Saat itu, Afkar kembali melempar gelang dengan santai, seolah-olah hanya asal lempar.Para penonton kembali menunjukkan ekspresi meremehkan. Mereka semua mengira Afkar hanya sedang pamer gaya.Mungkin bisa beruntung satu kali, tetapi kedua kali tanpa membidik? Apa pemuda ini mengira Dewi Keberuntungan adalah istri atau ibunya?Namun, kejutan kembali terjadi. Gelang itu jatuh dengan tepat di atas kepala boneka anjing besar yang Felicia inginkan!"Apa ...?" Pemilik lapak langsung berteriak kaget. Pria berambut cepak pun menampilkan ekspresi seolah-olah melihat hantu. Sementara itu, para penonton bersorak heboh."Gila! Masuk lagi!""Kakak Ganteng, bisa lempar satu buatku juga?""Ini bukan kebetulan, ini ahli!"Dengan hati yang berdarah-darah, pemilik lapak akhirnya menyerahkan boneka anjing besar itu kepada Afkar.Afkar memberikannya kepada Felicia. "Ini, ambil."Felicia tersenyum tipis dan menerimanya tanpa ragu.Sekarang, hanya tersisa satu gelang terakhir. Afkar melirik pria berambut c
Mendengar komentar dari orang-orang di sekitar, wajah pria berambut cepak itu merah padam karena malu dan marah. Tatapannya terhadap Afkar dipenuhi kebencian dan keengganan.Saat itu, Felicia mendengus kesal dan berkata kepada Shafa, "Shafa, Transformer itu milikmu."Sebagai seorang wanita berkelas, Felicia bukan tipe orang yang suka mempermasalahkan hal kecil. Namun, kejadian hari ini benar-benar membuatnya geram.Bocah gendut itu yang memulai dengan menantang Shafa, lalu meludahi Afkar. Alih-alih menegur anaknya, ayahnya malah ikut memperkeruh keadaan. Setelah kalah bertaruh, bukannya meminta maaf dengan tulus, dia malah mencari alasan dan mencoba menghindar.Sekarang, dia mencoba bermain drama dengan menggunakan anaknya? Benar-benar memuakkan!Afkar adalah orang dewasa, tidak mungkin merebut mainan dari seorang anak. Namun, bagaimana kalau anaknya sendiri yang mengambil? Toh Shafa lebih kecil daripada bocah gendut itu. Tidak bisa dibilang menindas, 'kan?Shafa mengangguk, lalu menye
Mereka sebenarnya tidak peduli dengan nilai hadiah itu, tetapi sikap pemilik lapak benar-benar menjijikkan. Semua orang yang menonton juga merasa marah.Afkar menatap pemilik lapak dengan ekspresi datar, lalu mengangguk pelan. "Oke. Kalau begitu, aku lanjut main. Aku beli 400 ribu."Mendengar itu, ekspresi pemilik lapak berubah seketika. "Maaf, aku nggak mau jual ke kamu lagi."Begitu ucapan itu dilontarkan, terdengar ejekan dari kerumunan. Shafa dan Felicia ingin berbicara, tetapi Afkar mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka tenang.Dia menatap pemilik lapak dengan tatapan mendalam, lalu melihat seorang pemuda di sebelahnya yang masih memegang beberapa gelang di tangannya.Sepertinya, pemuda itu terlalu asyik menonton pertandingan antara Afkar dan pria berambut cepak itu, sampai belum sempat bermain sendiri."Sobat, gimana kalau aku bantu kamu lempar? Kalau kena, itu milikmu. Kalau nggak kena, aku yang tanggung." Afkar tersenyum santai.Mata pemuda itu seketika berbinar. Dia m
Selanjutnya, Afkar mulai melempar satu per satu gelang. Hampir semua lemparannya tepat sasaran!Orang-orang yang menonton tidak peduli lagi gelang itu milik siapa. Mereka langsung berebutan hadiah yang jatuh."Punyaku!""Hahaha, ini aku yang dapat ....""Yang ini juga, tinggal ambil saja!"Melihat pemandangan itu, pemilik lapak berteriak sampai suaranya serak. Namun, semua sia-sia! Bahkan, dia sampai terdorong oleh kerumunan yang berebut hadiah dan terjatuh dengan ekspresi putus asa."Ayo pergi." Afkar mengambil barang belanjaan milik Felicia dan Shafa, lalu mengajak mereka meninggalkan lapak tersebut."Ya, ya! Papa hebat!" Shafa memeluk boneka beruangnya dengan senyuman lebar, matanya pun melengkung seperti bulan sabit.Sebenarnya, sejak awal Afkar sudah tahu ada kerja sama antara pemilik lapak dan pria berambut cepak untuk menipu pelanggan. Namun, dia tidak berniat membuat masalah besar.Trik menggunakan orang suruhan untuk memancing pelanggan sebenarnya bukan hal baru. Oleh karena i
Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Afkar langsung berubah. Di sampingnya, Felicia juga terlihat terkejut dan heran.Jerry menghilang? Felicia mengenal nama itu. Saat pertama kali dia datang ke pabrik lama Afkar, dia sudah tahu bahwa Jerry dulunya adalah sahabat Afkar. Bahkan di hari pernikahannya dengan Afkar, Jerry masih sempat mengirim setumpuk foto padanya. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan orang itu?"Jerry menghilang? Apa yang terjadi?" tanya Afkar dengan suara mendalam.Nisa tersenyum pahit dan menggeleng. "Suatu malam, dia bilang mau keluar untuk mengambil uang. Sepertinya dia bekerja untuk seseorang dan orang itu akan membayar sisa upahnya. Tapi, sejak saat itu, dia nggak pernah pulang lagi!""Aku sudah melaporkannya ke polisi, tapi sampai sekarang nggak ada kabar sama sekali. Aku nggak tahu dia masih hidup atau dia membawa uang itu untuk bersenang-senang dengan wanita lain.""Sekarang, aku hanya tinggal dengan dua anakku dan bayi yang masih di dalam kandungan. Kalau ng
"Ada kaitannya denganku?" Afkar tidak mengerti maksudnya.Felicia yang duduk di kursi penumpang depan pun mengangguk, lalu menatapnya dan berkata, "Kamu tahu nggak? Di hari pernikahan kita, Jerry mengirimkan setumpuk foto padaku!"Mendengar ini, Afkar terkejut. "Apa? Foto apa?"Felicia sebenarnya ragu, tetapi akhirnya memutuskan untuk mengatakannya. Sebagai wanita yang angkuh dan dingin, dia tidak suka membahas hal-hal seperti ini lebih dulu.Namun, jauh di lubuk hatinya, dia sebenarnya ingin mendapatkan kepastian dari Afkar. Sekarang, dengan Jerry yang tiba-tiba menghilang, Felicia tidak bisa lagi menahan diri.Dia memelototi Afkar dan tersenyum sinis. "Foto apa lagi? Bukti kalau kamu itu bajingan! Foto-foto kamu bermesraan dengan berbagai wanita!"Afkar langsung termangu. "Hah?" Wajahnya penuh kebingungan.Namun, beberapa detik kemudian, dia akhirnya mengerti. Jadi, itu sebabnya? Pantas saja di hari pernikahan mereka, Felicia tiba-tiba bersikap dingin dan menjaga jarak darinya. Semua
"Tentu saja, menurutku pengorbanan ini sama sekali bukan masalah besar untukmu!""Oh? Guru, pengorbanan seperti apa?" Mendengar itu, Noah menunjukkan ekspresi ragu.Abikara terkekeh-kekeh sambil melirik ke arah selangkangan Noah. Noah refleks menjepit kedua kakinya, merinding melihat tatapan Abikara.Di dalam hatinya, dia bertanya-tanya, 'Jangan-jangan orang tua ini punya kelainan aneh? Sialan! Jangan bilang alasan dia menjadikanku murid karena dia tertarik pada tubuhku?'"Pengorbanannya adalah mengebiri diri sendiri! Mulai sekarang, kamu akan benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada statusmu sebagai pria!" Ekspresi Abikara langsung menjadi serius. Dia meletakkan sebilah pisau tajam di atas meja."Me ... mengebiri diri sendiri?" Noah langsung melompat kaget, wajahnya penuh ketakutan. Dia menganga, secara refleks menutupi bagian bawah tubuhnya dengan kedua tangan."Benar! Seperti kata pepatah, kalau ingin menguasai ilmu sakti, harus dikebiri lebih dulu! Noah, aku sudah tahu sejak la
Di sisi lain, Afkar bersama Felicia dan Shafa kembali ke Vila Emperor.Beberapa hari terakhir, hubungan ibu dan anak antara Felicia dan Shafa sedang dalam masa akur-akurnya. Ditambah lagi, Afkar sempat pergi ke ibu kota provinsi. Jadi, selama beberapa hari ini, Felicia tetap tinggal di sana.Namun, begitu mereka pulang malam ini, Felicia tidak mengatakan sepatah kata pun dan langsung masuk ke kamarnya. Dalam hatinya, dia benar-benar kesal terhadap Afkar, si berengsek itu!Saat ini, Shafa memandang Felicia dengan ragu-ragu dan memanggil dengan suara lirih, "Mama Feli ...."Langkah kaki Felicia sontak terhenti sejenak. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik, "Ada apa, Shafa? Mama hari ini agak capek, kita tidur lebih cepat ya?"Shafa mengerucutkan bibirnya. "Oh." Kemudian, dia menoleh ke arah ayahnya. "Papa, Mama, apa suatu hari nanti kalian juga akan ... cerai?"Mata besar Shafa dipenuhi dengan kegelisahan dan ketakutan. Afkar merasakan dadanya seakan-akan dicengkeram erat. Ekspre
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih