Share

7 - Pertunjukan Maut

Di tempatnya, Seta menduga-duga apa yang bakal dilakukan begundal-begundal tersebut. Tatapan matanya terarah pada sang isteri yang terbaring lemah. Tiba-tiba saja satu pikiran buruk terlintas di kepalanya.

"Oh, tidak!" seru Seta tanpa sadar. Kepalanya digeleng-gelengkan sekeras-keras mungkin, berusaha mengusir bayangan-bayangan buruk tersebut.

"Seta, aku harap kau senang dengan pertunjukan yang kami suguhkan ini," kata Ranajaya, membuat sang prajurit memusatkan perhatian ke depan.

Lagi-lagi Ranajaya beri isyarat kepala pada salah satu anak buahnya. Yang diberi isyarat tertawa-tawa senang sembari usap-usap bagian pangkal pahanya.

Gerakan tangan orang itu membuat Seta terkesiap. Bayangan-bayangan buruk tadi kembali muncul di kepalanya.

Benar saja. Lelaki tersebut mendekati batu besar di mana isteri Seta berada. Begitu berada di tepian batu, enak saja tangan lelaki itu mengusap-usap kemaluan si perempuan. Semua dilakukan sembari terus tertawa-tawa senang.

Kehormatannya disentuh secara kurang ajar begitu, isteri Seta menjerit. Sepasang pahanya dikatupkan erat-erat, sebisa mungkin berusaha menjaga bagian kewanitaannya.

Sayang, usaha itu sia-sia belaka. Dalam sekali sentak saja lelaki bercambang bauk berhasil menyibakkan sepasang kaki mulus itu.

"Jahanam!" Seta menggeram marah. Digerakkannya kedua tangannya sekuat tenaga, mencoba lepas dari ikatan. Sayang, usahanya tak membuahkan hasil.

Ketika anak buah Ranajaya mulai menggagahi isterinya, Seta langsung tundukkan pandangan. Tubuhnya seketika bergetar hebat menahan kemarahan yang memuncak.

Terlebih ketika sepasang telinganya mendengar suara sang isteri menjerit-jerit. Juga suara tawa terbahak-bahak para lelaki jahanam.

"Seta, kenapa kau tundukkan kepalamu? Lihatlah, isterimu sungguh menikmati permainan ini," terdengar suara Ranajaya, diikuti gelak tawa membahana.

Sekali lagi Seta gerakkan tangannya sekuat tenaga, coba memutus tali-temali yang mengikat sekujur tubuhnya. Namun semakin kuat ia mencoba, justru kulitnya yang menjadi perih luar biasa. Tekanan tali terasa sampai ke tulang.

Putus asa, Seta berteriak sekeras-kerasnya. Suara teriakan sang prajurit memenuhi seisi gua. Membuat telinganya tak lagi mendengar suara rintihan bercampur tangis isterinya, juga suara gelak tawa para lelaki jahanam itu.

Sementara di tempatnya, saat meronta-ronta di bawah tindihan si lelaki penjahat, isteri Seta secara tak sengaja memutus tali pengikat tangannya. Ikatan perempuan itu agaknya memang tidak terlalu kencang.

Isteri Seta lantas melihat sebuah parang tergeletak tak jauh dari kakinya. Tanpa pikir panjang diraihnya senjata tersebut, kemudian bangkit dan duduk.

Bersamaan dengan itu tangannya bergerak sangat cepat. Parang di tangan diayunkan ke arah selangkangan.

Crraasss!

"Aaaaaaa!"

Satu jeritan melolong terdengar keras. Diiringi pekik tertahan beberapa orang lain.

Di tempatnya, Seta yang merasa penasaran segera buka kedua kelopak matanya. Seketika itu pula sepasang matanya membeliak besar. Tak percaya pada apa yang telah dilakukan oleh isterinya.

Di batu besar yang menjadi pembaringan tempat isterinya disandera, Seta melihat lelaki yang tadi menggauli perempuan itu terjajar mundur dengan wajah ngeri. Kedua tangan lelaki tersebut memegangi bagian kemaluan.

"Perempuan keparat!" jerit lelaki tersebut dengan suara tertahan.

Berkali-kali tangan si lelaki meraba-raba ke pangkal paha, tapi benda yang ia cari tak ada. Yang terasa oleh telapaknya hanya hangat dan basah darah mengucur.

Isteri Seta terlihat menyeringai aneh. Pandangannya diarahkan sekilas pada sang suami, yang balas memandang dengan tatapan bingung. Kejap berikutnya parang di tangan perempuan itu kembali bergerak cepat.

"Tidak! Jangan!" pekik Seta yang langsung dapat menduga apa yang akan dilakukan isterinya.

Namun terlambat! Tak ada yang dapat mencegah. Parang tersebut menembus pertengahan dada isteri Seta. Terdengar suaranya mengeluh tertahan, lalu tubuh polos itu terbanting jatuh dengan keras. Darah membasahi seluruh permukaan batu besar.

Paras Seta menegang. Sepasang matanya melotot besar, menatap tak percaya pada pemandangan di hadapannya. Sekejap kemudian ia menjerit sekali lagi.

"Tidaaaaaaaaaak!"

)|(

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status