Brak!Begitu ucapan itu dilontarkan, Bian langsung mendorong gelas teh yang disuguhkan Sutopo dan bangkit berdiri. Air teh yang panas itu langsung tersiram di tubuh Sutopo.Sutopo kebingungan, tetapi tidak berani marah. Dalam hatinya bertanya-tanya, entah apa yang terjadi pada Bian tiba-tiba?Pada saat ini, Bian langsung bergegas menghampiri Afkar dan memberi hormat padanya. Sikapnya ini terlihat seperti seorang murid yang bertemu dengan gurunya. "Pak Afkar, kenapa kamu bisa di sini?"Melihat adegan ini, Sutopo menyeka teh yang membasahi wajahnya dengan hati tersentak. David juga membelalakkan matanya dengan bengong. Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dokter terhebat di seluruh negeri ini malah bersikap sehormat itu pada seorang anak muda?"Kamu pakai obat yang kuberikan itu pada anak Pak Sutopo?" tanya Afkar dengan nada datar.Bian menjelaskan, "Ya ... benar! Kemarin Pak David mencariku, katanya ada pasien leukimia yang kondisinya semakin memburuk dan bertanya apakah aku bisa mengoba
Begitu mendengarnya, ekspresi Sutopo menjadi agak canggung. Dia tahu Afkar menyindirnya. Namun, demi putranya, dia terpaksa melakukan ini."Pak Afkar, Bu Felicia, aku benaran sudah tahu salah. Aku janji bakal tulus dalam kerja sama kali ini. Putraku masih kecil. Tolong selamatkan dia! Kumohon! Asalkan putraku selamat, aku bakal turuti keinginan kalian," pinta Sutopo sambil bersujud dan menangis.Ini bukan air mata palsu. Sutopo bahkan ingin bunuh diri saat mengingat putranya celaka karena kebodohannya sendiri.Felicia menarik Afkar. Dia merasa tidak tega pada Sutopo sehingga berbisik, "Afkar, sudahlah. Yang penting dia mau kerja sama. Jangan sekejam ini."Afkar hanya bisa menggeleng melihat Felicia begitu berhati lembut. Dia pun mengeluarkan kontrak dari tas. Hari ini, Felicia ingin tanda tangan kontrak dengan Sutopo, jadi membawa kontrak kemari."Sepertinya harga bahan obatnya terlalu mahal," gumam Afkar.Begitu mendengarnya, Sutopo langsung merinding. Dia tentu memahami maksud Afkar.
Pada akhirnya, David hanya bisa melarikan diri sejauh mungkin.Sementara itu, Felicia melirik Afkar. Wajah cantiknya menyunggingkan senyuman penuh haru. Jika Noah adalah awan mendung yang menyelimutinya, Afkar adalah sinar matahari yang menembus kegelapan.Saat berikutnya, Afkar merasakan sentuhan lembut di wajahnya. Felicia berkata sambil tersenyum, "Kamu baik sekali."Wanita ini terlihat seperti gadis kecil yang bahagia. Afkar mengiakan, lalu memutar bola matanya. Felicia menciumnya? Kecupan ini terlalu singkat! Afkar belum merasakan apa-apa! Di mana letak ketulusannya?Beberapa menit kemudian, Afkar mendorong selembar kertas ke hadapan Sutopo. "Ini namanya Sumsum Naga. Dengan bahan ini, aku baru bisa menyembuhkan leukemia hingga akarnya. Apa kamu punya benda ini?"Afkar melukis Sumsum Naga sesuai dengan bentuk yang ada di ingatannya. Dia ingin tahu Sutopo pernah melihatnya atau tidak. Sebagai pedagang grosir terbesar di Provinsi Jimbo, Sutopo mungkin punya Sumsum Naga. Selama Shafa
Afkar tidak mungkin turun tangan mengobati anak Sutopo. Namun, dengan sampel obat khusus yang baru diluncurkan, Bian juga bisa membantu menstabilkan kondisi penyakit putra Sutopo.Dengan begitu, Afkar mengemudikan mobil ke rumah lama Keluarga Safira dengan dituntun oleh Felicia. Di perjalanan, ponsel Felicia bergetar. Fadly mengirim pesan kepadanya.[ Kak, jangan bawa Kak Afkar pulang. Dia memukul putra Aldo. Mereka datang untuk menemui Kak Afkar. Nenek ingin menyerahkan Kak Afkar kepada mereka! ]Begitu melihat pesan itu, wajah cantik Felicia sontak diliputi amarah dan kecemasan. Dia buru-buru memekik, "Hentikan mobilnya! Kita nggak jadi pulang!""Kenapa?" tanya Afkar sambil mengangkat alis.Felicia menunjukkan layar ponselnya kepada Afkar. Afkar membaca pesan itu, lalu berkata dengan suara rendah, "Pulang saja. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri."Saat ini, di rumah lama Keluarga Safira. Begitu mendengar ucapan Erlin, Rico langsung tersenyum bangga. "Haha. Bagus kalau begitu. Aku h
Begitu mendengarnya, Gauri langsung terkekeh-kekeh dan menyindir balik, "Jadi, kalau langsung menyerahkan Afkar kepada mereka, berarti mementingkan situasi keseluruhan? Kamu begitu menghormati Aldo? Bagaimanapun, Afkar adalah menantu Keluarga Safira."Gauri tidak bisa membantah saat Erlin bicara. Namun, Gauri tidak akan membiarkan Renhad sekeluarga bertindak semena-mena.Seketika, anggota Keluarga Safira menjadi berbeda pendapat. Ada yang setuju Afkar diserahkan, ada yang tidak.Selain Fadly, seluruh anggota Keluarga Safira meremehkan Afkar, termasuk Harun dan Gauri. Akan tetapi, jika mereka menuruti keinginan Rico begitu saja, bukankah itu akan mencoreng reputasi Keluarga Safira? Keluarga Safira akan terkesan takut pada Aldo.Fadly sangat menentang keputusan neneknya. Dia sampai menegaskan kepada semua orang. Jika Keluarga Safira tidak melindungi Afkar, dia yang akan turun tangan."Bawa orang kemari. Suruh mereka berjaga di depan pintu." Fadly sampai menelepon bawahannya untuk melindu
Setelah Afkar dan Felicia masuk, mereka langsung melihat dua sosok bertarung di halaman. Sementara itu, anggota Keluarga Safira dan pihak Rico berdiri di kedua sisi untuk menonton.Yang bertarung dengan King Kong adalah Melvin, ahli bela diri Keluarga Safira. Melvin adalah anak yatim piatu yang diadopsi Keluarga Safira sejak kecil. Makanya, dia sangat setia dan marganya juga Safira. Melvin juga ahli bela diri tingkat gulita tahap awal. Dia bersaing ketat dengan King Kong.Begitu melihat Felicia dan Afkar, tatapan semua orang langsung tertuju pada mereka. Rico sontak memekik dengan galak, "Dasar bajingan! Rupanya kamu berani datang!"Anggota Keluarga Safira juga mengamati Afkar. Selain Fadly dan Renhad sekeluarga, ini pertama kali mereka melihat Afkar.Ekspresi Harun dan Gauri tampak dingin. Mereka tidak menutupi rasa jijik mereka sedikit pun. Meskipun tidak setuju Afkar diserahkan kepada Rico, bukan berarti mereka mengakui status Afkar sebagai menantu.Sekalipun tahu Afkar menguasai se
Felicia tidak merespons ucapan Afkar. Sementara itu, Harun mendengus dan menyahut, "Dasar bodoh. Kamu kira Keluarga Safira mau melindungimu? Ini cuma kesempatan yang kami dan Fadly perjuangkan untukmu.""Oh." Afkar menanggapi secara singkat, lalu menoleh menatap Felicia.Felicia baru teringat untuk memperkenalkan, "Ini ayah dan ibuku."Afkar tersenyum, lalu membungkuk dan menyapa, "Ayah, Ibu.""Siapa pula ibumu? Jangan sok dekat. Kami cuma nggak mau Keluarga Safira malu. Jangan sampai orang kira kami takut pada Aldo," ucap Gauri sambil mengernyit dengan kesal."Ibu, kamu benaran cantik. Aku kira kamu kakak Felicia. Pantas saja, istriku begitu cantik," sanjung Afkar tersenyum menyipitkan mata. Dia sama sekali tidak marah.Begitu mendengarnya, Gauri termangu sesaat. Kemudian, dia memelototi Afkar. Sebenarnya, dia merasa senang mendengar pujian seperti itu. Wanita mana yang tidak suka dipuji muda dan cantik."Dasar licik!" tegur Harun dengan ekspresi dingin. Hanya saja, tatapannya saat me
Rico tersenyum mencemooh sambil menatap Afkar. Kemudian, dia mengangguk dan menyetujui, "Oke, aku setuju. Anggap saja aku menghargai keputusanmu."Bisa membuat Afkar berlutut minta maaf dan menampar diri sendiri sudah sangat memuaskan bagi Rico. Paling-paling dia akan mempermalukan Afkar habis-habisan hari ini, lalu mencari kesempatan di lain hari untuk membunuhnya."Ide bagus.""Nenek memang bijaksana.""Dengan cara ini, nama baik Keluarga Safira nggak bakal tercoreng dan kita terhindar dari konflik.""Ya. Lagian, yang berlutut minta maaf cuma seorang pecundang.""Semua orang tahu dia cuma anjing Keluarga Safira. Anjing kita menggigit Pak Rico, jadi harus minta maaf. Yang penting kita nggak menyerahkannya kepada pihak lawan. Ini sudah sangat menjaga harga diri kita."Seluruh Keluarga Safira sibuk berdiskusi. Kali ini, tidak ada yang keberatan dengan keputusan Erlin. Semuanya menyatakan setuju.Harun dan Gauri bertatapan, tetapi tidak mengatakan apa pun lagi. Sementara itu, Viola mende
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran