Evilda yang sudah mengenakan pakaian rapi sengaja menunggu kemunculan perempuan asing di balik pintu kamar mandi, dia sendiri tidak mengetahui tentang keberadaan orang lain di rumah tersebut. Sebab, sang suami maupun adik iparnya tak menjelaskan apa pun. Namun, melihat wajah Flo sekali lagi membuat istri Jimmy Alvaro tersebut teringat hal penting mengenai sosok yang kini berdiri dengan kepala tertunduk.
“Kamu Florist, ‘kan?” tanya Evilda dengan seringai penuh jijik, “perempuan tak tahu malu yang menulis surat cinta untuk Jimmy di masa lalu?”
Wanita cantik tersebut masih mempertegas ledekan terhadap gadis yang menunduk cukup dalam, tetapi jelas terlihat kedua tangannya mengepal cukup kuat. Ada emosi tertahan yang tidak ditampakkan. Flo sekuat tenaga mencegah air mata tetap tersimpan di ruang tersembunyi, memberikan sugesti pada diri untuk tidak menangis.
‘Kenapa aku harus ketakutan sekarang? Mereka yang melakukan aksi mesum.’ Flo membatin sembari menyadarkan diri akan situasi yang sedang terjadi, seharusnya dia yang menyeringai karena menangkap basa Evilda berselingkuh di belakang Jimmy.
“Flo!” Panggilan sekaligus kejutan tak terduga, Cleo menerobos masuk disertai Gery yang mengeong cukup keras.
Kucing jantan itu berlari pada adik tuannya, mencoba melompat. Namun, diabaikan karena melihat ketegangan di kamar sang kakak. Perasaannya memang tidak nyaman saat melihat mobil Evilda melintas di jalur menuju rumah, membuat niat pergi ke kampus urung begitu menyadari kakak iparnya pulang lebih awal.
“Maaf, Kak. Aku sudah mengirim chat dan menjelaskan kalau Gery sudah memiliki pengasuh baru, dia ….”
“Dasar tak bergun!” Evilda memotong dengan nada tinggi, dia memang tidak menyukai adik suaminya.
Cleo ikut bungkam karena memang hubungan mereka tidak bagus sejak awal, percuma jika harus berdebat dengan istri kakak kandungnya. Hanya akan memperpanjang situasi buruk, tetapi kemunculan teman masa kecil yang begitu tiba-tiba tentu membuat Evilda semakin kesal. Diliriknya Flo yang masih tertunduk dengan dua tangan memainkan kuku.
‘Mereka sudah menjadi musuh sejak lama, kenapa aku malah meminta Kak Jimmy menerima Flo sebagai perawat Gery?’ Cleo membatin dengan penuh penyesalan, dia bahkan menyalahkan diri sendiri atas pertemuan yang tentu membuat teman masa kecilnya terintimidasi.
“Ada apa ini?” Kembali terdengar pertanyaan, tetapi bukan lagi dari Cleo.
Satu kejutan paling mengagetkan memaksa semuanya terpusat pada sosok yang baru masuk, Jimmy Alvaro sudah menghadiahkan tatap skeptis untuk semua orang. Dia memindai wajah-wajah di dalam ruang pribadinya. Melihat kepanikan serentak di setiap raut muka membuat sang lelaki sanggup menarik kesimpulan cepat dalam otak.
‘Kenapa Kak Jimmy menatap Flo dengan tatap kesal begitu?’ Cleo kembali membatin dengan kening mengeriput saat tatap sang kakak tak biasa, terlihat gusar menuju arah Flo berdiri.
Hal tersebut memaksa dirinya ikut memerhatikan titik tumpu serupa, satu tetes air yang terjatuh dari helai rambut sang teman membuatnya menyipitkan kedua netra. Flo basah, bajunya pun berantakan. Kemudian, sepasang kaki lain tampak, Cleo semakin kaget ketika mendapati pria bertelanjang dada tersenyum manis tanpa rasa bersalah.
“Kak Daffin!” pekik Cleo kaget, sejak kapan laki-laki itu berada di kamar sang kakak?
Tatapannya beralih pada Flo, lalu kembali pada Daffin. Seketika kesimpulan aneh terbentuk, membuat gerakan refleks terjadi. Cleo mundur beberapa langkah saat teman masa kecilnya menggeleng cepat.
“Kalian sedang apa di kamar mandiku?” tanya Jimmy masih memindai Flo yang tertunduk ketakutan, raut misterius ditampakkan oleh pemilik kamar.
Tampaknya Flo lupa mematikan keran, terdengar bunyi air masih mengucur. Mempertegas apa yang terjadi sebelum dirinya tiba, Jimmy menyimpulkan sesuai apa yang terlihat. Dua orang asing tampak berantakan di depan pintu kamar mandi.
Flo mengangkat wajah, membalas tatap tajam Jimmy dengan sorot mengiba. Dia menggeleng pelan, mencoba menjelaskan jika semua yang terlihat tidak benar. Akan tetapi, bagaimana dirinya menjelaskan mengenai Evilda bersama laki-laki yang disebut Daffin tersebut?
‘Apa yang harus aku lakukan sekarang?’ Flo membatin dengan raut kebingungan, dia bahkan mengalihkan tatapan pada Evilda.
Wanita itu justru melebarkan senyum, sama sekali tak menunjukkan penyesalan atau sekadar gugup meski suaminya datang setelah melakukan aksi paling menjijikkan. Jelas-jelas Flo melihat Evilda bersama Daffin, mereka saling menyerang penuh kebuasan nafsu. Namun, kenapa istri Jimmy malah terlihat begitu percaya diri sekarang?
“Kamu akan tetap bungkam tanpa menjelaskan sikap lancang dan menjijikkan ini?” tanya Evilda yang sengaja menunjukkan dukungan untuk sang suami, sama-sama memojokkan Flo sebagai pelaku kejahatan tak bermoral.
Air mata yang semula ditahan sekuat tenaga tak terbendung, tudingan Jimmy lebih menyakitkan dibanding hinaan Evilda. Laki-laki itu tanpa bertanya langsung menusuk tanpa ampun, membuat perih dan sesak walau sekadar menarik napas. Kenapa menjadi dirinya yang melakukan kesalahan?
“Apa yang salah dengan meminjam kamar mandi saat tuan rumah tidak di tempat?” balas Daffin yang sejak semula hanya diam, dia bahkan merangkul Flo tanpa sungkan.
“Keluar!” bentak Jimmy dengan tatap tajam menikam, enggan menunjukkan sikap bersahabat.
“Maaf, Pak Jimmy. Rasa rindu pada wanitaku mengalahkan akal sehat. Sebagai pria, Anda pasti setuju jika dia ....” Daffin sengaja menghentikan ucapan sembari menunduk, “sangat menggairahkan.”
Flo melotot tajam, tetapi tak berkutik ketika tangan Daffin yang lain menarik hidung miliknya. Bersikap akrab dan sangat natural. Semua terlihat begitu nyata, tanpa merasa sungkan atau terselimuti perasaan bersalah.
“Maaf, Sayang. Aku tak tahu jika mereka di kamar mandi, langsung masuk begitu saja, dan memergoki orang asing membuatku shock. Lain kali, beri tahu istrimu jika merekrut babu baru.” Evilda sengaja menimpali dengan tangan mengapit lengan sang suami, dia sengaja menunjukkan hak atas kepemilikan terhadap laki-laki tersebut.
Jimmy tak menanggapi, ia melepaskan diri dari sang istri. Melangkah tanpa melepas tatap dari wajah Daffin, tetapi ekor mata menangkap hal ganjil lain. Blezzer hitam di lantai, itu milik istrinya.
“Maafkan kami, Kak.” Flo membuka mulut untuk pertama kali, menguatkan diri untuk menyentuh pinggang pria asing yang baru pertama kali ia temui.
Dia memang harus mengikuti permainan Daffin jika tak mau Jimmy terluka, pria itu akan menemukan fakta mengerikan jika sampai menyadari tentang pakaian istrinya yang masih berada di lantai. Sebab, jenis jaket santai tersebut justru akan lebih sesuai dengan rok yang dikenakan Evilda. Saat ini, lebih baik membuat dirinya semakin tampak buruk di mata cinta pertamanya.
“Aku memintanya datang karena tak ada siapa pun di rumah ini.” Pengakuan dengan nada bergetar ini membuat semua orang kaget, termasuk Daffin yang tersentak.
Ada apa dengan gadis di sampingnya? Di mana dia menanggalkan ketakutan dan rasa bersalah saat ini? Kemunculan Jimmy membuat sisi lain dari Flo muncul ke permukaan, pembawaannya jauh lebih tenang dibanding sebelumnya.
“Kamu yakin dengan ucapan yang baru saja dilontarkan?” Jimmy masih menyelidik dengan tatap lembut diberikan pada Flo yang sudah tersenyum senang dengan anggukan pasti, “laki-laki ini … kamu benar-benar mengenalnya?”
“Tentu saja, aku bahkan sengaja mengundang dia ke sini untuk mengenalkan pada kalian. Dia bukan hanya kekasih, kami memutuskan untuk menikah. Jadi ....”
“Kapan?” Jimmy langsung menghentikan ocehan Flo, dia menyadari kebohongan yang tengah dikarang secara spontan.
“Secepatnya.” Flo pun memberikan jawaban tegas, tetapi masih diterjemahkan ambigu oleh Jimmy.
“Tepatnya?” balas Jimmy yang sepertinya memang sengaja menyudutkan Flo, pria itu menunggu tanpa berkedip.
Florist tak segera menjawab, dia melirik Daffin yang tampak memainkan rambut basahnya. Tidak peduli pada setiap tanya yang dilontarkan Jimmy, membiarkan sang gadis tersudut seorang diri. Namun, pikirannya justru dipenuhi rasa penasaran, kenapa tak mengatakan yang sebenarnya?
“Kenapa Kakak perlu tahu?” balas Flo sembari mengangkat wajah lebih percaya diri, sementara cengkeraman di pinggang Daffin cukup menyisakan sakit hingga pria itu meringis.
Giliran Jimmy yang membeku, kedua tangan pria itu terkepal. Sikap aneh keduanya justru menarik lengkung bibir Daffin lebih sempurna, ia menangkap sorot tak biasa pada masing-masing wajah. Ada apa di antara mereka?
“Jawab saja pertanyaanku, apa kamu yakin mengenal pria busuk ini?” Jimmy kembali bertanya dengan visual wajah penuh amarah, semakin membuat Daffin yakin akan kesimpulan di dalam kepala.
Flo memantapkan hati, satu-satunya orang yang bisa mengembalikan situasi pada mode normal adalah dirinya. Ia tak ingin Cleo semakin disudutkan oleh Evilda, disalahkan atas semua kejadian siang ini. Namun, alasan utama mengambil risiko memang tak ingin Jimmy terluka.
“Aku yakin, Tuhan mengirimnya sebagai jodoh terbaik untukku.” Flo menanggapi dengan senyum manis, menunjukkan kesungguhan seolah mereka memang sudah ditakdirkan untuk bersama.
Kepalan tangan Jimmy terlepas, terlihat tubuh itu berbalik sempurna. Mengibaskan tangan ketika Evilda mencoba mendekat kembali, ia memilih keluar kamar diikuti istri beserta sang adik. Menyisakan sepasang kekasih dadakan.
“Mau menamparku?” tanya Daffin masih melucu ketika dorongan cepat dilakukan oleh Flo, gadis itu hanya mengarahkan tatap penuh amarah.
Kedua mata sang gadis memerah, menahan luapan amarah sekaligus malu. Mengangkat tangan tinggi-tinggi, tetapi tertahan di udara. Kemudian, mengeluarkan napas dengan kesal sebagai bentuk pelampiasan rasa kesal.
“Jangan pergi!” tahan Daffin ketika Flo bermaksud keluar dari kamar tersebut, “kita harus menyempurnakan kebohongan ini dengan keluar bersama sebagai sepasang kekasih romantis.”
Sekali lagi Flo berbalik dengan raut kesal. Namun, segera membuang wajah ketika debar tak beraturan justru menguasai kesadaran, perut kotak-kotak milik Daffin memaksa mata berbinar. Dia mulai mengutuk diri sendiri, sangat mudah tergoda oleh pesona tersebut.
“Kenapa aku harus patuh padamu?” sangkalnya sembari kembali mengayunkan kaki, enggan berlama-lama berada di ruang sama dengan laki-laki selingkuhan Evilda.
“Karena Jimmy akan terluka kalau kamu pergi sekarang,” jawab Daffin yang kembali memaku kedua kaki Flo di tempat, “apa aku salah kalau tindakan penuh kejutan darimu hanya untuk melindungi perasaan laki-laki itu?”
Florist semakin menegang mendengar pertanyaan terakhir dari Daffin, pria itu justru membuat dirinya harus berpikir ulang untuk mengambil langkah. Siapa sebenarnya laki-laki yang sedang bersama istri Jimmy Alvaro tersebut? Dia merasa takdir sedang menjebaknya untuk berurusan dengan manusia asing yang cukup brengsek.
***
Setelah kejadian di kamar pribadi Jimmy Alvaro, Daffin mulai tertarik untuk berpikir serius mengenai perempuan yang tanpa sengaja ia temui. Florist Scarletta, gadis manis itu menarik perhatiannya seketika. Bukan hanya karena memiliki tampilan fisik bagus, tetapi langkah berani yang diambil saat kekacauan terjadi.“Jadi, dia sedang mencoba melindungi perasaan Jimmy, tapi laki-laki itu justru terlihat begitu marah. Ada apa dengan mereka?” gumamnya masih berusaha menemukan jawaban atas semua keganjilan yang ia lihat, “gadis itu menyukai suami Evilda, aku sangat yakin dengan tatapannya saat memandang pria arogan yang super sombong. Namun, kenapa Jimmy lebih marah pada Flo?”Pria itu kembali mengernyit, ia segera mengeluarkan benda pipih canggih dari balik saku celana. Daffin memperbesar gambar di layar, sapuan lembut lidah pada bibir atas menunjukkan keseriusan dalam memerhatikan foto. Tidak terfokus pada bagian tubuh tanpa busana, ia justru mengama
“Sudah menemukan kebenaran di balik baju berserakan di lantai?” Daffin enggan berbasa-basi karena tak ada alasan lain bagi Jimmy untuk menemui dirinya dengan cara tidak terduga. suami Evilda tidak sebodoh itu.Mana mungkin percaya begitu saja. Ia langsung mengatakan apa pun yang ada di balik batok kepala sesaat setelah tiba di ruang VVIP hotel, tempat khusus petinggi perusahaan biasa menempati sebagai area rapat rahasia. Sang pengusaha benar-benar membawa dirinya untuk berbicara empat mata secara serius.Jimmy hanya menarik bibir, membentuk sudut miring. Duduk berhadapan dengan Daffin, sang pengusaha mengambil sebatang rokok di atas meja. Kemudian, menyelipkan di antara bibir sebelum menyulutkan api, kepulan asap melayang bebas di udara.“Hanya akan terus membiarkanku berpikir sendiri?” tambahnya masih tak mau diam meski jelas raut muka Jimmy tidak sedang main-main, Daffin hanya malas jika harus berada di situasi canggung.
Menjadi gigolo bukan satu-satunya perbuatan terkutuk, profesi langka yang ia geluti cukup membuat perubahan besar dalam kehidupan Daffin. Merangkak naik sebagai manusia diperhitungkan, memiliki finansial di atas rata-rata. Tentu saja, dengan penghasilan minimal 25 juta setiap satu kali pertemuan. Itu pun dua kali dalam seminggu dengan pasangan berbeda.Dari pemilik perusahaan ternama hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat, mereka membeli Daffin sesuai kesepakatan harga. Banyak yang mencibir, memandang sebelah mata. Namun, ia tak peduli. Terus melanjutkan hidup, menutup telinga dan mata.Seperti sekarang ini, duduk seorang diri di salah satu restoran cepat saji. Hanya menikmati squash dingin tanpa melepas tatapan dari seorang juru parkir di luar sana. Flo baru datang, menggantikan tukang parkir sebelumnya.“Aku harap, kita tak pernah bertemu lagi. Semoga hari ini hanya mimpi buruk.” Begitulah salam perpisahan sebelum Flo turun dari mobil mili
“Jangan mempermainkanku, sebaiknya segera lakukan seperti biasa.” Terdengar suara seorang wanita dari balik pintu, sangat pelan. Namun, menimbulkan desau-desau nada manja yang begitu aneh di telinga Florist.Gadis itu setengah terbeliak, bukankah rumah ini kosong? Namun, siapa yang tengah menimbulkan suara di balik pintu tersebut? Ada dentum tak beraturan, gemuruh cemas melanda seketika sehingga ia menyetel raut pucat di wajah.‘Ada apa ini, apa mereka sudah kembali?’ batinnya dengan sedikit visual ketakutan, merasa mulai cemas atas apa pun yang bisa menimpa saat keluar dari kamar mandi tersebut.Florist Scarletta, gadis cantik yang tengah menenggelamkan sebagian tubuh di bathup. Dia sedang menikmasi sensasi mandi mewah untuk pertama kalinya, terlihat jelas dalam posisi nyaman hingga membuat suara-suara kecil. Bersenandung riang sembari memainkan tangan di dalam busa,benar-benar lupa diri dan melalukan hal tak bermoral. Masuk kamar mandi
Menjadi gigolo bukan satu-satunya perbuatan terkutuk, profesi langka yang ia geluti cukup membuat perubahan besar dalam kehidupan Daffin. Merangkak naik sebagai manusia diperhitungkan, memiliki finansial di atas rata-rata. Tentu saja, dengan penghasilan minimal 25 juta setiap satu kali pertemuan. Itu pun dua kali dalam seminggu dengan pasangan berbeda.Dari pemilik perusahaan ternama hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat, mereka membeli Daffin sesuai kesepakatan harga. Banyak yang mencibir, memandang sebelah mata. Namun, ia tak peduli. Terus melanjutkan hidup, menutup telinga dan mata.Seperti sekarang ini, duduk seorang diri di salah satu restoran cepat saji. Hanya menikmati squash dingin tanpa melepas tatapan dari seorang juru parkir di luar sana. Flo baru datang, menggantikan tukang parkir sebelumnya.“Aku harap, kita tak pernah bertemu lagi. Semoga hari ini hanya mimpi buruk.” Begitulah salam perpisahan sebelum Flo turun dari mobil mili
“Sudah menemukan kebenaran di balik baju berserakan di lantai?” Daffin enggan berbasa-basi karena tak ada alasan lain bagi Jimmy untuk menemui dirinya dengan cara tidak terduga. suami Evilda tidak sebodoh itu.Mana mungkin percaya begitu saja. Ia langsung mengatakan apa pun yang ada di balik batok kepala sesaat setelah tiba di ruang VVIP hotel, tempat khusus petinggi perusahaan biasa menempati sebagai area rapat rahasia. Sang pengusaha benar-benar membawa dirinya untuk berbicara empat mata secara serius.Jimmy hanya menarik bibir, membentuk sudut miring. Duduk berhadapan dengan Daffin, sang pengusaha mengambil sebatang rokok di atas meja. Kemudian, menyelipkan di antara bibir sebelum menyulutkan api, kepulan asap melayang bebas di udara.“Hanya akan terus membiarkanku berpikir sendiri?” tambahnya masih tak mau diam meski jelas raut muka Jimmy tidak sedang main-main, Daffin hanya malas jika harus berada di situasi canggung.
Setelah kejadian di kamar pribadi Jimmy Alvaro, Daffin mulai tertarik untuk berpikir serius mengenai perempuan yang tanpa sengaja ia temui. Florist Scarletta, gadis manis itu menarik perhatiannya seketika. Bukan hanya karena memiliki tampilan fisik bagus, tetapi langkah berani yang diambil saat kekacauan terjadi.“Jadi, dia sedang mencoba melindungi perasaan Jimmy, tapi laki-laki itu justru terlihat begitu marah. Ada apa dengan mereka?” gumamnya masih berusaha menemukan jawaban atas semua keganjilan yang ia lihat, “gadis itu menyukai suami Evilda, aku sangat yakin dengan tatapannya saat memandang pria arogan yang super sombong. Namun, kenapa Jimmy lebih marah pada Flo?”Pria itu kembali mengernyit, ia segera mengeluarkan benda pipih canggih dari balik saku celana. Daffin memperbesar gambar di layar, sapuan lembut lidah pada bibir atas menunjukkan keseriusan dalam memerhatikan foto. Tidak terfokus pada bagian tubuh tanpa busana, ia justru mengama
Evilda yang sudah mengenakan pakaian rapi sengaja menunggu kemunculan perempuan asing di balik pintu kamar mandi, dia sendiri tidak mengetahui tentang keberadaan orang lain di rumah tersebut. Sebab, sang suami maupun adik iparnya tak menjelaskan apa pun. Namun, melihat wajah Flo sekali lagi membuat istri Jimmy Alvaro tersebut teringat hal penting mengenai sosok yang kini berdiri dengan kepala tertunduk.“Kamu Florist, ‘kan?” tanya Evilda dengan seringai penuh jijik, “perempuan tak tahu malu yang menulis surat cinta untuk Jimmy di masa lalu?”Wanita cantik tersebut masih mempertegas ledekan terhadap gadis yang menunduk cukup dalam, tetapi jelas terlihat kedua tangannya mengepal cukup kuat. Ada emosi tertahan yang tidak ditampakkan. Flo sekuat tenaga mencegah air mata tetap tersimpan di ruang tersembunyi, memberikan sugesti pada diri untuk tidak menangis.‘Kenapa aku harus ketakutan sekarang? Mereka yang melakukan aksi mesum.&rs
“Jangan mempermainkanku, sebaiknya segera lakukan seperti biasa.” Terdengar suara seorang wanita dari balik pintu, sangat pelan. Namun, menimbulkan desau-desau nada manja yang begitu aneh di telinga Florist.Gadis itu setengah terbeliak, bukankah rumah ini kosong? Namun, siapa yang tengah menimbulkan suara di balik pintu tersebut? Ada dentum tak beraturan, gemuruh cemas melanda seketika sehingga ia menyetel raut pucat di wajah.‘Ada apa ini, apa mereka sudah kembali?’ batinnya dengan sedikit visual ketakutan, merasa mulai cemas atas apa pun yang bisa menimpa saat keluar dari kamar mandi tersebut.Florist Scarletta, gadis cantik yang tengah menenggelamkan sebagian tubuh di bathup. Dia sedang menikmasi sensasi mandi mewah untuk pertama kalinya, terlihat jelas dalam posisi nyaman hingga membuat suara-suara kecil. Bersenandung riang sembari memainkan tangan di dalam busa,benar-benar lupa diri dan melalukan hal tak bermoral. Masuk kamar mandi