Mir, Parni hari ini nikah lho. Kamu sudah ucapkan selamat?" tanya Bu Farida saat menghampiri anaknya di ruang depan."Sudah, Ma. Emir juga sudah transfer uang sebagai hadiah buat Teh Parni," jawabnya sambil tersenyum tipis."Kamu sudah tidak apa-apa?""He he he ... Gak papa Mama, sekarang udah ada Farah yang jadi pacar Emir.""Kapan dia kamu ajak ketemu Mama?""Minggu ini kalau dia ga ada pemotretan, Ma.""Mmm... Okelah, Mama masuk dulu." Bu Farida meninggalkan Emir yang ma

  • Batal Akad   45. Ali Melamar

    "Bagaimana kalau Teteh menikah dengan saya?" tanya Ali tanpa ragu."Kalau kamu masih bicara seperti itu lagi, lebih baik kamu turun. Jalan kaki saja sana, pulang!""He he he ... Gak mau ya. Ya sudah ga papa, yang penting Teteh ga nikah sama siapa-siapa, saya jadi lega," ujar Ali sambil mengusap kedua pipi Lingga."Oh, jadi kamu doain aku jomblo seumur hidup? Sorry ya, aku udah ikut biro jodoh, paling sebentar lagi juga dapat," balas Parni tak mau kalah."He he he ...Bukan begitu maksud saya, Teteh."Pedebatan pun masih saja terjadi sampai mereka tiba di sebuah rumah minimalis kawasan Jakarta Timur. Bu Miranti hanya bisa menggelengkan kepala mendengar ocehan dua orang yang duduk di belakangnya, sedangkan Pak Asep, sopir keluarga Bu Miranti hanya senyam-senyum saja."Semoga berjodoh yang duduk di belakang ini ya, Bu," bisik Pak Asep pada Bu Miranti."Aamiin. Saya malah pengennya besok saya nikahin aja, Pak. Biar ga berantem terus," sahut Bu Miranti juga sambil berbisik.Pak Asep turun d

  • Batal Akad   44. Dua Tahun Kemudian

    2 Tahun Kemudian.Di luar hujan turun begitu deras, disertai petir yang menggelegar. Sore hari yang tadinya cerah, berubah gelap menjelang adzan magrib. Ali baru saja selesai melaksanakan sholat magrib berjamaah di masjid di dalam LAPAS, bersama Bang Komeng, Bang Malih, dan Aden, teman satu selnya.Senyumnya tak surut saat membayangkan besok adalah hari ia dibebaskan setelah dua tahun menjalani masa hukuman. Ia tak sabar untuk bertemu dengan Saka dan Lingga, serta ibu si kembar. Ya, meskipun dari kabar yang ia dengar, Parni sudah menikah dengan Emir, tetapi entah kenapa ia merindukan wanita yang sudah menjadi milik orang lain itu."Duh, yang mau bebas besok. Senyam-senyum terus," goda Aden kini duduk di samping Ali."Udah ga sabar mau ketemu anak, Den," sahut Ali sambil tersenyum."Oh, cuma ga sabar ketemu sama si kembar, kirain sama ibunya juga. Ha ha ha ..." timpal Bang Komeng, hingga yang lainnya ikut tertawa."Istri orang masa dikangenin, Bang. Dosalah," timpal Ali."Yang jelas, d

  • Batal Akad   43. Emir si Pria Berhati Mulia

    "Toloong! Ada yang melahirkan. Tolooong!" teriak lelaki histeris bahkan dengan wajah pucat seputih kapas. Karena lokasi yang jauh dari pemukiman, ia berlari keluar villa, lalu menyebrang jalan untuk meminta pertolongan pada orang-orang yang baru saja turun dari mobil di villa depan. Para ibu dan bapak yang keheranan dengan kedatangan Emir menjadi penasaran."Ada apa, Mas?""Tolong, Pak. Ada wanita melahirkan di dalam rumah besar itu, sepertinya tidak ada orang di dalam kecuali dia. Ayo, Pak. Kita tolong!" tiga orang lelaki dewasa dan dua wanita paruh baya ikut kaget, lalu dengan cepat mengangguk mengikuti langkah Emir. Petugas parkir belum sempat menghentikan kepergian para tamunya, karena sibuk mengatur posisi parkir tamu yang lain. Lelaki yang bertugas sebagai juru parkir itu bergidik ngeri, saat berbondong-bondong sebagian tamunya menyebrang villa di seberang.Bugh!Bugh!Suara hentakan itu semakin keras terdengar, hingga enam orang yang kini berdiri di depan tangga menjadi sangat

  • Batal Akad   42.

    "Maksud Mama apa?""Sepertinya, Parni dan Emir akan segera menikah.""Tidak mungkin, Ma. Mama jangan bercanda.""Mama lihat sendiri Emir berlutut di kaki Parni sambil memberikan sebuah cincin.""Ali tidak mau anak-anak Ali memanggil lelaki lain dengan sebutan Papa. Hiks...""Mama juga sedih, tetapi jika ini semua menjadi keputusan Parni, kita tidak boleh protes. Yang penting nanti setelah keluar dari sini, kamu bisa ketemu anak-anak. Selamanya Saka dan Lingga adalah anak-anak kamu, cucu Mama dan Papa." Bu Miranti menangis saat melihat puteranya ikut menangis. Tidak ada yang bisa ia lakukan jika Allah sudah berkehendak. Ali termenung di dalam sel dinginnya, menatap langit-langit yang penuh dengan bekas kotoran cicak dan noda air hujan. Kepalanya kembali mengingat Parni adalah wanita yang pertama kali ia cium. Parni juga yang selalu saja ketus padanya bila sedang bertamu ke rumah Parni, bahkan ia disuruh mencuci piring oleh Parni setelah ikut sarapan bersama. Hanya Parnilah wanita yang

  • Batal Akad   41. Salah Paham

    [Maaf, Mas. Maaf sekali lagi. Saya tidak ingin menikah dengan siapapun. Fokus saya kali ini adalah anak-anak saya.][Tapi kamu masih cinta sama saya kan, Ni?][Cinta tidak harus selalu berakhir di pelaminan'kan?]Mas Iqbal, tolong lupakan saya. Lanjutkan perjalanan kisah Mas Iqbal dengan orang lain. InsyaAllah luka kita akan sembuh dengan hadirnya orang lain yang mengisi ke kosongan][Oh, jadi kamu bisa seperti ini karena ada orang lain yang sudah membuat kamu melupakan saya?][Bukan seperti itu, Mas][Apa Emir orangnya? Atau jangan-jangan lelaki yang sudah memberikanmu anak?][Maaf, Mas Iqbal. Anak saya bangun, saya tutup ya. Assalamualaikum]Tut!Tut!Parni menarik nafas panjang dengan bibir bergetar. Ia tidak menyangka Iqbal berpikiran buruk padanya. Tetapi ya sudahlah, yang penting pesan inti dari pembicaraan ini sudah disampaikan olehnya. Dirinya ingin Iqbal bisa bahagia dengan wanita lain. Ia ikhlas walaupun tak mudah. Parni kembali merebahkan dirinya di atas ranjang. Ditatapny

  • Batal Akad   40. Hadirnya Iqbal

    Semua orang sudah duduk di ruang tamu keluarga Anton. Ada Bu Parti, Bu Farida, Suraya, Iqbal, Parni, dan juga Anton. Sedangkan Parmi sedang mengurus anak kembarnya di dalam kamar. Belum ada pembicaraan di sana, semua masih sibuk dengan pikirannya masing-masing. Terutama Parni yang begitu salah tingkah saat ini, karena dipandang intens oleh Iqbal, Bu Farida, dan juga Suraya."Mm...jadi, apakah Parni memang mengenal Iqbal?" Bu Farida membuka suara."Parni mantan calon istri saya," jawab Iqbal dengan raut wajah kecewa. Bu Farida dan Suraya tentu kaget mendengar jawaban Iqbal. Namun, mereka tetap tenang, karena memang Suraya dan Bu Farida tipe wanita yang tidak mudah tersulut api amarah. Sedangkan Parni sudah menunduk malu sambil menggendong Saka."Betul itu, Parni?" "Iya, Bu.""Parni dan Iqbal urusannya sudah selesai, sejak Parni memutuskan pergi ke Surabaya. Saya rasa tidak ada yang masalah dengan masa lalu mereka. Bukankan anak Parni bukan anak Iqbal," suara Bu Parti menjabarkan kondi

DMCA.com Protection Status