Jauhar sangat menyayangi dan memanjakan cucunya. Saat melihat bekas tamparan di wajah cucunya, wajahnya menjadi semakin suram.Dengan wajah suram, dia menatap Afkar. Panggilannya pun telah berubah dari "Dokter Afkar" menjadi "Pak Afkar.""Pak Afkar, sebenarnya apa yang terjadi? Aku berniat baik meminta Keyla menjemputmu, tapi kenapa kamu malah menamparnya?""Di depan pintu acara begini, kamu malah berkelahi hebat dengan anak-anak ini? Tolong beri penjelasan! Kalau nggak, acara hari ini nggak akan lagi menyambutmu!"Mendengar perkataan itu, Afkar tersenyum sinis. "Tanyakan sendiri pada cucu kesayanganmu! Lagian, aku juga sudah kehilangan minat pada acara ini!"Selesai bicara, dia langsung berbalik dan berniat meninggalkan Vila Aero. Saat dirinya kehilangan kesabaran dan menampar Keyla tadi, sebenarnya dia sudah tidak berniat untuk berlama-lama di sana."Berhenti! Berengsek! Setelah memukul orang, kamu pikir bisa pergi begitu saja? Satpam! Mana satpam? Hentikan dia! Jangan biarkan dia pe
"Benar! Paman Dalil, kamu harus membela kami!""Bocah itu terlalu sombong!""Dia berani bertindak sesuka hati di wilayah ibu kota provinsi! Dia nggak menghormati Keluarga Shahab!"Sekelompok anak orang kaya menghasut dengan penuh emosi.Di sisi lain, Jauhar melihat dua tokoh inti dari Keluarga Shahab dan Keluarga Sanjaya. Matanya sedikit berkedip, tetapi dia tetap diam.Meskipun dia yang mengundang Afkar ke sini, cucunya telah ditampar oleh pria itu. Oleh karena itu, Jauhar tidak berniat turun tangan untuk menengahi atau membela Afkar.Sementara itu, Keyla memegang wajahnya yang masih terasa perih. Ekspresinya jelas menunjukkan kepuasan atas penderitaan Afkar.Di dalam hatinya, dia berharap seseorang bisa memberi pelajaran kepada Afkar dan membantunya membalas dendam.Saat ini, Dalil mengusap janggutnya, lalu menatap Afkar dengan tatapan dingin. Namun, setelah melihatnya dengan jelas, ekspresi Dalil sontak berubah. Dia tampak terpana di tempat, bahkan wajahnya menunjukkan ekspresi yang
Siapa yang bisa menyangka bahwa bukan hanya Husein, tetapi bahkan Dalil yang keponakannya baru saja dihajar, juga bersikap sangat hormat kepada Afkar!Bukan hanya tidak mencari masalah dengan Afkar, tetapi dia malah menghajar keponakannya sendiri dengan keras!Kini, dia bahkan menyeretnya ke depan Afkar, mempersilakan Afkar untuk melampiaskan emosinya? Ini ... sebenarnya ada apa?Jauhar mengusap janggutnya dengan ekspresi yang terus berubah. Keyla membelalakkan matanya karena terkejut luar biasa, bahkan rasa sakit di wajahnya sudah tidak terasa lagi.Viola dan Renhad juga terdiam, sama sekali tidak bisa memercayai apa yang mereka lihat!Semua orang yang menyaksikan kejadian ini sama-sama tercengang dan tidak bisa berkata-kata.Saat ini, Afkar menatap Husein dan Dalil dengan agak heran. Dia menunjuk dirinya sendiri dan bertanya dengan ekspresi bingung, "Kalian ... mengenalku?"Mendengar pertanyaan itu, Husein dan Dalil tersenyum getir sambil mengangguk bersamaan."Tentu saja kami mengen
"Sudahlah, aku malas mempermasalahkan ini dengan anak kecil seperti kalian! Dah!" Afkar melambaikan tangannya dengan santai.Mendengar itu, Husein agak terkejut. "Pak Afkar, bukankah kamu datang untuk menghadiri konferensi ini? Kenapa malah pergi?"Apa-apaan ini? Afkar muncul di sini hari ini, bukankah tujuannya adalah menghadiri konferensi medis? Jangan-jangan ... dia memang sengaja datang hanya untuk menghajar anak-anak kaya itu?Afkar mengangkat bahu. "Awalnya aku memang diundang oleh Pak Jauhar. Tapi, kalau sekarang mereka mau mengusirku, mana mungkin aku tetap berada di sini?"Mendengar itu, Husein langsung menoleh ke arah Jauhar dan mendengus dingin. "Dokter Jauhar, kamu ingin mengusir Pak Afkar?""Kalau memang begitu, lebih baik konferensi medis ini dipindahkan ke tempat lain saja! Maaf, kalian nggak bisa menggunakan Vila Aero lagi. Aku bisa mengembalikan uang sewanya dua kali lipat!"Vila Aero pada dasarnya adalah properti milik Keluarga Sanjaya. Husein baru saja mengambil alih
Renhad dan Viola langsung menunjukkan ekspresi kaget dan ragu setelah mendengar bahwa Keluarga Lufita telah binasa!"Binasa? A ... apa maksudnya?" tanya Viola dengan bingung."Ya binasa, apa lagi maksudnya? Bukankah sudah jelas?" Orang itu mencebik, lalu menurunkan suaranya sedikit saat berkata dengan nada takjub, "Kudengar seluruh Keluarga Lufita hancur total! Banyak yang tewas, tapi entah berapa jumlah pastinya! Bahkan, kepala keluarganya dipenjara dan banyak anggota keluarga lainnya masuk daftar buronan!""Pokoknya, sekarang keluarga besar di ibu kota provinsi yang semula ada empat sudah tinggal tiga! Keluarga Lufita benar-benar sudah tamat!"Mendengar itu, Renhad dan Viola berpandangan. Mata mereka penuh dengan keterkejutan yang mendalam.Renhad menarik napas dalam-dalam. "Kenapa bisa tamat? Siapa yang melakukannya?""Nggak jelas, informasinya benar-benar ditutup rapat." Orang itu menggeleng, tampak tidak ingin membahas lebih lanjut.Renhad dan Viola hanya bisa menatap satu sama la
"Bukan itu maksudku, Keyla .... Jangan salah paham! Aku cuma berpikir Afkar sehebat itu, kalau kamu bisa menjalin hubungan dengannya, bukankah itu juga bagus untukmu?" Gadis kaya itu buru-buru menggeleng, berusaha menjelaskan dengan senyuman masam."Tutup mulutmu! Siapa juga yang mau sama dia? Apa hebatnya dia? Dia cuma sampah tak beretika!" sergah Keyla dengan ekspresi dingin."Oh! Kalau memang nggak mau, ya sudah! Kenapa harus marah-marah?" Gadis kaya itu merasa kesal karena dimaki begitu saja.Saat ini, Keyla masih merasakan nyeri di pipinya akibat tamparan yang diterimanya. Kebencian dalam hatinya terhadap Afkar semakin membara. Semakin dipikirkan, semakin dia kesal!Pikirannya dipenuhi dengan bayangan saat Afkar menamparnya, membuatnya semakin geram. Jika dia tidak bisa membalas dendam sedikit saja hari ini, dia bisa mati karena kesal!Keyla belum pernah dipermalukan seperti ini! Setidaknya, dia harus bisa membuat Afkar kehilangan muka di depan banyak orang!Dengan pemikiran itu,
Saat ini, Afkar merasa lucu sekaligus kehabisan kata-kata! Hanya karena dirinya punya uang dan kekuasaan, apa dia tidak boleh berpakaian sederhana?Apa dia tidak boleh naik kendaraan umum? Apa naik taksi berarti sebuah penghinaan? Apa setiap kali pergi ke suatu tempat, dia harus selalu menaiki mobil mewah? Apa uang 200 ribu yang jatuh tidak boleh diambil lagi?Haha! Ini sebenarnya nilai dan cara berpikir macam apa? Di mata Afkar, Keyla benar-benar orang yang bodoh. Berbicara dengan wanita seperti ini benar-benar membuang waktu.Meskipun cantik, pada akhirnya Keyla ini hanya sebuah cangkang kosong. Afkar sama sekali tidak tertarik untuk menjelaskan apa pun kepadanya!Kalau Afkar memberi tahu perempuan ini bahwa dirinya baru saja mengalami ledakan dan selamat, tetapi pakaiannya hancur dan mobilnya rusak, kemungkinan besar Keyla hanya akan menganggapnya sedang membual."Kamu ...!" Keyla menunjuk Afkar dengan wajah memerah karena amarah. Dia bisa merasakan betapa pria ini sangat meremehkan
Mendengar ancaman itu, ekspresi Afkar langsung menjadi dingin dan matanya yang tajam pun memancarkan kemarahan."Aku yang bertindak keterlaluan? Pak Jauhar, apa kamu tahu kejadian yang sebenarnya sebelum mengatakan itu? Menghakimi tanpa mengetahui situasinya, bukankah ini terlalu nggak adil?"Jauhar mendengus dingin. "Bagaimanapun, kamu nggak seharusnya menampar cucuku. Sebagai seorang pria, tindakan seperti itu nggak pantas! Aku harap kamu bisa menahan diri atau jangan salahkan aku bertindak lebih jauh!"Setelah berkata begitu, Jauhar mengibaskan lengan bajunya dengan kuat dan menarik Keyla pergi.Afkar menyipitkan matanya, hatinya dipenuhi kemarahan. Sejak awal, Jauhar bahkan tidak mencari tahu kebenarannya. Benar-benar sikap yang buruk! Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya!Dengan kakek seperti ini, tidak heran Keyla tumbuh menjadi seseorang yang angkuh dan tak tahu sopan santun. Sepertinya, teman lama Bian ini punya karakter yang buruk. Afkar hanya bisa menggeleng-geleng dala
"Rasanya pasti sangat memuaskan membunuh seorang genius, 'kan? Bocah, kenapa kamu nggak menyembunyikan kekuatanmu sampai akhir? Sepertinya, mentalmu masih belum cukup matang!""Ingat baik-baik untuk kehidupan selanjutnya, sebelum kamu benar-benar tumbuh kuat, belajarlah untuk menunduk dan menyembunyikan taringmu!"Giiik! Giiik .... Di saat itu, beberapa mobil tiba-tiba berhenti tidak jauh dari sana. Suara rem mereka memecah keheningan.Jelas, mereka juga menyadari ada sesuatu yang terjadi di jalan ini dan memutuskan untuk menepi dan mengamati.Dari salah satu mobil, terlihat sosok Raditya, Santo Sekte Bulan Hitam, bersama dengan Kelam dan Orion."Santo, bukankah itu Afkar?" Kelam menyipitkan mata sambil bertanya dengan ekspresi terkejut.Raditya mengangguk pelan. "Yang berjubah biru itu sepertinya adalah perwakilan dari Keluarga Pakusa dari dunia misterius. Dilihat dari situasinya, sepertinya dia sedang mengincar Afkar.""Terus, kita harus gimana?" tanya Kelam.Orion yang duduk di kurs
Afkar melajukan mobil off-road dengan kecepatan paling tinggi, melintasi jalanan di antara kaki pegunungan.Felicia sudah mengatakan, kalau Afkar tidak sempat kembali, paling-paling Fadly akan menyerahkan kekuasaannya. Namun, Afkar tetap memilih untuk mengambil risiko dengan meninggalkan Desa Langga.Dia tahu ini keputusan berisiko. Namun, yang lebih menakutkan adalah kemungkinan kecil yang bisa berakibat fatal.Afkar tidak bisa memastikan, jika benar Fadly mengadakan pertemuan dunia mafia dan secara resmi bergabung dengan Organisasi NC, apakah pihak lawan akan menepati janji atau justru berbalik menghancurkan setelah mendapatkan apa yang mereka mau.Jadi, jika memang harus ada yang mengambil risiko, Afkar lebih rela itu dirinya sendiri, bukan orang-orang yang dia sayangi.Mungkin memang begitu watak Afkar sejak dulu, seseorang yang lebih dikendalikan oleh perasaan daripada logika. Sejak dia rela menjual ginjal demi menyelamatkan putrinya, bahkan menabrakkan diri demi uang kompensasi,
Setelah mendengar ucapan itu, Afkar tidak bisa membantah dan hanya bisa mengangguk pelan sambil berkata, "Baiklah."Saat itu juga, tiba-tiba dia teringat sesuatu dan matanya langsung berbinar. "Kalau begitu, kita nggak perlu terburu-buru. Aku mau telepon orang dulu."Menghadapi kemungkinan penyergapan yang akan datang, Afkar tiba-tiba teringat akan seorang penolong, Murad.Putra Keluarga Hasyim yang seluruh tubuhnya seperti dilapisi kulit pohon itu punya latar belakang yang luar biasa kuat. Bahkan, pengikut yang selalu ada di sekelilingnya pun punya kekuatan yang tidak bisa diprediksi.Apalagi, Murad masih mengandalkan Afkar untuk menyembuhkannya. Pria itu tidak mungkin ingin melihat Afkar mati.Sekarang ada yang ingin menyergapnya, bukankah kekuatan Murad akan sangat berguna? Namun, kemungkinan butuh beberapa hari agar bala bantuan bisa tiba.Bagaimanapun, nyawa adalah hal yang utama. Afkar dan Rose bisa tinggal di Desa Langga beberapa hari, paling-paling keluar uang sedikit.Lagi pul
Semalam pun berlalu dengan tenang.Setelah beristirahat semalaman, Afkar bersama dua rekannya meninggalkan wilayah Sekte Langga. Rose telah mendapatkan kualifikasi untuk menjadi murid Sekte Langga, tetapi dia belum langsung menetap di sana, karena masih harus pulang untuk mengurus beberapa hal.Saat itu, Afkar belum tahu bahwa Felicia dan yang lainnya sudah hampir gila karena tidak bisa menghubunginya sama sekali.Tentu saja, yang pergi bukan hanya mereka bertiga. Setelah uji coba peringkat individu selesai, keluarga-keluarga dan sekte-sekte juga turut kembali ke Desa Langga di luar.Ketika Afkar dan dua rekannya kembali ke penginapan di ujung desa itu, mereka langsung melihat rombongan Keluarga Darmadi di sana.Setelah Logan tewas, kini yang memimpin adalah seorang pria paruh baya dengan kekuatan tingkat pembentukan inti tahap awal. Namanya Rudy, paman Logan."Afkar, berani sekali kamu membunuh Logan! Menurutmu musuh Keluarga Samoa masih kurang banyak ya?" Begitu melihat Afkar, Rudy l
Rose merasa dirinya yang mengambil alih kendali. Entah kenapa, di dalam hatinya, dia merasa Afkar ini ... agak menggemaskan.Saat sedang sombong, Afkar seolah-olah akan terbang ke langit. Namun, baru dicium sekali, dia langsung malu?Rose menutup mulutnya sambil tersenyum geli, lalu berdiri dan berkata, "Afkar, kamu memang nggak bisa menerimaku jadi wanitamu, tapi kita sudah pernah melewati hidup dan mati bersama. Nggak masalah kalau aku jadi sahabatmu, 'kan?""Pokoknya, aku sangat berterima kasih atas semua kebaikanmu terhadapku dan Keluarga Samoa. Aku sampai nggak tahu harus membalasnya dengan apa. Kelak kalau kamu butuh bantuan, aku pasti akan siap bertaruh nyawa untukmu."Setelah mengucapkan itu, dia sekali lagi menatap Afkar dengan dalam, lalu akhirnya membuka pintu dan pergi."Fiuh ...." Afkar akhirnya mengembuskan napas panjang. Dia merasa lebih lega.Dia menyentuh pipinya. Rasanya masih ada sisa kehangatan dan aroma lembut dari Rose. Sebuah senyuman getir pun muncul di wajahnya
Afkar hampir tersedak saat mendengar perkataan Rose!Astaga! Mau jadi istri mudanya? Berani sekali wanita ini mengatakan hal seperti itu!Sebelumnya Rose bersikap angkuh di hadapannya, tetapi sekarang malah mau jadi istri mudanya? Dari ekspresinya, sepertinya dia tidak bercanda?"Nona Rose, sekarang ini zaman apa? Kita hidup di masyarakat yang menganut sistem monogami, bukan zaman poligami! Jangan bercanda deh!" Afkar berkata sambil mengelap keringat di dahinya.Mendengar itu, mata indah Rose tampak sedikit meredup. Dia menggigit bibirnya dan bertanya, "Apa kamu masih dendam karena sikapku yang dulu? Aku tahu .... Waktu itu aku salah menilai. Aku nggak seharusnya meremehkanmu ...."Afkar melambaikan tangan, menyela, "Bukan, bukan karena itu! Cuma, cara pandang kita saja yang beda. Aku nggak bisa terima poligami dan aku sangat menghargai istriku, jadi ...."Afkar tersenyum getir dalam hati. Akhirnya, dia paham juga apa maksud dari pepatah "paling susah menolak cinta seorang wanita canti
Detik berikutnya, Pisau Naga Es di depan Afkar tiba-tiba bergetar hebat, mengeluarkan dengingan tajam dan jernih. Suara itu seperti raungan harimau dan naga yang mengamuk.Pada saat yang sama, bilah memancarkan cahaya perak yang terang, menyala selama beberapa detik sebelum akhirnya meredup kembali.Mata Afkar berbinar terang. Dia bisa merasakan seolah-olah dirinya dan pedang itu telah terhubung dalam satu kesatuan yang harmonis.Afkar menggenggam gagangnya, kembali mengelus permukaan bilah. Namun, kali ini dia tidak lagi merasakan aura tajam ataupun hawa dingin yang menusuk. Yang dia rasakan hanyalah keluwesan serta keintiman.Seakan-akan Pisau Naga Es bukan sekadar senjata, melainkan sepasang mata yang menyatu dengan tubuhnya. Ketajamannya hanya akan diarahkan pada musuh dan tidak akan pernah menyakiti tuannya."Luar biasa! Pedang ini benar-benar bisa dirasuki oleh roh pedang milikku! Jadi, ini yang disebut ... senjata yang memiliki roh?"Afkar memegang pedang itu erat-erat, merasaka
Setelah Afkar dan lainnya meninggalkan tempat Zinia, mereka kembali ke halaman yang sementara ditinggali mereka selama berada di tempat ini.Karena berada di wilayah sekte, para pendatang seperti mereka tidak diperbolehkan berkeliaran sembarangan. Setelah makan, Afkar hanya berdiam diri di dalam kamar.Dia duduk bersila di atas ranjang, merasakan perubahan yang terjadi setelah menembus ke tingkat pembentukan inti secara saksama.Berbeda dengan para kultivator tingkat pembentukan inti biasa, kini seluruh pusat energinya telah berubah menjadi bola padat yang terbentuk dari energi sejati murni yang sangat terkondensasi. Daya tahan bola itu bahkan sekeras logam mulia.Energi sejati dalam bentuk seperti ini biasanya hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat pembentukan inti tahap puncak.'Dengan kekuatanku yang sekarang, bagaimana kalau aku melawan seorang kultivator tingkat inti emas?' batin Afkar.Tadi saat bersama Zinia, Afkar secara halus mencoba menggali informasi tentang kekuatan Saf
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari