Menjadi gigolo bukan satu-satunya perbuatan terkutuk, profesi langka yang ia geluti cukup membuat perubahan besar dalam kehidupan Daffin. Merangkak naik sebagai manusia diperhitungkan, memiliki finansial di atas rata-rata. Tentu saja, dengan penghasilan minimal 25 juta setiap satu kali pertemuan. Itu pun dua kali dalam seminggu dengan pasangan berbeda.
Dari pemilik perusahaan ternama hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat, mereka membeli Daffin sesuai kesepakatan harga. Banyak yang mencibir, memandang sebelah mata. Namun, ia tak peduli. Terus melanjutkan hidup, menutup telinga dan mata.
Seperti sekarang ini, duduk seorang diri di salah satu restoran cepat saji. Hanya menikmati squash dingin tanpa melepas tatapan dari seorang juru parkir di luar sana. Flo baru datang, menggantikan tukang parkir sebelumnya.
“Aku harap, kita tak pernah bertemu lagi. Semoga hari ini hanya mimpi buruk.” Begitulah salam perpisahan sebelum Flo turun dari mobil miliknya, Daffin masih mengingat lekat setiap jengkal momen bersama wanita muda tersebut.
Namun, takdir berkata lain, memaksa keduanya kembali terlibat pada perencanaan nasib yang mengejutkan. Tawaran menarik dari Jimmy cukup menantang, menikahi gadis manis yang sudah mampu menyabotase alam bawah sadarnya. Tentu saja hanya tentang pernikahan kontrak, aturan hitam di atas putih yang tidak sederhana.
“Itu Daffin!” Seruan ini mengakhiri aksi serius pria yang sedari tadi memerhatikan juru parkir restoran, peluit ditiup dengan kibasan tangan teratur memberikan aba-aba pada pengendara roda empat.
Topi kumal menutupi sebagian pesona terbaiknya, tetapi justru memicu debar aneh di balik dada sang gigolo. Dia merasa hal tak beres bukan hanya menimpa Jimmy, dirinya pun mulai terganggu oleh Flo. Apa yang sebenarnya dimiliki oleh gadis itu?
“Boleh kami duduk di sini?” tanya seorang wanita dengan long dress super ketat, memperlihatkan bentuk tubuh indah miliknya.
Daffin hanya meraih gelas keramik di meja, tak mau melepas tatap dari arah luar. Mengabaikan dua perempuan sintal yang terlihat tertarip padanya. Namun, pria yang dikenal misterius di kalangan wanita kelas atas tersebut berdiri.
Dia keluar saat seseorang mengusik Flo, pria yang baru turun dari mobil itu tampak membuat sang gadis merasa terganggu. Terlihat jelas dari bahasa tubuh, tak nyaman. Hal ini memaksa jiwa Ksatria dalam diri bangkit.
“Flo, tak usah jual mahal. Keluargamu butuh uang banyak bukan? Ikutlah bersama kami.” Salah satu dari mereka mencoba menyentuh dagu Flo, tetapi gadis itu mengelak cepat sehingga topi jelek yang dikenakan terlepas.
“Puas bagi kami, berkah buat kamu. Ayolah, jangan jual mahal. Enggak bakal dicicil, pasti dibayar tunai!” Seorang lagi menanggapi, tertawa keras sambil beradu tos dengan temannya.
Daffin masih bertahan di tempatnya, menunggu sejauh apa sikap Flo dalam mengantisipasi situasi tersebut. Satu detik, gadis itu hanya terdiam, tetapi tatap awas ditunjukkan. Memerhatikan para pecundang yang sedang mengganggu.
“Apa kalian pikir aku semurah itu?” tanya ini cukup menarik untuk didengar lebih lanjut, “berapa yang kalian punya?”
Mereka malah tertawa semakin keras, kembali saling beradu telapak tangan. Kemudian, berangkulan sembari mengarahkan tatap serius. Flo hanya bernasib sial karena terlahir di kalangan miskin, tetapi pesona para wanita kaya pun belum tentu mampu menyaingi kemontokannya.
“Sebut saja tarifmu,” ujar si pria berjakun tegas, terlihat naik-turun setiap kali memandang bagian atas perut Flo yang memang membusung sempurna.
“Jika uang kalian cukup membeli kepuasan ibu masing-masing, berikan padaku.” Jawaban yang membuat Daffin tergelak lirih, cerdas. Bahasa sarkasme itu cukup memancing amarah, dua lelaki yang semula terlihat senang langsung gusar.
“Kalian mau apa?” tanya Daffin sembari mendekat, dia menghentikan aksi gerakan tangan melayang di udara.
“Siapa pecundang ini?” Si rambut ikal meludah saat melihat kehadiran Daffin, urung memukul Flo yang tampak pasrah di tempat.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Daffin ditujukan pada Flo yang langsung melengos mendapati sosok pahlawan justru laki-laki yang mencuri foto dirinya tanpa busana, Daffin hanya tersenyum lucu.
Penyambutan luar biasa, sangat tak sopan. Seharusnya dia bersyukur mendapat pertolongan di situasi genting begini, bukan malah sebaliknya. Florist memang selalu penuh dengan kejutan.
“Minggir, jangan ikut campur. Kami sedang menawar wanita ini.” Bahasa ini cukup lantang, membuat beberapa orang di dalam restoran keluar.
“Itu Daffin, ‘kan?”
“Siapa perempuan itu?”
“Ada apa dengan mata mereka?”
Kasak-kusuk pun terdengar bersahutan, mendengar nama yang disebutkan memaksa tawa keras meledak dari dua pembuat keributan. Tampaknya mereka memang sudah mengetahui sosok yang kini ada di depan mata. Gigolo yang dianggap pemilik pesona maut, rupanya begini penampakan seorang Daffin.
“Jadi, kamu gigolo miskin yang mencoba menjadi kaya dengan jalan murahan? Purel yang mempermalukan kaum lelaki, sampah!” Si pemilik jakun besar meludah ke samping kanan, memandang penuh cibiran pada Daffin yang hanya tertawa halus.
“Apa bedanya dengan kalian?” balasnya dengan nada datar yang khas, “jangan bangga ketika sama-sama memiliki label pendosa, kita hanya berbeda jalan dalam meraihnya.”
Flo mengangkat wajah, melirik pria di samping kananya. Jadi, maksud dari ucapan Jimmy yang diulang-ulang menanyakan dirinya benar-benar mengenal Daffin adalah ini, penjelasan profesi yang baru saja disebutkan. Dia seorang gigolo!
‘Apa yang kuakui di depan Kak Jimmy tentang laki-laki ini? Mulutku memang paling tak bisa direm!’ Flo membatin dengan penuh rasa kecewa sekaligus kesal, bagaimana bisa dirinya mengakui sosok mesum itu sebagai makhluk pilihan yang dikirim oleh Tuhan?
Gadis itu cegukan saat tanpa terduga Daffin memindahkan tatapan lembut pada dirinya, satu kerlingan disertai rangkulan tangan. Pria dengan tinggi 185 senti meter tersebut tampak menunjukkan keseriusannya pada semua orang yang ada di sana. Dia tidak sedang bermain-main saat ini, mencoba memberikan perlindungan pada aset paling berharga.
‘Baguslah, situasi ini akan membuat kami menjadi semakin dekat.’ Daffin membatin sembari menghela napas lega, setidaknya masih akan ada kesempatan baginya untuk bisa mengenal Flo lebih akrab.
“Kalian perhatikan wajah ini baik-baik, jangan mengusik kalau masih ingin hidup sampai satu jam kemudian. Gadis manis yang membuat omes kalian berfungsi sempurna adalah calon istri Daffin Pranata.” Pengumuman gratis ini tak hanya membuat para penggemar dan pembencinya terbeliak, bahkan gadis di sampingnya sampai membuka mulut dengan lebar.
Dia akan menikah dengan pria sinting yang bergelar gigolo? Apa Tuhan sedang bercanda? Flo menggeleng cepat sebagai upaya protes terkait pengakuan sang lelaki.
Hanya saja, cengkeraman di lengan sang gadis menahan gerakan tubuh. Flo mencoba melepaskan diri sekali lagi, dia sampai menoleh pada Daffin dengan tatap penuh permohonan. Pria itu justru tersenyum manis dan tanpa terduga mendaratkan satu kecupan di pipi kirinya.
‘Apa yang gigolo ini lakukan?’ Flo berteriak dalam batin, tentu saja aksi tersebut membuat semua mata terbeliak.
Adegan romantis yang mengejutkan banyak pihak, menerbitkan berbagai spekulasi di masing-masing kepala. Benarkah mereka akan menjadi pasangan suami-istri? Apa gadis itu yakin untuk menjadi istri seorang gigolo?
***
“Jangan mempermainkanku, sebaiknya segera lakukan seperti biasa.” Terdengar suara seorang wanita dari balik pintu, sangat pelan. Namun, menimbulkan desau-desau nada manja yang begitu aneh di telinga Florist.Gadis itu setengah terbeliak, bukankah rumah ini kosong? Namun, siapa yang tengah menimbulkan suara di balik pintu tersebut? Ada dentum tak beraturan, gemuruh cemas melanda seketika sehingga ia menyetel raut pucat di wajah.‘Ada apa ini, apa mereka sudah kembali?’ batinnya dengan sedikit visual ketakutan, merasa mulai cemas atas apa pun yang bisa menimpa saat keluar dari kamar mandi tersebut.Florist Scarletta, gadis cantik yang tengah menenggelamkan sebagian tubuh di bathup. Dia sedang menikmasi sensasi mandi mewah untuk pertama kalinya, terlihat jelas dalam posisi nyaman hingga membuat suara-suara kecil. Bersenandung riang sembari memainkan tangan di dalam busa,benar-benar lupa diri dan melalukan hal tak bermoral. Masuk kamar mandi
Evilda yang sudah mengenakan pakaian rapi sengaja menunggu kemunculan perempuan asing di balik pintu kamar mandi, dia sendiri tidak mengetahui tentang keberadaan orang lain di rumah tersebut. Sebab, sang suami maupun adik iparnya tak menjelaskan apa pun. Namun, melihat wajah Flo sekali lagi membuat istri Jimmy Alvaro tersebut teringat hal penting mengenai sosok yang kini berdiri dengan kepala tertunduk.“Kamu Florist, ‘kan?” tanya Evilda dengan seringai penuh jijik, “perempuan tak tahu malu yang menulis surat cinta untuk Jimmy di masa lalu?”Wanita cantik tersebut masih mempertegas ledekan terhadap gadis yang menunduk cukup dalam, tetapi jelas terlihat kedua tangannya mengepal cukup kuat. Ada emosi tertahan yang tidak ditampakkan. Flo sekuat tenaga mencegah air mata tetap tersimpan di ruang tersembunyi, memberikan sugesti pada diri untuk tidak menangis.‘Kenapa aku harus ketakutan sekarang? Mereka yang melakukan aksi mesum.&rs
Setelah kejadian di kamar pribadi Jimmy Alvaro, Daffin mulai tertarik untuk berpikir serius mengenai perempuan yang tanpa sengaja ia temui. Florist Scarletta, gadis manis itu menarik perhatiannya seketika. Bukan hanya karena memiliki tampilan fisik bagus, tetapi langkah berani yang diambil saat kekacauan terjadi.“Jadi, dia sedang mencoba melindungi perasaan Jimmy, tapi laki-laki itu justru terlihat begitu marah. Ada apa dengan mereka?” gumamnya masih berusaha menemukan jawaban atas semua keganjilan yang ia lihat, “gadis itu menyukai suami Evilda, aku sangat yakin dengan tatapannya saat memandang pria arogan yang super sombong. Namun, kenapa Jimmy lebih marah pada Flo?”Pria itu kembali mengernyit, ia segera mengeluarkan benda pipih canggih dari balik saku celana. Daffin memperbesar gambar di layar, sapuan lembut lidah pada bibir atas menunjukkan keseriusan dalam memerhatikan foto. Tidak terfokus pada bagian tubuh tanpa busana, ia justru mengama
“Sudah menemukan kebenaran di balik baju berserakan di lantai?” Daffin enggan berbasa-basi karena tak ada alasan lain bagi Jimmy untuk menemui dirinya dengan cara tidak terduga. suami Evilda tidak sebodoh itu.Mana mungkin percaya begitu saja. Ia langsung mengatakan apa pun yang ada di balik batok kepala sesaat setelah tiba di ruang VVIP hotel, tempat khusus petinggi perusahaan biasa menempati sebagai area rapat rahasia. Sang pengusaha benar-benar membawa dirinya untuk berbicara empat mata secara serius.Jimmy hanya menarik bibir, membentuk sudut miring. Duduk berhadapan dengan Daffin, sang pengusaha mengambil sebatang rokok di atas meja. Kemudian, menyelipkan di antara bibir sebelum menyulutkan api, kepulan asap melayang bebas di udara.“Hanya akan terus membiarkanku berpikir sendiri?” tambahnya masih tak mau diam meski jelas raut muka Jimmy tidak sedang main-main, Daffin hanya malas jika harus berada di situasi canggung.
Menjadi gigolo bukan satu-satunya perbuatan terkutuk, profesi langka yang ia geluti cukup membuat perubahan besar dalam kehidupan Daffin. Merangkak naik sebagai manusia diperhitungkan, memiliki finansial di atas rata-rata. Tentu saja, dengan penghasilan minimal 25 juta setiap satu kali pertemuan. Itu pun dua kali dalam seminggu dengan pasangan berbeda.Dari pemilik perusahaan ternama hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat, mereka membeli Daffin sesuai kesepakatan harga. Banyak yang mencibir, memandang sebelah mata. Namun, ia tak peduli. Terus melanjutkan hidup, menutup telinga dan mata.Seperti sekarang ini, duduk seorang diri di salah satu restoran cepat saji. Hanya menikmati squash dingin tanpa melepas tatapan dari seorang juru parkir di luar sana. Flo baru datang, menggantikan tukang parkir sebelumnya.“Aku harap, kita tak pernah bertemu lagi. Semoga hari ini hanya mimpi buruk.” Begitulah salam perpisahan sebelum Flo turun dari mobil mili
“Sudah menemukan kebenaran di balik baju berserakan di lantai?” Daffin enggan berbasa-basi karena tak ada alasan lain bagi Jimmy untuk menemui dirinya dengan cara tidak terduga. suami Evilda tidak sebodoh itu.Mana mungkin percaya begitu saja. Ia langsung mengatakan apa pun yang ada di balik batok kepala sesaat setelah tiba di ruang VVIP hotel, tempat khusus petinggi perusahaan biasa menempati sebagai area rapat rahasia. Sang pengusaha benar-benar membawa dirinya untuk berbicara empat mata secara serius.Jimmy hanya menarik bibir, membentuk sudut miring. Duduk berhadapan dengan Daffin, sang pengusaha mengambil sebatang rokok di atas meja. Kemudian, menyelipkan di antara bibir sebelum menyulutkan api, kepulan asap melayang bebas di udara.“Hanya akan terus membiarkanku berpikir sendiri?” tambahnya masih tak mau diam meski jelas raut muka Jimmy tidak sedang main-main, Daffin hanya malas jika harus berada di situasi canggung.
Setelah kejadian di kamar pribadi Jimmy Alvaro, Daffin mulai tertarik untuk berpikir serius mengenai perempuan yang tanpa sengaja ia temui. Florist Scarletta, gadis manis itu menarik perhatiannya seketika. Bukan hanya karena memiliki tampilan fisik bagus, tetapi langkah berani yang diambil saat kekacauan terjadi.“Jadi, dia sedang mencoba melindungi perasaan Jimmy, tapi laki-laki itu justru terlihat begitu marah. Ada apa dengan mereka?” gumamnya masih berusaha menemukan jawaban atas semua keganjilan yang ia lihat, “gadis itu menyukai suami Evilda, aku sangat yakin dengan tatapannya saat memandang pria arogan yang super sombong. Namun, kenapa Jimmy lebih marah pada Flo?”Pria itu kembali mengernyit, ia segera mengeluarkan benda pipih canggih dari balik saku celana. Daffin memperbesar gambar di layar, sapuan lembut lidah pada bibir atas menunjukkan keseriusan dalam memerhatikan foto. Tidak terfokus pada bagian tubuh tanpa busana, ia justru mengama
Evilda yang sudah mengenakan pakaian rapi sengaja menunggu kemunculan perempuan asing di balik pintu kamar mandi, dia sendiri tidak mengetahui tentang keberadaan orang lain di rumah tersebut. Sebab, sang suami maupun adik iparnya tak menjelaskan apa pun. Namun, melihat wajah Flo sekali lagi membuat istri Jimmy Alvaro tersebut teringat hal penting mengenai sosok yang kini berdiri dengan kepala tertunduk.“Kamu Florist, ‘kan?” tanya Evilda dengan seringai penuh jijik, “perempuan tak tahu malu yang menulis surat cinta untuk Jimmy di masa lalu?”Wanita cantik tersebut masih mempertegas ledekan terhadap gadis yang menunduk cukup dalam, tetapi jelas terlihat kedua tangannya mengepal cukup kuat. Ada emosi tertahan yang tidak ditampakkan. Flo sekuat tenaga mencegah air mata tetap tersimpan di ruang tersembunyi, memberikan sugesti pada diri untuk tidak menangis.‘Kenapa aku harus ketakutan sekarang? Mereka yang melakukan aksi mesum.&rs
“Jangan mempermainkanku, sebaiknya segera lakukan seperti biasa.” Terdengar suara seorang wanita dari balik pintu, sangat pelan. Namun, menimbulkan desau-desau nada manja yang begitu aneh di telinga Florist.Gadis itu setengah terbeliak, bukankah rumah ini kosong? Namun, siapa yang tengah menimbulkan suara di balik pintu tersebut? Ada dentum tak beraturan, gemuruh cemas melanda seketika sehingga ia menyetel raut pucat di wajah.‘Ada apa ini, apa mereka sudah kembali?’ batinnya dengan sedikit visual ketakutan, merasa mulai cemas atas apa pun yang bisa menimpa saat keluar dari kamar mandi tersebut.Florist Scarletta, gadis cantik yang tengah menenggelamkan sebagian tubuh di bathup. Dia sedang menikmasi sensasi mandi mewah untuk pertama kalinya, terlihat jelas dalam posisi nyaman hingga membuat suara-suara kecil. Bersenandung riang sembari memainkan tangan di dalam busa,benar-benar lupa diri dan melalukan hal tak bermoral. Masuk kamar mandi