Begitu mendengarnya, Gauri langsung terkekeh-kekeh dan menyindir balik, "Jadi, kalau langsung menyerahkan Afkar kepada mereka, berarti mementingkan situasi keseluruhan? Kamu begitu menghormati Aldo? Bagaimanapun, Afkar adalah menantu Keluarga Safira."Gauri tidak bisa membantah saat Erlin bicara. Namun, Gauri tidak akan membiarkan Renhad sekeluarga bertindak semena-mena.Seketika, anggota Keluarga Safira menjadi berbeda pendapat. Ada yang setuju Afkar diserahkan, ada yang tidak.Selain Fadly, seluruh anggota Keluarga Safira meremehkan Afkar, termasuk Harun dan Gauri. Akan tetapi, jika mereka menuruti keinginan Rico begitu saja, bukankah itu akan mencoreng reputasi Keluarga Safira? Keluarga Safira akan terkesan takut pada Aldo.Fadly sangat menentang keputusan neneknya. Dia sampai menegaskan kepada semua orang. Jika Keluarga Safira tidak melindungi Afkar, dia yang akan turun tangan."Bawa orang kemari. Suruh mereka berjaga di depan pintu." Fadly sampai menelepon bawahannya untuk melindu
Setelah Afkar dan Felicia masuk, mereka langsung melihat dua sosok bertarung di halaman. Sementara itu, anggota Keluarga Safira dan pihak Rico berdiri di kedua sisi untuk menonton.Yang bertarung dengan King Kong adalah Melvin, ahli bela diri Keluarga Safira. Melvin adalah anak yatim piatu yang diadopsi Keluarga Safira sejak kecil. Makanya, dia sangat setia dan marganya juga Safira. Melvin juga ahli bela diri tingkat gulita tahap awal. Dia bersaing ketat dengan King Kong.Begitu melihat Felicia dan Afkar, tatapan semua orang langsung tertuju pada mereka. Rico sontak memekik dengan galak, "Dasar bajingan! Rupanya kamu berani datang!"Anggota Keluarga Safira juga mengamati Afkar. Selain Fadly dan Renhad sekeluarga, ini pertama kali mereka melihat Afkar.Ekspresi Harun dan Gauri tampak dingin. Mereka tidak menutupi rasa jijik mereka sedikit pun. Meskipun tidak setuju Afkar diserahkan kepada Rico, bukan berarti mereka mengakui status Afkar sebagai menantu.Sekalipun tahu Afkar menguasai se
Felicia tidak merespons ucapan Afkar. Sementara itu, Harun mendengus dan menyahut, "Dasar bodoh. Kamu kira Keluarga Safira mau melindungimu? Ini cuma kesempatan yang kami dan Fadly perjuangkan untukmu.""Oh." Afkar menanggapi secara singkat, lalu menoleh menatap Felicia.Felicia baru teringat untuk memperkenalkan, "Ini ayah dan ibuku."Afkar tersenyum, lalu membungkuk dan menyapa, "Ayah, Ibu.""Siapa pula ibumu? Jangan sok dekat. Kami cuma nggak mau Keluarga Safira malu. Jangan sampai orang kira kami takut pada Aldo," ucap Gauri sambil mengernyit dengan kesal."Ibu, kamu benaran cantik. Aku kira kamu kakak Felicia. Pantas saja, istriku begitu cantik," sanjung Afkar tersenyum menyipitkan mata. Dia sama sekali tidak marah.Begitu mendengarnya, Gauri termangu sesaat. Kemudian, dia memelototi Afkar. Sebenarnya, dia merasa senang mendengar pujian seperti itu. Wanita mana yang tidak suka dipuji muda dan cantik."Dasar licik!" tegur Harun dengan ekspresi dingin. Hanya saja, tatapannya saat me
Rico tersenyum mencemooh sambil menatap Afkar. Kemudian, dia mengangguk dan menyetujui, "Oke, aku setuju. Anggap saja aku menghargai keputusanmu."Bisa membuat Afkar berlutut minta maaf dan menampar diri sendiri sudah sangat memuaskan bagi Rico. Paling-paling dia akan mempermalukan Afkar habis-habisan hari ini, lalu mencari kesempatan di lain hari untuk membunuhnya."Ide bagus.""Nenek memang bijaksana.""Dengan cara ini, nama baik Keluarga Safira nggak bakal tercoreng dan kita terhindar dari konflik.""Ya. Lagian, yang berlutut minta maaf cuma seorang pecundang.""Semua orang tahu dia cuma anjing Keluarga Safira. Anjing kita menggigit Pak Rico, jadi harus minta maaf. Yang penting kita nggak menyerahkannya kepada pihak lawan. Ini sudah sangat menjaga harga diri kita."Seluruh Keluarga Safira sibuk berdiskusi. Kali ini, tidak ada yang keberatan dengan keputusan Erlin. Semuanya menyatakan setuju.Harun dan Gauri bertatapan, tetapi tidak mengatakan apa pun lagi. Sementara itu, Viola mende
Bam! Bam! Seiring terdengarnya suara benturan, Melvin dan King Kong terhempas satu per satu. Seketika, suasana di halaman menjadi sunyi senyap. Tidak ada lagi tawa. Semua orang memelototi Afkar dengan ekspresi membeku.Apa? Kedua ahli bela diri tingkat gulita ditendang oleh seorang pecundang hingga terhempas?Setelah terlempar sejauh belasan meter dan mendarat, Melvin terdorong lagi beberapa langkah sebelum akhirnya berdiri dengan stabil. Saat berikutnya, dia mendengus dan memuntahkan darah.Pemandangan ini membuat semua orang tercengang. Tendangan Afkar berhasil melukai Melvin? Bagaimana mungkin? Seluruh Keluarga Safira memasang ekspresi ngeri."Da ... dasar nggak tahu diri! Paman Melvin membantumu bertarung dengan musuh. Kamu malah melukainya!" sergah Viola dengan galak setelah tertegun sejenak."Benar-benar nggak tahu terima kasih!" bentak Jesslyn."Paman King Kong! Kamu kenapa? Cepat bangun! Jangan menakutiku!" Saat ini, terdengar teriakan panik dari sisi lain.Semua orang memandan
Dengan demikian, Rico dan bawahannya hanya bisa meninggalkan rumah lama Keluarga Safira dengan membawa jenazah King Kong. Sebelum pergi, Rico tidak lupa memperlihatkan kebenciannya terhadap Afkar."Buset! Kak Afkar, kekuatanmu sudah sampai tingkat apa? Mereka ahli bela diri tingkat gulita. Kamu malah melukai dan membunuh mereka dengan satu tendangan? Luar biasa!" puji Fadly.Sejak Afkar menyembuhkan Gwen, sikap Fadly terhadapnya langsung berubah 180 derajat. Padahal, Fadly terkenal angkuh dan keras kepala. Kini, tatapan Fadly bahkan penuh kekaguman, seolah-olah dirinya adalah adik kandung Afkar.Suasana di rumah lama masih terasa menegangkan. Mereka terus mengatakan Afkar hanya seorang pecundang yang mendapat perlindungan dari Keluarga Safira.Alhasil, Melvin yang merupakan ahli bela diri terkuat di Keluarga Safira tidak bisa mengalahkan King Kong, sedangkan Afkar langsung membunuh King Kong hanya dengan satu tendangan. Apa Afkar membutuhkan perlindungan mereka?Setelah pulih dari kete
Afkar memanggil Harun dan Gauri dengan sebutan ayah dan ibu karena mereka adalah orang tua Felicia. Selain itu, bisa dilihat mereka masih peduli pada Felicia.Namun, Afkar tidak bisa memanggil Erlin dengan sebutan nenek. Yang ada di mulut Erlin sejak tadi hanya keuntungan, seolah-olah cucunya adalah barang yang bisa ditukar dengan Keluarga Sanjaya untuk mendapat uang.Erlin sama sekali tidak peduli dengan perasaan dan kebahagiaan Felicia. Jadi, orang seperti ini tidak pantas dipanggil nenek.Sebelum Erlin menanggapi, Harun sudah berkata dengan suara rendah, "Oke. Kalau kamu berhasil, kami akan mengakui pernikahan kalian, bahkan membantu kalian mengadakan pesta yang meriah. Gimana?"Felicia tertegun sesaat. Dia menatap ayahnya dengan terkejut. Afkar pun menatap Harun lekat-lekat. Kemudian, dia mengangguk dan menyetujuinya, "Oke, sepakat!""Harun, omong kosong apa yang kamu bicarakan?" bentak Erlin sambil memukul pegangan kursi.Harun menarik napas dalam-dalam sebelum menyahut, "Ibu, man
"Shafa, ayo sapa Paman Fadly."Pukul 4.30 sore, di depan pintu masuk TK, Afkar menggandeng tangan Shafa sambil menunjuk Fadly.Shafa menyapa dengan agak takut, "Halo, Paman.""Itu juga paman-pamanmu. Ayo disapa." Afkar menunjuk kedua bawahan Fadly."Halo, Paman," sapa Shafa lagi.Jarel dan Elang merespons sambil tersenyum. Mereka mafia, tetapi tersenyum kepada seorang anak kecil. Ini terkesan agak aneh.Fadly berjongkok, lalu menggendong Shafa. "Haha. Ini keponakanku. Sini, cium Paman."Sore hari, Fadly mengikuti Afkar dan Felicia meninggalkan rumah lama Keluarga Safira. Dia bersikeras mengajak Afkar ke Kasino Golden. Jika menang, uangnya menjadi milik Afkar. Jika kalah, Fadly yang akan menanggungnya.Setelah tahu Afkar harus menjemput putrinya, Fadly pun ikut dengan membawa kedua bawahannya. Kata Fadly, kelak Jarel dan Elang yang bertanggung jawab mengantar jemput Shafa. Afkar tidak mungkin butuh perlindungannya, makanya Fadly mengincar Shafa agar hubungannya dengan Afkar bisa lebih d
"Rasanya pasti sangat memuaskan membunuh seorang genius, 'kan? Bocah, kenapa kamu nggak menyembunyikan kekuatanmu sampai akhir? Sepertinya, mentalmu masih belum cukup matang!""Ingat baik-baik untuk kehidupan selanjutnya, sebelum kamu benar-benar tumbuh kuat, belajarlah untuk menunduk dan menyembunyikan taringmu!"Giiik! Giiik .... Di saat itu, beberapa mobil tiba-tiba berhenti tidak jauh dari sana. Suara rem mereka memecah keheningan.Jelas, mereka juga menyadari ada sesuatu yang terjadi di jalan ini dan memutuskan untuk menepi dan mengamati.Dari salah satu mobil, terlihat sosok Raditya, Santo Sekte Bulan Hitam, bersama dengan Kelam dan Orion."Santo, bukankah itu Afkar?" Kelam menyipitkan mata sambil bertanya dengan ekspresi terkejut.Raditya mengangguk pelan. "Yang berjubah biru itu sepertinya adalah perwakilan dari Keluarga Pakusa dari dunia misterius. Dilihat dari situasinya, sepertinya dia sedang mengincar Afkar.""Terus, kita harus gimana?" tanya Kelam.Orion yang duduk di kurs
Afkar melajukan mobil off-road dengan kecepatan paling tinggi, melintasi jalanan di antara kaki pegunungan.Felicia sudah mengatakan, kalau Afkar tidak sempat kembali, paling-paling Fadly akan menyerahkan kekuasaannya. Namun, Afkar tetap memilih untuk mengambil risiko dengan meninggalkan Desa Langga.Dia tahu ini keputusan berisiko. Namun, yang lebih menakutkan adalah kemungkinan kecil yang bisa berakibat fatal.Afkar tidak bisa memastikan, jika benar Fadly mengadakan pertemuan dunia mafia dan secara resmi bergabung dengan Organisasi NC, apakah pihak lawan akan menepati janji atau justru berbalik menghancurkan setelah mendapatkan apa yang mereka mau.Jadi, jika memang harus ada yang mengambil risiko, Afkar lebih rela itu dirinya sendiri, bukan orang-orang yang dia sayangi.Mungkin memang begitu watak Afkar sejak dulu, seseorang yang lebih dikendalikan oleh perasaan daripada logika. Sejak dia rela menjual ginjal demi menyelamatkan putrinya, bahkan menabrakkan diri demi uang kompensasi,
Setelah mendengar ucapan itu, Afkar tidak bisa membantah dan hanya bisa mengangguk pelan sambil berkata, "Baiklah."Saat itu juga, tiba-tiba dia teringat sesuatu dan matanya langsung berbinar. "Kalau begitu, kita nggak perlu terburu-buru. Aku mau telepon orang dulu."Menghadapi kemungkinan penyergapan yang akan datang, Afkar tiba-tiba teringat akan seorang penolong, Murad.Putra Keluarga Hasyim yang seluruh tubuhnya seperti dilapisi kulit pohon itu punya latar belakang yang luar biasa kuat. Bahkan, pengikut yang selalu ada di sekelilingnya pun punya kekuatan yang tidak bisa diprediksi.Apalagi, Murad masih mengandalkan Afkar untuk menyembuhkannya. Pria itu tidak mungkin ingin melihat Afkar mati.Sekarang ada yang ingin menyergapnya, bukankah kekuatan Murad akan sangat berguna? Namun, kemungkinan butuh beberapa hari agar bala bantuan bisa tiba.Bagaimanapun, nyawa adalah hal yang utama. Afkar dan Rose bisa tinggal di Desa Langga beberapa hari, paling-paling keluar uang sedikit.Lagi pul
Semalam pun berlalu dengan tenang.Setelah beristirahat semalaman, Afkar bersama dua rekannya meninggalkan wilayah Sekte Langga. Rose telah mendapatkan kualifikasi untuk menjadi murid Sekte Langga, tetapi dia belum langsung menetap di sana, karena masih harus pulang untuk mengurus beberapa hal.Saat itu, Afkar belum tahu bahwa Felicia dan yang lainnya sudah hampir gila karena tidak bisa menghubunginya sama sekali.Tentu saja, yang pergi bukan hanya mereka bertiga. Setelah uji coba peringkat individu selesai, keluarga-keluarga dan sekte-sekte juga turut kembali ke Desa Langga di luar.Ketika Afkar dan dua rekannya kembali ke penginapan di ujung desa itu, mereka langsung melihat rombongan Keluarga Darmadi di sana.Setelah Logan tewas, kini yang memimpin adalah seorang pria paruh baya dengan kekuatan tingkat pembentukan inti tahap awal. Namanya Rudy, paman Logan."Afkar, berani sekali kamu membunuh Logan! Menurutmu musuh Keluarga Samoa masih kurang banyak ya?" Begitu melihat Afkar, Rudy l
Rose merasa dirinya yang mengambil alih kendali. Entah kenapa, di dalam hatinya, dia merasa Afkar ini ... agak menggemaskan.Saat sedang sombong, Afkar seolah-olah akan terbang ke langit. Namun, baru dicium sekali, dia langsung malu?Rose menutup mulutnya sambil tersenyum geli, lalu berdiri dan berkata, "Afkar, kamu memang nggak bisa menerimaku jadi wanitamu, tapi kita sudah pernah melewati hidup dan mati bersama. Nggak masalah kalau aku jadi sahabatmu, 'kan?""Pokoknya, aku sangat berterima kasih atas semua kebaikanmu terhadapku dan Keluarga Samoa. Aku sampai nggak tahu harus membalasnya dengan apa. Kelak kalau kamu butuh bantuan, aku pasti akan siap bertaruh nyawa untukmu."Setelah mengucapkan itu, dia sekali lagi menatap Afkar dengan dalam, lalu akhirnya membuka pintu dan pergi."Fiuh ...." Afkar akhirnya mengembuskan napas panjang. Dia merasa lebih lega.Dia menyentuh pipinya. Rasanya masih ada sisa kehangatan dan aroma lembut dari Rose. Sebuah senyuman getir pun muncul di wajahnya
Afkar hampir tersedak saat mendengar perkataan Rose!Astaga! Mau jadi istri mudanya? Berani sekali wanita ini mengatakan hal seperti itu!Sebelumnya Rose bersikap angkuh di hadapannya, tetapi sekarang malah mau jadi istri mudanya? Dari ekspresinya, sepertinya dia tidak bercanda?"Nona Rose, sekarang ini zaman apa? Kita hidup di masyarakat yang menganut sistem monogami, bukan zaman poligami! Jangan bercanda deh!" Afkar berkata sambil mengelap keringat di dahinya.Mendengar itu, mata indah Rose tampak sedikit meredup. Dia menggigit bibirnya dan bertanya, "Apa kamu masih dendam karena sikapku yang dulu? Aku tahu .... Waktu itu aku salah menilai. Aku nggak seharusnya meremehkanmu ...."Afkar melambaikan tangan, menyela, "Bukan, bukan karena itu! Cuma, cara pandang kita saja yang beda. Aku nggak bisa terima poligami dan aku sangat menghargai istriku, jadi ...."Afkar tersenyum getir dalam hati. Akhirnya, dia paham juga apa maksud dari pepatah "paling susah menolak cinta seorang wanita canti
Detik berikutnya, Pisau Naga Es di depan Afkar tiba-tiba bergetar hebat, mengeluarkan dengingan tajam dan jernih. Suara itu seperti raungan harimau dan naga yang mengamuk.Pada saat yang sama, bilah memancarkan cahaya perak yang terang, menyala selama beberapa detik sebelum akhirnya meredup kembali.Mata Afkar berbinar terang. Dia bisa merasakan seolah-olah dirinya dan pedang itu telah terhubung dalam satu kesatuan yang harmonis.Afkar menggenggam gagangnya, kembali mengelus permukaan bilah. Namun, kali ini dia tidak lagi merasakan aura tajam ataupun hawa dingin yang menusuk. Yang dia rasakan hanyalah keluwesan serta keintiman.Seakan-akan Pisau Naga Es bukan sekadar senjata, melainkan sepasang mata yang menyatu dengan tubuhnya. Ketajamannya hanya akan diarahkan pada musuh dan tidak akan pernah menyakiti tuannya."Luar biasa! Pedang ini benar-benar bisa dirasuki oleh roh pedang milikku! Jadi, ini yang disebut ... senjata yang memiliki roh?"Afkar memegang pedang itu erat-erat, merasaka
Setelah Afkar dan lainnya meninggalkan tempat Zinia, mereka kembali ke halaman yang sementara ditinggali mereka selama berada di tempat ini.Karena berada di wilayah sekte, para pendatang seperti mereka tidak diperbolehkan berkeliaran sembarangan. Setelah makan, Afkar hanya berdiam diri di dalam kamar.Dia duduk bersila di atas ranjang, merasakan perubahan yang terjadi setelah menembus ke tingkat pembentukan inti secara saksama.Berbeda dengan para kultivator tingkat pembentukan inti biasa, kini seluruh pusat energinya telah berubah menjadi bola padat yang terbentuk dari energi sejati murni yang sangat terkondensasi. Daya tahan bola itu bahkan sekeras logam mulia.Energi sejati dalam bentuk seperti ini biasanya hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat pembentukan inti tahap puncak.'Dengan kekuatanku yang sekarang, bagaimana kalau aku melawan seorang kultivator tingkat inti emas?' batin Afkar.Tadi saat bersama Zinia, Afkar secara halus mencoba menggali informasi tentang kekuatan Saf
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari