Dengan demikian, Rico dan bawahannya hanya bisa meninggalkan rumah lama Keluarga Safira dengan membawa jenazah King Kong. Sebelum pergi, Rico tidak lupa memperlihatkan kebenciannya terhadap Afkar."Buset! Kak Afkar, kekuatanmu sudah sampai tingkat apa? Mereka ahli bela diri tingkat gulita. Kamu malah melukai dan membunuh mereka dengan satu tendangan? Luar biasa!" puji Fadly.Sejak Afkar menyembuhkan Gwen, sikap Fadly terhadapnya langsung berubah 180 derajat. Padahal, Fadly terkenal angkuh dan keras kepala. Kini, tatapan Fadly bahkan penuh kekaguman, seolah-olah dirinya adalah adik kandung Afkar.Suasana di rumah lama masih terasa menegangkan. Mereka terus mengatakan Afkar hanya seorang pecundang yang mendapat perlindungan dari Keluarga Safira.Alhasil, Melvin yang merupakan ahli bela diri terkuat di Keluarga Safira tidak bisa mengalahkan King Kong, sedangkan Afkar langsung membunuh King Kong hanya dengan satu tendangan. Apa Afkar membutuhkan perlindungan mereka?Setelah pulih dari kete
Afkar memanggil Harun dan Gauri dengan sebutan ayah dan ibu karena mereka adalah orang tua Felicia. Selain itu, bisa dilihat mereka masih peduli pada Felicia.Namun, Afkar tidak bisa memanggil Erlin dengan sebutan nenek. Yang ada di mulut Erlin sejak tadi hanya keuntungan, seolah-olah cucunya adalah barang yang bisa ditukar dengan Keluarga Sanjaya untuk mendapat uang.Erlin sama sekali tidak peduli dengan perasaan dan kebahagiaan Felicia. Jadi, orang seperti ini tidak pantas dipanggil nenek.Sebelum Erlin menanggapi, Harun sudah berkata dengan suara rendah, "Oke. Kalau kamu berhasil, kami akan mengakui pernikahan kalian, bahkan membantu kalian mengadakan pesta yang meriah. Gimana?"Felicia tertegun sesaat. Dia menatap ayahnya dengan terkejut. Afkar pun menatap Harun lekat-lekat. Kemudian, dia mengangguk dan menyetujuinya, "Oke, sepakat!""Harun, omong kosong apa yang kamu bicarakan?" bentak Erlin sambil memukul pegangan kursi.Harun menarik napas dalam-dalam sebelum menyahut, "Ibu, man
"Shafa, ayo sapa Paman Fadly."Pukul 4.30 sore, di depan pintu masuk TK, Afkar menggandeng tangan Shafa sambil menunjuk Fadly.Shafa menyapa dengan agak takut, "Halo, Paman.""Itu juga paman-pamanmu. Ayo disapa." Afkar menunjuk kedua bawahan Fadly."Halo, Paman," sapa Shafa lagi.Jarel dan Elang merespons sambil tersenyum. Mereka mafia, tetapi tersenyum kepada seorang anak kecil. Ini terkesan agak aneh.Fadly berjongkok, lalu menggendong Shafa. "Haha. Ini keponakanku. Sini, cium Paman."Sore hari, Fadly mengikuti Afkar dan Felicia meninggalkan rumah lama Keluarga Safira. Dia bersikeras mengajak Afkar ke Kasino Golden. Jika menang, uangnya menjadi milik Afkar. Jika kalah, Fadly yang akan menanggungnya.Setelah tahu Afkar harus menjemput putrinya, Fadly pun ikut dengan membawa kedua bawahannya. Kata Fadly, kelak Jarel dan Elang yang bertanggung jawab mengantar jemput Shafa. Afkar tidak mungkin butuh perlindungannya, makanya Fadly mengincar Shafa agar hubungannya dengan Afkar bisa lebih d
Setelah Afkar dan lainnya meninggalkan hotel, mereka menunggu di mobil selama setengah jam. Namun, Fadly masih tidak terlihat."Kenapa lama sekali? Fadly mau minum sebanyak apa?" gerutu Felicia sambil mengernyit."Coba kuperiksa." Afkar menyuruh Felicia menjaga Shafa, lalu dia kembali ke hotel.Sebelum masuk ke ruang privat, terdengar ejekan dari dalam."Fadly, kamu nggak menghargai kami ya? Baru minum beberapa gelas sudah muntah?""Gimana kamu bisa mendapat cinta Gwen kalau cupu begini?"Afkar mendorong pintu dan masuk. Terlihat Fadly bersandar di meja sambil muntah di tong sampah. Di sisi lain, pria bernama Marcel mendorong segelas anggur putih penuh ke hadapan Fadly."Habiskan! Aku minum lebih banyak dari kamu! Jangan pura-pura jadi pria baik di sini!" cela Marcel dengan angkuh."Makanya! Hari ini kamu dan Kak Marcel lomba minum. Yang kalah harus menjauh dari Gwen!""Ayo minum! Gwen paling nggak suka pria lemah lho! Hahaha ...."Kedua pria yang mengikuti Marcel turut memprovokasi Fa
Sahabat Gwen bernama Izora. Keluarganya punya bisnis batu giok yang besar. Izora sangat dekat dengan Naufal, jadi tentu berada di pihak Marcel."Muntah darah? Kalaupun Marcel muntah darah, aku nggak bakal!" seru Fadly dengan yakin. Tangan di punggungnya memberinya keberanian besar."Oke, kamu yang bilang. Hari ini kalau aku nggak membuatmu sekarat, aku ikut margamu!" Marcel merasa makin tertantang.Di depan Gwen, kedua tuan muda ini tidak akan menunjukkan kelemahan mereka. Afkar pun melirik Gwen. Wanita ini tampak menunduk, seolah-olah kejadian di depan tidak ada urusan dengannya.Afkar tak kuasa menggeleng. Tindakan Marcel dan Fadly ini mungkin hanya lelucon bagi Gwen. Akan tetapi, Afkar tetap akan membantu Fadly. Bagaimana Fadly memenangkan hati Gwen, itu bukan urusannya lagi.Dengan demikian, Fadly dan Marcel melangsungkan kompetisi minum yang sengit. Mereka minum tanpa henti. Sejak Afkar masuk, mereka sudah hampir minum 1 kilogram anggur putih.Wajah Marcel pun mulai memerah. Terli
"Spirytus? Minum langsung dari botol? Omong kosong apa yang kamu katakan?" Kelopak mata Marcel berkedut."Fadly, ini kakak iparmu? Dia punya dendam denganmu ya? Sepertinya dia ingin membunuhmu." Naufal menunjuk Afkar sambil tersenyum sinis."Mau jadi pusat perhatian ya? Cih!" Izora mencibir. Dia benar-benar meremehkan Afkar."Kamu berani nggak? Kalau nggak berani, minggir sana!" tanya Afkar yang menunjuk Naufal balik.Naufal mencampurkan anggur putih dengan anggur merah jelas karena berniat jahat pada Fadly. Makanya, Afkar tidak akan sungkan-sungkan lagi. Belum tentu mereka yang akan kalah!"Sialan! Memangnya Fadly berani? Kalau dia berani, aku juga berani!" seru Naufal yang menggebrak meja dengan geram."Oke!" Afkar mengangguk, lalu menepuk bahu Fadly sambil bertanya, "Di sini ada minuman keras seperti itu, 'kan? Suruh staf bawakan kemari."Sudut bibir Fadly berkedut. Dia menatap Afkar beberapa saat, lalu akhirnya menggertakkan gigi dan mengiakan, "Oke."Dari tatapan Afkar, Fadly bisa
Naufal memuntahkan darah. Wajahnya memerah. Dia terlihat sangat kesakitan. Naufal mencengkeram lehernya dengan kedua tangan. Dia merasa kerongkongan hingga ususnya terbakar.Pfft! Lagi-lagi, Naufal memuntahkan darah. Sungguh pemandangan yang mengerikan!"Ah!" Izora berteriak kaget. Gwen juga terkejut hingga menutup mulutnya.Marcel dan Kenzo buru-buru maju untuk memapah Naufal, tetapi Naufal mendorong mereka dan memuntahkan darah lagi. Penampilannya ini terlihat sangat mengerikan."Fadly, kubunuh kamu!" bentak Marcel. Kemudian, dia mengeluarkan pistol dan mengarahkannya kepada Fadly.Fadly terkekeh-kekeh dan bertanya, "Kenapa? Nggak bisa terima kekalahan kalian ya? Tembak saja kalau berani. Ayo. Hari ini, jangan harap kalian bisa keluar hidup-hidup!"Fadly berdecak dalam hati. Dia tidak menyangka spirytus 96% begitu menakutkan. Kini, dia baru memahami rencana Afkar. Fadly merasa kakak iparnya ini benar-benar mengagumkan.Meskipun demikian, Fadly sama sekali tidak bersalah terhadap Nauf
Gwen menghampiri Afkar dan bertanya dengan suara rendah, "Apa ini obat yang ingin kamu minta ayahku bantu promosikan?""Bukan," sahut Afkar sambil menggeleng. Tangannya terulur ke depan, hendak mengambil botol obat itu kembali dari Gwen.Ucapan Daru di telepon dan sikap Gwen hari ini membuat Afkar sangat kecewa. Dia tidak ingin berhubungan lagi dengan Keluarga Bahari.Namun, Gwen bereaksi cepat dan segera menyembunyikan botol obat itu di belakang tubuhnya. Dia kesal dengan reaksi Afkar dan berucap dengan ekspresi dingin, "Ngapain kamu? Mau merebutnya dari tanganku?"Gwen mendengus dan melanjutkan, "Berikan aku beberapa botol lagi. Aku mau bawa pulang supaya ayahku bisa mengetesnya. Kalau khasiatnya benaran bagus, kami akan pertimbangkan untuk mempromosikannya di militer.""Nggak perlu," ucap Afkar dengan datar."Nggak perlu?" ulang Gwen dengan heran. Dia tidak menyangka bahwa Afkar akan menolak.Detik berikutnya, Gwen berkata dengan nada jengkel, "Apa bagusnya obatmu? Kalau nggak mau y
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran