Afkar hanya berdiri diam karena malas berdebat dengan mereka. Mendengar ejekan Anita dan Freya, Karen tak kuasa bertanya, "Afkar, siapa mereka?""Nggak kenal, abaikan saja," jawab Afkar dengan tenang.Sikapnya ini membuat Freya kesal. Bagi Freya, penghinaan terbesar di dunia ini bukanlah hinaan atau makian, melainkan mengabaikannya sepenuhnya. Sikap Afkar yang mengabaikannya ini membuat Freya kesal setengah mati.Padahal Afkar hanya orang miskin yang berpura-pura menjadi menantu orang, apa hak Afkar meremehkannya?"Haha ... nggak kenal? Kamu nggak berani mengaku kenal padaku ya? Takut aku membongkar kedokmu di depan wanita cantik ini dan membuatmu malu?" Freya tertawa sinis sambil menunjuk wajah Afkar.Rafai juga ikut tertawa mengejek, "Dasar miskin. Kupikir kamu hebat, ternyata cuma jual diri untuk jadi anjing peliharaan putri Keluarga Safira! Hahaha ...."Dia kemudian menoleh ke Karen, "Nona, dia pasti bawa kamu ke sini dan bilang mau membelikanmu vila, 'kan? Jangan percaya omong kos
"Hah ... ini benar-benar menggelikan! Dia bilang punya vila di sini? Omong kosong besar!" Freya tertawa terbahak-bahak."Pantas saja bisa nipu banyak wanita cantik. Nggak tahu malu sekali berani ngomong besar seperti ini!" timpal Rafai sambil tertawa terpingkal-pingkal.Anita menggoyangkan gelang emas di tangannya, lalu menunjuk Afkar sambil bertanya, "Kalau begitu, kamu bilang saja vila mana yang punyamu?""Iya nih, bawa kami bertamu dong?" sahut Gordon dengan tatapan menghina.Afkar menyahut dengan nada dingin, "Memangnya kalian pantas?""Apa katamu? Dasar miskin. Kedokmu sudah terbongkar, tapi masih berani mengeyel? Kalau berani, coba bilang saja vila mana milikmu?" maki Freya."Iya, Pak. Vila mana milikmu? Aku kenal dengan semua pemilik vila di sini, tapi aku benar-benar nggak pernah melihatmu," ejek staf penjualan."Afkar, bilang sama sama mereka supaya mereka diam!" Karen tentu percaya pada Afkar. Mendengar penghinaan beberapa orang ini padanya, dia juga ikut merasa kesal.Afkar
"Aku nggak apa-apa, kok. Kamu ini ...." Afkar melambaikan tangannya, mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja, lalu bertanya dengan sopan.Pria yang berseragam militer itu memberi hormat pada Afkar. "Aku wakil panglima Pak Daru. Pak Afkar bisa panggil aku Gian!""Ternyata Pak Gian, maaf sudah merepotkan!" ucap Afkar sambil tersenyum.Gian hanya berkata tidak apa-apa, lalu mengajak Afkar dengan ramah, "Ayo, aku bawa Pak Afkar untuk lihat-lihat vilanya."Setelah vila ini diberikan kepada Daru, segala hal terkait pengelolaannya diurus oleh Gian yang sudah sangat terbiasa menangani hal semacam ini. Dia menatap dingin ke arah para satpam yang tadi hampir menyerang Afkar, lalu mengisyaratkan kepada anak buahnya, "Biarkan saja. Mereka cuma orang-orang yang tahunya menilai penampilan orang."Setelah itu, Gian memimpin Afkar dan Karen masuk dan berjalan menuju vila nomor 001 blok A. Vila ini terletak di titik tertinggi dari seluruh kompleks perumahan, sehingga bisa memandang seluruh kawasan
"Oke, kalau begitu kita masuk untuk lihat-lihat, sekalian survei vila!" jawab Rafai dengan mata berbinar.Mereka semua mengikuti Afkar dari kejauhan dan menyaksikan dia benar-benar masuk ke vila mewah nomor 001 blok A. "Ini ... benar-benar vila di A-001! Pak Daru benar-benar memberikan vila ini pada Pak Afkar?" seru staf penjualan itu yang tampak terkejut.Mendengar hal ini, wajah Freya dan keluarganya tampak penuh dengan perasaan yang campur aduk antara tidak percaya, bingung, dan iri."Apa bocah miskin ini sudah kaya sekarang?" gumam Anita dengan nada tak percaya.Freya yang wajahnya semakin muram, menatap vila mewah itu cukup lama, kemudian memandang Rafai dengan penuh harap. "Sayang, aku juga mau vila! Aku juga mau vila di sini! Belikan untukku ...," pintanya dengan manja."Benar! Apa hebatnya dapat vila dari orang lain? Lebih hebat kalau bisa beli sendiri!!" Gordon menimpali dengan nada sombong, meski jelas merasa iri.Staf penjualan yang matanya berbinar, kini beralih fokus pada
Begitu ucapan Gordon ini dilontarkan, Freya dan ibunya juga mulai menatap Rafai dengan curiga. Wajah Rafai langsung tampak merasa bersalah.Alasan mengapa Rafai tadi "mengingatkan" Karen untuk tidak tertipu oleh Afkar adalah karena dia sendiri melakukan hal yang sama. Hari ini, membawa Freya dan orang tuanya untuk melihat vila hanya sebagai akal-akalan untuk memuaskan ego Freya dan keluarganya yang senang pamer. Rafai tahu bahwa Freya dan keluarganya sangat peduli pada penampilan, jadi dia berpura-pura seolah-olah mereka serius membeli vila.Jika tidak ada Afkar, mungkin semuanya bisa berjalan sesuai rencana. Setelah melihat-lihat vila, Rafai hanya akan mengatakan bahwa mereka perlu "membahasnya" di rumah dan akhirnya semua akan dilupakan begitu saja.Meskipun Rafai adalah anak orang kaya, kekayaan ayahnya ratusan miliar dan dia sendiri tidak memiliki banyak uang. Vila seharga puluhan miliar jelas berada di luar jangkauannya.Namun, setelah diprovokasi oleh keberadaan Afkar, Freya dan
Jika putrinya tidak bercerai dengan Afkar, apakah sekarang mereka sudah tinggal di vila mewah itu?....Afkar tidak tahu dengan apa yang terjadi antara Freya dan keluarganya. Jika mengetahui hal itu, mungkin dia hanya akan tertawa kecil dan tidak peduli. Melihat waktu sudah sore, Afkar pun meninggalkan Vila Emperor.Pertama-tama, dia mengantar Karen kembali ke rumah Keluarga Subroto, lalu menuju ke taman kanak-kanak untuk menjemput Shafa. Felicia sangat berdedikasi pada pekerjaannya dan tidak pernah pulang sebelum pukul enam, jadi Afkar memanfaatkan waktu itu untuk membawa Shafa kembali ke apartemen lama mereka. Dia mulai mengemas beberapa barang untuk dibawa ke rumah baru."Papa, kita mau pindah rumah ya?" tanya Shafa dengan suara lembutnya. Matanya yang bundar mengerjap sambil memandangi apartemen kecil mereka. Dia tampak sedikit enggan meninggalkan tempat itu. Meskipun sangat sederhana, bagi Shafa, ini adalah rumahnya."Benar, Papa akan bawa Shafa ke rumah yang lebih besar. Gimana?
Wanita terkadang memiliki indra penciuman yang sangat tajam, seolah-olah memiliki radar khusus. Felicia langsung bisa mencium bekas aroma parfum Karen yang sebelumnya duduk di kursi penumpang depan.Afkar merasa agak canggung dan hanya bisa menggumam. Namun, dia tetap jujur dan berkata, "Ada teman yang duduk di sini sebelumnya."Felicia mendengus. Entah mengapa, muncul perasaan tidak nyaman di hatinya. Namun, reaksi Afkar yang tenang ini malah membuatnya semakin jengkel. Felicia sendiri merasa heran kenapa dia harus merasa kesal? Apakah mungkin dia mulai merasakan sesuatu terhadap pria ini?Tidak mungkin .... Ini pasti karena dia menggunakan mobilku tanpa izin, itu saja! Lagi pula, mereka hanya pasangan suami istri secara hukum dan dia tidak berhak mencampuri urusan pribadi Afkar.Felicia melirik Shafa yang duduk di belakang sekilas. Dia tidak ingin menimbulkan keributan di hadapan anak kecil. Jadi, dia hanya mendengus dan berkata, "Ini mobilku. Apa hakmu membiarkan orang lain duduk di
Afkar sampai terpana melihat wajah Felicia sehingga wajahnya tampak mesum ...."Hei, sudah cukup belum lihatnya? Kalau sudah, cepat jalankan mobilnya." Felicia yang merasa malu ditatap oleh Afkar, langsung memelototinya."Hehehe ... Bibi cantik sekali! Papa itu buaya. Buaya ... hehehe ...," timpal Shafa yang duduk di belakang sambil bertepuk tangan.Afkar langsung tersadar dan merasa canggung. "Apanya yang buaya? Kamu belajar dari mana itu?""Kak Lyra! Katanya, Papa buaya!" jawab gadis kecil itu dengan polos.Afkar mengumpat dalam hati saat mengingat cicit Bayu yang jahil itu. Karena bersekolah di taman kanak-kanak yang sama dengan Shafa, Lyra malah memberi pengaruh buruk pada anaknya!....Dalam sekejap mata, beberapa hari telah berlalu. Selama rentang waktu itu, Afkar dan Shafa telah pindah ke Vila Emperor dan Afkar mempekerjakan seorang pengasuh untuk menjaga Shafa. Pada akhir pekan, Shafa tidak bersekolah dan Afkar ingin memastikan ada seseorang yang bisa merawatnya selama Afkar ti
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her
Sebelumnya, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti yang akan mengobatinya bukan hanya memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki kemampuan bela diri yang hebat.Tadi saat bertelepon, Heru menyebutkan kehebatan dokter sakti itu lagi. Hal ini langsung membuat Noah kembali melihat secercah harapan untuk menghabisi Afkar!Mampu mengalahkan empat grandmaster? Orang sehebat itu pasti bisa membunuh Afkar dengan mudah!Itu sebabnya, Noah kembali bertindak tanpa rasa takut! Bahkan, dia berencana untuk menunggu kakeknya membawa dokter sakti itu kemari, lalu menyuruh Afkar kemari dan membunuhnya di tempat.Melihat tingkah Noah yang gila dan penuh kepuasan diri, Felicia merasa cemas dan bingung. Apa? Noah bisa menemukan ahli sehebat itu?"Noah, kamu benar-benar gila! Kalau kamu berani melukai Afkar, aku bersumpah nggak akan melepaskanmu meskipun aku menjadi roh!" pekik Felicia dengan penuh kebencian sambil menggertakkan giginya."Hahaha. Setelah pria itu mati, kamu aka
Noah baru saja menyuruh orang membawa Felicia ke kamar tidur saat menerima telepon dari Heru."Kakek, kenapa meneleponku di jam segini?" tanya Noah dengan bingung setelah menenangkan diri."Kamu di mana sekarang? Sudah sampai di Kota Nubes? Aku akan bawa Dokter Sakti ke tempatmu." Nada bicara Heru terdengar setenang mungkin. Dia mencoba menyembunyikan kegelisahannya."Hah? Sekarang sudah hampir jam 4 subuh. Kenapa malah datang jam segini?" Noah kaget sejenak, merasa curiga."Kamu ini nggak tahu apa-apa. Dokter Sakti bilang masalahmu ini butuh keseimbangan energi yin dan yang! Makanya, harus diobati tepat saat matahari terbit, saat siang dan malam berganti!""Kalau nggak datang sekarang, mau kapan lagi? Kamu sudah sampai di Kota Nubes atau belum? Kalau belum, cepat berangkat sekarang, mungkin masih sempat! Kalau nggak, harus menunggu sehari lagi!"Suara Heru terdengar tegas dan yakin. Alasan yang dibuatnya terdengar sangat masuk akal hingga Noah tidak curiga sedikit pun. Dia hanya meras
Mendengar kata-kata itu, ekspresi Afkar langsung berubah drastis!Felicia! Felicia juga jatuh ke tangan Noah?"Dasar bajingan! Apa yang mau kamu lakukan pada Felicia? Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhnya, aku akan membunuhmu!"Dari sisi lain telepon, Noah meledak dalam tawa gila yang mengerikan. Kekurangan fisik yang dia alami sejak kecil telah membuat pikirannya kacau. Bahkan setelah menyaksikan kekuatan Afkar yang luar biasa, rasa takutnya justru berubah menjadi hasrat balas dendam yang semakin kuat."Hahaha ... Oh, ya? Kalau begitu, datang dan bunuh aku! Ayo!""Di mana kamu? Katakan!" Afkar menggertakkan giginya, penuh amarah."Apa mungkin aku kasih tahu kamu? Cari aku kalau bisa! Pastikan kamu menemukanku sebelum aku selesai bermain-main sama Felicia! Hahaha ...."Noah tertawa penuh kegilaan sebelum langsung menutup telepon! Ekspresi wajah Afkar terus berubah, menahan emosi yang semakin memuncak.Namun detik berikutnya, matanya yang tajam langsung menatap salah satu a
"Dasar bodoh, jimat ini adalah barang yang kamu jual sendiri!""Kamu nggak pernah menyangka, bukan? Jimat ini bisa memancarkan kekuatan grandmaster sejati! Kamu akan mati oleh barang yang kamu ciptakan sendiri! Betapa menyedihkannya itu!" Karta tertawa kejam sambil memamerkan jimat di tangannya.Mendengar hal itu, Afkar hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Dasar bodoh! Menurutmu grandmaster adalah puncak kekuatan, ya?""Diam! Mati kamu!" teriak Karta penuh kemarahan, lalu merobek jimat itu.Zing!Huruf emas di permukaan jimat menyala terang, melepaskan energi besar yang langsung berkumpul menjadi sebuah huruf kuno yang artinya "Hancur".Dengan senyum penuh kebencian, Karta mengarahkan energi itu ke Afkar dan membiarkan huruf bercahaya itu meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arahnya."Mati kamu!" Noah berteriak dari layar, matanya bersinar penuh kegembiraan.David memandangi layar dengan wajah penuh harap. "Hancurkan dia! Mati kamu, Afkar!"Namun, beberapa detik kemudian,