Viola menjelaskan, "Organisasi NC memang belum datang, tapi suatu saat itu pasti terjadi. Dua hari ini, kami sudah selidiki tentang Organisasi NC. Cara bertindak kelompok kekuatan ini sangat ekstrem dan otoriter. Mereka juga selalu balas dendam."Viola meneruskan, "Terakhir kali, sebelum si mata sipit pergi, dia berteriak dan menyatakan permusuhan dengan seluruh Keluarga Safira. Kita semua nggak bisa terlepas dari dendam ini."Mendengar ucapan Viola, Haris hanya mendengus dingin tanpa ribut dengan Renhad dan Viola.Kemudian, semua orang mulai membahas solusinya.Pada akhirnya, Dafa yang tiba-tiba teringat sesuatu bertanya, "Oh, iya. Ibu, bukannya terakhir kali ada empat orang dari Organisasi NC yang mati? Di mana jasad keempat orang itu?"Mendengar ini, raut wajah Erlin tampak serius. Katanya, "Jasad mereka masih disimpan di lemari pendingin rumah lama. Aku juga sedang memikirkan gimana cara mengurusnya."Haris membalas, "Gimana cara mengurusnya? Tentu saja kembalikan kepada Organisasi
Malam itu, di sebuah area terpencil yang tidak berpenghuni di Gunung Yonsa, Guntur mengajak pria bermata sipit dan beberapa pesilat Organisasi NC untuk menunggu.Sesuai waktu yang disepakati, sekitar pukul 11 malam, Melvin dan belasan pesilat Keluarga Safira datang membawa empat peti mati.Melvin memperhatikan dengan saksama. Di bawah cahaya bulan, raut wajah Guntur dan anggotanya tampak makin dingin dan mengerikan."Kamu Wakil Ketua Aula Guntur?" tanya Melvin sambil berdiri tegak dan memberi hormat."Sialan! Kamu pikir Pak Guntur nggak tahu dirinya wakil ketua aula? Kenapa kamu sengaja menegaskannya?" "Kamu ... mau mati, ya?"Pertemuan antar musuh membuat kebencian makin mendalam.Begitu melihat Melvin, pria bermata sipit langsung menunjuknya sambil memakinya. Melvin menarik napas dalam-dalam dan memikirkan tujuan kedatangannya hari ini.Melvin tidak berdebat dengan pria bermata sipit, melainkan berkata pada Guntur, "Pak Guntur, masalah sebelumnya terjadi karena kami gegabah. Selain
Erlin, Renhad, Haris, dan lainnya juga terkejut hingga wajah mereka memucat.Di dalam peti mati itu ada Melvin yang terbaring dengan sekarat dan belasan kepala manusia. Semua itu adalah kepala pesilat Keluarga Safira yang pergi bersama Melvin kali ini.Erlin berjalan mundur beberapa langkah, lalu terduduk di tanah. Sekujur tubuhnya gemetaran. Yang lainnya juga dipenuhi ketakutan, kesedihan, dan amarah yang luar biasa."Ada apa ini? Apa yang terjadi?""Kenapa? Kenapa semuanya mati?""Organisasi NC membunuh semua pesilat yang kita utus kali ini!""Mereka memang binatang yang nggak berperasaan. Kita mau berdamai, tapi mereka malah bertindak kejam!""Gimana bisa begini? Kalau digabung, kekuatan Melvin dan lainnya nggak bisa dianggap remeh. Tapi, mereka semua malah ... mati?"Setelah diliputi kesedihan dan amarah, seluruh Keluarga Safira mulai merasakan ketakutan yang luar biasa.Pesilat yang diutus kali ini adalah pesilat andalan Keluarga Safira. Di antaranya, ada Melvin dan beberapa pesil
Renhad dan Viola sangat terkejut mendengar ucapan Erlin. Menghadapi ancaman dari Organisasi NC, Erlin berniat mencelakai Fadly? Apa masalah ini ada hubungannya dengan Fadly?Erlin mendengus, lalu berucap dengan ekspresi muram, "Benar, Fadly!"Kemudian, Erlin melanjutkan dengan tatapan dingin, "Apa kalian nggak mendengar ucapan Melvin? Belakangan ini Organisasi NC berniat mengembangkan kekuasaannya di Kota Nubes. Coba kalian pikirkan, nantinya apa hambatan terbesar yang dihadapi Organisasi NC?"Erlin menambahkan, "Tentu saja kekuasaan dunia mafia di Kota Nubes, yaitu kekuatan Fadly dan Farel."Setelah Erlin melontarkan ucapannya, Renhad dan Viola bertatapan. Sekarang mereka baru paham. Sudut bibir Viola berkedut. Dia bertanya dengan ekspresi ragu, "Nenek ... kamu mau mencelakai Fadly? Kamu ingin membantu Organisasi NC membasmi kekuasaan Fadly di Kota Nubes biar Organisasi NC memaafkan kita?"Sementara itu, Renhad mengerjap, sepertinya dia sedang memikirkan kemungkinan dari hal ini. Ek
Erlin berbicara dengan sungkan pada Guntur. Padahal biasanya dia sangat arogan. Hal ini karena Erlin tahu Guntur adalah orang kejam yang berani membunuhnya.Sementara itu, Erlin selalu bersikap dominan pada seluruh anggota Keluarga Safira karena dia tahu mereka adalah juniornya. Selain itu, Erlin menguasai sebagian besar saham dari semua aset Keluarga Safira. Jadi, seluruh anggota Keluarga Safira tidak berani melawan Erlin.Bahkan, Erlin juga tidak takut saat menghadapi Afkar yang sangat kuat hingga bisa melawan semua pesilat Keluarga Safira dengan kemampuannya sendiri.Erlin tahu Afkar tidak berani membunuhnya. Entah karena hubungannya dengan Harun dan Felicia atau karena Afkar tidak berani melakukan perbuatan yang melanggar hukum.Namun, kali ini berbeda. Organisasi NC merupakan perusahaan yang melakukan kejahatan. Mereka adalah orang-orang yang tidak takut mati. Jadi, mereka berani membunuh Erlin.Tentu saja, Erlin lebih patuh dan tidak berani sok hebat ketika menghadapi orang jahat
Erlin yang sangat menantikan jawaban Guntur bertanya, "Pak Guntur, apa persyaratan ini sudah cukup membuat Organisasi NC berdamai dengan Keluarga Safira?"Guntur berpikir sejenak, lalu tertawa sinis dan menjawab, "Kalau kamu benar-benar bisa membantuku menangkap Fadly, itu nggak masalah. Lagi pula, sudah banyak anggota Keluarga Safira yang nggak berguna mati!"Mendengar ucapan Guntur, Erlin langsung teringat peti mati itu. Pesilat Keluarga Safira mati tragis, jadi Erlin merasa sakit hati. Dia juga sangat marah.Namun, Erlin tidak berani menunjukkan kemarahannya saat berbicara dengan Guntur. Dia malah tertawa dan menanggapi, "Baguslah kalau begitu! Pak Guntur, kamu tenang saja. Aku punya cara untuk menangkap Fadly."Erlin menambahkan, "Tapi, apa kamu yakin kalian pasti berdamai dengan Keluarga Safira dan nggak membuat perhitungan dengan kami lagi setelah aku berhasil menangkap Fadly?"Guntur mendengus dan membalas, "Tenang saja. Organisasi NC memang sedikit kejam, tapi kredibilitas kami
Afkar mendongak dan menyipitkan matanya. Untuk seseorang sekuat Arisa yang berada di tingkat pembentukan inti tahap menengah, dia masih bisa mengukur seberapa dalam kekuatannya. Namun, orang yang berdiri di atas panggung tinggi ini justru memberi Afkar perasaan yang tak terduga.Orang pertama yang pernah memberinya perasaan seperti ini adalah pengawal paruh baya di sisi Murad. Siapa pun yang bisa membuat Afkar merasakan perasaan seperti ini, setidaknya berada di atas tingkat pembentukan inti, yaitu tingkat inti emas.Menghadapi sosok sekuat ini, Afkar tahu meskipun dia berhasil menerobos dengan sempurna dan tak terkalahkan di levelnya, dia tetap bukan tandingan orang seperti itu. Seketika, dia merasa hormat dan waspada dalam hatinya."Diam!" Saat ini, seorang wanita cantik paruh baya di atas panggung berbicara. Meskipun suaranya terdengar tenang, karismanya begitu kuat hingga membuat seluruh hadirin terdiam. Tidak ada satu pun yang berani bersuara. Bahkan, para ahli tingkat pembentukan
Sebagai pewaris Sekte Pedang Emas, wajah Lukas pun memerah saat mendengar tawa yang bergema di sekelilingnya."Apa yang kalian tertawakan? Percaya atau nggak, aku bisa membunuh kalian dengan satu serangan pedang!" pekik Lukas dengan marah dan malu.Begitu ancaman itu dilontarkan, tawa yang memenuhi arena perlahan mereda. Bagaimanapun, di Aliansi Seni Bela Diri Kuno, Sekte Pedang Emas adalah salah satu dari empat kelompok terkuat. Mereka memang tidak berani menyinggung Lukas.Namun, saat ini terdengar suara ejekan lain. "Lukas, dasar bodoh! Kamu sudah mempermalukan dirimu sendiri, tapi nggak mengizinkan orang lain tertawa? Aku justru akan terus tertawa! Hahaha! Memecahkan batu besar itu? Kamu pikir kamu siapa? Manusia super? Lucu sekali!"Semua orang segera menoleh ke arah sumber suara itu. Yang berbicara adalah seorang pemuda berwajah pucat dengan tubuh kurus. Dia tertawa dengan lepas tanpa rasa takut.Dia adalah Felix, anggota inti dari Keluarga Saloka di Provinsi Yurim. Keluarga Salo
Saat mereka bertemu dengan Afkar, mereka mengira telah menemukan sasaran empuk. Tanpa basa-basi, mereka langsung ingin merampas kantong dimensi milik Afkar, bahkan berencana membunuhnya dan merebut seluruh hasil yang telah dia kumpulkan.Sayangnya, kerja sama mereka sia-sia. Mereka tetap tidak sanggup melawan Afkar, bahkan kalah telak. Sebelum ini, Afkar bahkan berhasil mengalahkan Hantu Senyap yang berada di tingkat pembentukan inti tahap awal, apalagi sekarang."Ka ... kamu jelas bukan berada di tingkat pembangunan fondasi tahap menengah!" Salah satu dari mereka berkata sambil menyeret setengah tubuhnya yang tersisa. Dia menatap Afkar dengan mata penuh ketakutan dan keengganan.Afkar membalas dengan nada datar, "Sayangnya, kamu baru sadar sekarang!" Dengan sekali tebas lagi, kepala orang itu terbang ke udara.Sejak mendengar kabar buruk tentang orang tuanya, di lubuk hati Afkar seolah-olah tersembunyi sosok binatang buas yang penuh kemarahan. Dia tidak pernah berbelaskasihan terhadap
Afkar menatap Mohit, wajahnya dipenuhi ekspresi terkejut dan ragu. Apa sekarang mereka saling menjebak? Hanya demi memperebutkan sebuah Teratai Lima Warna?Saat itu juga, Mohit menatap dingin ke arah Afkar. "Afkar, nggak usah kaget begini. Aku nggak akan membunuhmu.""Hm?" Afkar membatin, 'Kalaupun kamu ingin membunuhku, memang kamu sanggup?'"Nggak akan membunuhku? Maksudmu apa? Kamu nggak mau balas dendam untuk adikmu?" tanya Afkar.Mohit mendengus. "Aku sudah pikirkan semuanya. Nggak ada yang perlu dibalas. Dustin mati karena dijebakmu, itu salahnya sendiri. Karena dia lemah dan bodoh. Dia sampai mengorbankan nyawanya demi keluarga."Setelah itu, nadanya berubah. "Bukan cuma itu, aku bahkan mau kasih tahu satu kabar penting! Setelah uji coba peringkat individu kali ini selesai, kamu dan Willy harus benar-benar berhati-hati!""Terutama kamu! Tetua Safwan dari Keluarga Pakusa misterius berniat membunuhmu. Mungkin setelah kamu keluar dari Sekte Langga, dia akan langsung beraksi! Kekuat
Pemuda jangkung itu menambahkan, "Selain itu bukan cuma bisa bunuh dia, kita juga bisa merebut tanaman obatnya! Membunuh sekaligus merampas harta seperti ini, rasanya puas banget! Hahaha ...."Kemudian, pemuda jangkung itu pun tiba-tiba berkata dengan nada agak mendominasi, "Omong-omong Mohit, kita sudah sepakat dari awal. Teratai Lima Warna ini punyaku ya. Soalnya aku yang lihat duluan."Sebelumnya, pemuda jangkung ini selalu memanggil Mohit dengan sebutan kakak dengan penuh hormat.Bagaimanapun, Mohit dan Dustin adalah saudara kandung. Keduanya sama-sama berada di tingkat pembangunan fondasi tahap akhir. Dalam segala hal, mereka selalu maju dan mundur bersama.Itu sebabnya, anggota Keluarga Pakusa lainnya tentu tidak berani mencari gara-gara dengan mereka. Namun sekarang, Dustin sudah meninggal dan tinggal Mohit seorang diri.Kemarin, Mohit baru saja dimaki-maki di depan umum dan kehilangan muka di hadapan semua orang. Anggota Keluarga Pakusa lainnya malah hanya diam menonton, bahkan
Setelah Zinia selesai berbicara, tidak ada satu pun dari para peserta yang memilih mundur. Mereka yang sudah datang ke sini memang sudah siap untuk menghadapi bahaya.Lagi pula, kekuatan mereka secara terbuka sudah berada di tingkat pembangunan fondasi tahap akhir atau lebih tinggi. Bisa mencapai tingkat kultivasi seperti itu dalam usia yang masih muda menunjukkan bahwa mental mereka pun kuat. Mana mungkin mereka akan goyah hanya karena beberapa kata peringatan?Melihat tidak ada yang mundur, Zinia mengangguk pelan. Kemudian, dia memberikan kepada masing-masing peserta sebuah kantong dimensi yang terbuat dari bahan yang tidak diketahui jenisnya. Kantong dimensi akan digunakan untuk menyimpan berbagai tanaman obat atau harta yang dikumpulkan oleh mereka selama uji coba.Saat Afkar menerima kantong tersebut, dia diam-diam merasa kagum dalam hatinya. Sekte dari dunia misterius memang mempunyai banyak barang-barang bagus. Di dalam kantong dimensi itu, terdapat ruang tersendiri yang luasny
Adapun untuk peserta yang tidak berhasil masuk peringkat lima besar, tidak ada hadiah tambahan yang disediakan.Saat ini, Rose berdiri di sebelah Afkar. Dia diam-diam bergumam, "Pokoknya aku harus masuk peringkat tiga besar! Aku harus bergabung dengan Sekte Langga!"Sebagai seorang gadis genius dari Keluarga Samoa, Rose sangat memahami situasinya. Walaupun dalam turnamen kali ini keluarganya berhasil mempertahankan status sebagai keluarga bangsawan, tidak ada jaminan bahwa keberuntungan itu akan terus berlangsung di Turnamen Chartreuse mendatang.Terutama jika suatu saat nanti Turnamen Chartreuse diselenggarakan oleh Keluarga Pakusa dari dunia misterius, Keluarga Samoa bisa berada dalam bahaya besar.Namun kalau dirinya berhasil masuk Sekte Langga dan menjadi murid resmi, itu berarti Keluarga Samoa bisa berlindung di bawah naungan sekte dunia misterius ini.Dengan begitu, baik Keluarga Pakusa dari dunia misterius maupun Keluarga Pakusa dari dunia seni bela diri kuno biasa, mereka pasti
Pada pukul 8 pagi, semua orang yang seharusnya hadir sudah berkumpul. Saat ini di atas panggung utama, Zinia bersama perwakilan-perwakilan dari berbagai organisasi dunia misterius yang menjadi juri, sudah berdiri rapi di tempatnya.Di samping Zinia, juga berdiri seorang wanita anggun dan memikat luar biasa. Dia tak lain adalah ketua muda cantik dari Sekte Langga, Arisa.Hari ini, Arisa mengenakan pakaian tempur yang pas badan. Di punggungnya, ada sebilah pedang panjang. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang tajam dan tegas."Dalam uji coba peringkat individu hari ini, Arisa dari sekte kami juga akan ikut serta. Tapi selama nggak terlalu mendesak, dia nggak akan mengancam nyawa peserta lain." Zinia menyampaikan pengumuman itu dengan tenang.Begitu mendengar ini, raut wajah para peserta uji coba hari ini perlahan berubah menjadi agak tegang. Terutama Lukas dari Sekte Pedang Emas dan Felix dari Keluarga Saloka. Wajah mereka langsung terlihat kurang senang.Keduanya memiliki kekuatan di t
Meskipun tempat ini dipenuhi oleh energi spiritual yang padat, semalaman penuh ini, Afkar tetap belum bisa menembus puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi. Dia hanya merasa seperti terjebak di titik itu dan tidak bisa maju sedikit pun.Meski sudah hampir sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi bentuk padat, pusat energi yang berada di perut bagian bawahnya tetap saja belum bisa mencapai bentuk sempurna.Secara sederhana, tingkat kepadatan energi spiritual yang berhasil diserap Afkar belum cukup memenuhi syarat. Ibarat ingin menancapkan paku ke dalam sebatang pohon besar, tetapi malah menabrak benjolan keras di dalam kayunya.Kalau tenaga tidak cukup, mau dipukul 1.000 kali pun paku itu tidak akan masuk. Satu-satunya cara adalah menghantamnya dengan kekuatan besar dalam satu kali pukulan, baru kemungkinan bisa menembus benjolan itu."Huft ...." Saat merasakan cahaya matahari pagi mulai menyinari tubuhnya, Afkar akhirnya membuka mata lalu diam-diam menghela napas.Afkar bergumam
Di Vila Emperor.Felicia, Fadly, dan Gauri sedang duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius dan tegang. Wajah cantik Felicia terlihat menyimpan sedikit rasa bersalah. Ucapan terakhir dari Erlin tadi membuatnya teringat sesuatu.Pantas saja nama Organisasi NC terasa tidak asing di telinganya. Waktu itu saat mereka ditangkap oleh David, Shafa menggunakan Jimat Pencabut Nyawa untuk menghabisi seorang pesilat tingkat revolusi.Orang itu sepertinya mengaku berasal dari Organisasi NC. Dengan kata lain, semua kekacauan ini memang berawal dari keluarga kecilnya sendiri?Saat itulah, ponsel Fadly bergetar. Begitu melihat pesan yang masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi marah.Fadly memberi tahu, "Kak, kamu nggak perlu merasa bersalah. Ini bukan salahmu. Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya.""Sekarang, semuanya sudah jelas. Dulu, Paman Renhad pernah bersekongkol sama orang dari Organisasi NC dan berencana untuk meledakkan pabrik barumu. Tapi, malah pabriknya sendiri yang meledak
"Jadi, cukup sampai di sini saja. Kalian boleh pergi!" Nada bicara Erlin terdengar dingin dan tak terbantahkan.Gauri langsung menunjukkan ekspresi penuh amarah. Dia menunjuk ke arah Erlin dengan emosi yang sedikit tak terbendung, lalu membentak, "Nenek Lampir, sebenarnya kamu ini maunya apa? Sebenarnya apa tujuanmu memancing Harun ke sini? Di mana dia? Di mana Harun? Serahkan dia padaku sekarang juga!"Erlin membentak dengan dingin, "Kurang ajar! Gauri, kamu masih punya rasa hormat pada orang tua nggak? Aku bilang, Harun nggak datang ke sini! Aku nggak lihat dia! Kalau dia nyasar di jalan atau terjadi sesuatu padanya, itu bukan urusanku!"Nada suara Erlin begitu dingin. Tatapan matanya mulai berubah mengancam saat memandang ke arah Fadly. Dia menunjuk ke arah para anak buah yang dibawa cucunya itu, lalu bertanya, "Fad, kamu ini mau ngajak perang sama keluarga sendiri ya?""Aku nggak bermaksud begitu. Kami cuma mau cari ayahku!" jawab Fadly."Kalau nggak ada maksud begitu, suruh orang-