Renhad dan Viola langsung menunjukkan ekspresi kaget dan ragu setelah mendengar bahwa Keluarga Lufita telah binasa!"Binasa? A ... apa maksudnya?" tanya Viola dengan bingung."Ya binasa, apa lagi maksudnya? Bukankah sudah jelas?" Orang itu mencebik, lalu menurunkan suaranya sedikit saat berkata dengan nada takjub, "Kudengar seluruh Keluarga Lufita hancur total! Banyak yang tewas, tapi entah berapa jumlah pastinya! Bahkan, kepala keluarganya dipenjara dan banyak anggota keluarga lainnya masuk daftar buronan!""Pokoknya, sekarang keluarga besar di ibu kota provinsi yang semula ada empat sudah tinggal tiga! Keluarga Lufita benar-benar sudah tamat!"Mendengar itu, Renhad dan Viola berpandangan. Mata mereka penuh dengan keterkejutan yang mendalam.Renhad menarik napas dalam-dalam. "Kenapa bisa tamat? Siapa yang melakukannya?""Nggak jelas, informasinya benar-benar ditutup rapat." Orang itu menggeleng, tampak tidak ingin membahas lebih lanjut.Renhad dan Viola hanya bisa menatap satu sama la
"Bukan itu maksudku, Keyla .... Jangan salah paham! Aku cuma berpikir Afkar sehebat itu, kalau kamu bisa menjalin hubungan dengannya, bukankah itu juga bagus untukmu?" Gadis kaya itu buru-buru menggeleng, berusaha menjelaskan dengan senyuman masam."Tutup mulutmu! Siapa juga yang mau sama dia? Apa hebatnya dia? Dia cuma sampah tak beretika!" sergah Keyla dengan ekspresi dingin."Oh! Kalau memang nggak mau, ya sudah! Kenapa harus marah-marah?" Gadis kaya itu merasa kesal karena dimaki begitu saja.Saat ini, Keyla masih merasakan nyeri di pipinya akibat tamparan yang diterimanya. Kebencian dalam hatinya terhadap Afkar semakin membara. Semakin dipikirkan, semakin dia kesal!Pikirannya dipenuhi dengan bayangan saat Afkar menamparnya, membuatnya semakin geram. Jika dia tidak bisa membalas dendam sedikit saja hari ini, dia bisa mati karena kesal!Keyla belum pernah dipermalukan seperti ini! Setidaknya, dia harus bisa membuat Afkar kehilangan muka di depan banyak orang!Dengan pemikiran itu,
Saat ini, Afkar merasa lucu sekaligus kehabisan kata-kata! Hanya karena dirinya punya uang dan kekuasaan, apa dia tidak boleh berpakaian sederhana?Apa dia tidak boleh naik kendaraan umum? Apa naik taksi berarti sebuah penghinaan? Apa setiap kali pergi ke suatu tempat, dia harus selalu menaiki mobil mewah? Apa uang 200 ribu yang jatuh tidak boleh diambil lagi?Haha! Ini sebenarnya nilai dan cara berpikir macam apa? Di mata Afkar, Keyla benar-benar orang yang bodoh. Berbicara dengan wanita seperti ini benar-benar membuang waktu.Meskipun cantik, pada akhirnya Keyla ini hanya sebuah cangkang kosong. Afkar sama sekali tidak tertarik untuk menjelaskan apa pun kepadanya!Kalau Afkar memberi tahu perempuan ini bahwa dirinya baru saja mengalami ledakan dan selamat, tetapi pakaiannya hancur dan mobilnya rusak, kemungkinan besar Keyla hanya akan menganggapnya sedang membual."Kamu ...!" Keyla menunjuk Afkar dengan wajah memerah karena amarah. Dia bisa merasakan betapa pria ini sangat meremehkan
Mendengar ancaman itu, ekspresi Afkar langsung menjadi dingin dan matanya yang tajam pun memancarkan kemarahan."Aku yang bertindak keterlaluan? Pak Jauhar, apa kamu tahu kejadian yang sebenarnya sebelum mengatakan itu? Menghakimi tanpa mengetahui situasinya, bukankah ini terlalu nggak adil?"Jauhar mendengus dingin. "Bagaimanapun, kamu nggak seharusnya menampar cucuku. Sebagai seorang pria, tindakan seperti itu nggak pantas! Aku harap kamu bisa menahan diri atau jangan salahkan aku bertindak lebih jauh!"Setelah berkata begitu, Jauhar mengibaskan lengan bajunya dengan kuat dan menarik Keyla pergi.Afkar menyipitkan matanya, hatinya dipenuhi kemarahan. Sejak awal, Jauhar bahkan tidak mencari tahu kebenarannya. Benar-benar sikap yang buruk! Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya!Dengan kakek seperti ini, tidak heran Keyla tumbuh menjadi seseorang yang angkuh dan tak tahu sopan santun. Sepertinya, teman lama Bian ini punya karakter yang buruk. Afkar hanya bisa menggeleng-geleng dala
"Tentu saja! Kekuatan di balik Pak Murad bukan sesuatu yang bisa dibandingkan dengan empat keluarga besar di ibu kota provinsi.""Tapi, syaratnya adalah penyakit Pak Murad harus bisa disembuhkan dalam konferensi hari ini! Kalau nggak, jangan berharap terlalu banyak. Kita hanya bisa menunda kalau ingin memberi pelajaran pada Afkar." Jauhar memberi peringatan pada cucunya.Keyla mengangguk dan bertanya, "Jadi, ternyata Kakek mengadakan konferensi medis ini hanya demi Pak Murad?"Jauhar mengangguk. "Benar! Dengan keahlianku, aku tetap nggak bisa menyembuhkan penyakitnya. Aku harap ada seseorang dalam konferensi ini yang mampu mengobati penyakit aneh itu."Mendengar hal itu, mata Keyla berbinar. "Sebenarnya, penyakit apa yang diderita Pak Murad?"Jauhar menggeleng dengan ekspresi misterius. "Penyakit kulit yang sangat aneh!""Hah? Penyakit kulit?" Keyla terkejut, lalu matanya menunjukkan sedikit rasa jijik. "Apa penyakit itu menular?"Jauhar menggeleng. "Nggak menular! Ini hanya penyakit y
Keyla berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan pesonanya. Jika dia bisa mendekati Murad, nanti dia bisa membalas dendam kepada Afkar sesuka hatinya!'Afkar, aku pasti akan membalas semuanya! Aku akan menampar wajahmu sampai hancur!' Di dalam hatinya, Keyla menggertakkan giginya dengan penuh kebencian.Di sisi lain, Murad termangu sejenak. Matanya menyapu Keyla dengan tatapan yang mengandung sedikit ketertarikan. Namun, saat ini dia tidak memiliki niat untuk hal semacam itu."Pak Jauhar, apa semuanya sudah siap?" tanya Murad.Jauhar diam-diam menghela napas. Kecantikan cucunya bahkan tidak bisa menarik perhatian Murad?"Semua tamu yang diundang sudah tiba! Silakan masuk!""Hm."Murad mengangguk ringan dengan sikap dingin.Saat ini, pria paruh baya yang menjadi pengawal Murad mendengus dingin kepada Jauhar. Suaranya penuh dengan ancaman. "Kuharap hari ini ada yang bisa menyembuhkan penyakit tuan muda kami! Kalau nggak ... huh!""Ya, ya .... Aku sudah berusaha sebaik mungkin mengunda
"Eee ... baiklah! Mari kita kembali ke pokok pembicaraan." Jauhar tersenyum canggung sambil berkata demikian.Pada saat ini, semua orang di aula menoleh ke arah Murad. Ekspresi mereka dipenuhi keheranan."Siapa sebenarnya pemuda ini? Dari auranya saja sudah terlihat berbeda.""Tentu saja! Bahkan Dokter Jauhar juga bersikap sangat hormat padanya.""Lihat para pengawal yang dibawanya, semuanya jelas adalah ahli bela diri tingkat tinggi.""Kalian nggak melihatnya? Cucu Dokter Jauhar, Keyla, terus mengikuti dengan penuh perhatian.""Keyla selalu sombong dan sulit didekati. Sejak kapan dia pernah bersikap seantusias ini?"Orang-orang mulai berbisik dan bergosip."Ahh!" Tiba-tiba, terdengar teriakan lembut. Sebuah sosok anggun menerobos kerumunan seperti kehilangan keseimbangan, lalu langsung terjatuh ke arah Murad.Orang itu tak lain adalah Viola!Namun, pengawal paruh baya di sisi Murad bereaksi dengan sangat cepat. Dalam sekejap, dia telah mengangkat tangannya dan langsung menghentikan Vi
Viola juga sama. Dia bergegas mundur beberapa langkah, menjaga jarak aman dari Murad.Saat ini, Murad bertelanjang dada, memperlihatkan tubuhnya yang benar-benar tidak layak untuk dipandang.Kulitnya memiliki semacam kelainan, berubah seperti kayu tua yang mengelupas. Siapa pun yang melihatnya langsung merinding.Setiap kali Murad bergerak, serpihan kecil mirip serbuk kayu akan jatuh dari tubuhnya. Siapa yang bisa menyangka bahwa Murad yang tampak begitu tampan dan berwibawa, ternyata menderita penyakit kulit yang begitu mengerikan?Saat ini, merasakan tatapan aneh dari semua orang di sekelilingnya, tatapan Murad berubah dingin. Terutama ketika dia melihat dua wanita yang tadi berusaha menarik perhatiannya kini mundur dengan wajah jijik, seolah-olah dia adalah wabah berbahaya. Raut wajahnya semakin muram!"Tenang, semuanya! Penyakit kulit yang diderita Pak Murad nggak menular!" Jauhar melambaikan tangan, menenangkan suasana.Selanjutnya, dia menyapukan pandangan penuh harap ke sekelili
"Rasanya pasti sangat memuaskan membunuh seorang genius, 'kan? Bocah, kenapa kamu nggak menyembunyikan kekuatanmu sampai akhir? Sepertinya, mentalmu masih belum cukup matang!""Ingat baik-baik untuk kehidupan selanjutnya, sebelum kamu benar-benar tumbuh kuat, belajarlah untuk menunduk dan menyembunyikan taringmu!"Giiik! Giiik .... Di saat itu, beberapa mobil tiba-tiba berhenti tidak jauh dari sana. Suara rem mereka memecah keheningan.Jelas, mereka juga menyadari ada sesuatu yang terjadi di jalan ini dan memutuskan untuk menepi dan mengamati.Dari salah satu mobil, terlihat sosok Raditya, Santo Sekte Bulan Hitam, bersama dengan Kelam dan Orion."Santo, bukankah itu Afkar?" Kelam menyipitkan mata sambil bertanya dengan ekspresi terkejut.Raditya mengangguk pelan. "Yang berjubah biru itu sepertinya adalah perwakilan dari Keluarga Pakusa dari dunia misterius. Dilihat dari situasinya, sepertinya dia sedang mengincar Afkar.""Terus, kita harus gimana?" tanya Kelam.Orion yang duduk di kurs
Afkar melajukan mobil off-road dengan kecepatan paling tinggi, melintasi jalanan di antara kaki pegunungan.Felicia sudah mengatakan, kalau Afkar tidak sempat kembali, paling-paling Fadly akan menyerahkan kekuasaannya. Namun, Afkar tetap memilih untuk mengambil risiko dengan meninggalkan Desa Langga.Dia tahu ini keputusan berisiko. Namun, yang lebih menakutkan adalah kemungkinan kecil yang bisa berakibat fatal.Afkar tidak bisa memastikan, jika benar Fadly mengadakan pertemuan dunia mafia dan secara resmi bergabung dengan Organisasi NC, apakah pihak lawan akan menepati janji atau justru berbalik menghancurkan setelah mendapatkan apa yang mereka mau.Jadi, jika memang harus ada yang mengambil risiko, Afkar lebih rela itu dirinya sendiri, bukan orang-orang yang dia sayangi.Mungkin memang begitu watak Afkar sejak dulu, seseorang yang lebih dikendalikan oleh perasaan daripada logika. Sejak dia rela menjual ginjal demi menyelamatkan putrinya, bahkan menabrakkan diri demi uang kompensasi,
Setelah mendengar ucapan itu, Afkar tidak bisa membantah dan hanya bisa mengangguk pelan sambil berkata, "Baiklah."Saat itu juga, tiba-tiba dia teringat sesuatu dan matanya langsung berbinar. "Kalau begitu, kita nggak perlu terburu-buru. Aku mau telepon orang dulu."Menghadapi kemungkinan penyergapan yang akan datang, Afkar tiba-tiba teringat akan seorang penolong, Murad.Putra Keluarga Hasyim yang seluruh tubuhnya seperti dilapisi kulit pohon itu punya latar belakang yang luar biasa kuat. Bahkan, pengikut yang selalu ada di sekelilingnya pun punya kekuatan yang tidak bisa diprediksi.Apalagi, Murad masih mengandalkan Afkar untuk menyembuhkannya. Pria itu tidak mungkin ingin melihat Afkar mati.Sekarang ada yang ingin menyergapnya, bukankah kekuatan Murad akan sangat berguna? Namun, kemungkinan butuh beberapa hari agar bala bantuan bisa tiba.Bagaimanapun, nyawa adalah hal yang utama. Afkar dan Rose bisa tinggal di Desa Langga beberapa hari, paling-paling keluar uang sedikit.Lagi pul
Semalam pun berlalu dengan tenang.Setelah beristirahat semalaman, Afkar bersama dua rekannya meninggalkan wilayah Sekte Langga. Rose telah mendapatkan kualifikasi untuk menjadi murid Sekte Langga, tetapi dia belum langsung menetap di sana, karena masih harus pulang untuk mengurus beberapa hal.Saat itu, Afkar belum tahu bahwa Felicia dan yang lainnya sudah hampir gila karena tidak bisa menghubunginya sama sekali.Tentu saja, yang pergi bukan hanya mereka bertiga. Setelah uji coba peringkat individu selesai, keluarga-keluarga dan sekte-sekte juga turut kembali ke Desa Langga di luar.Ketika Afkar dan dua rekannya kembali ke penginapan di ujung desa itu, mereka langsung melihat rombongan Keluarga Darmadi di sana.Setelah Logan tewas, kini yang memimpin adalah seorang pria paruh baya dengan kekuatan tingkat pembentukan inti tahap awal. Namanya Rudy, paman Logan."Afkar, berani sekali kamu membunuh Logan! Menurutmu musuh Keluarga Samoa masih kurang banyak ya?" Begitu melihat Afkar, Rudy l
Rose merasa dirinya yang mengambil alih kendali. Entah kenapa, di dalam hatinya, dia merasa Afkar ini ... agak menggemaskan.Saat sedang sombong, Afkar seolah-olah akan terbang ke langit. Namun, baru dicium sekali, dia langsung malu?Rose menutup mulutnya sambil tersenyum geli, lalu berdiri dan berkata, "Afkar, kamu memang nggak bisa menerimaku jadi wanitamu, tapi kita sudah pernah melewati hidup dan mati bersama. Nggak masalah kalau aku jadi sahabatmu, 'kan?""Pokoknya, aku sangat berterima kasih atas semua kebaikanmu terhadapku dan Keluarga Samoa. Aku sampai nggak tahu harus membalasnya dengan apa. Kelak kalau kamu butuh bantuan, aku pasti akan siap bertaruh nyawa untukmu."Setelah mengucapkan itu, dia sekali lagi menatap Afkar dengan dalam, lalu akhirnya membuka pintu dan pergi."Fiuh ...." Afkar akhirnya mengembuskan napas panjang. Dia merasa lebih lega.Dia menyentuh pipinya. Rasanya masih ada sisa kehangatan dan aroma lembut dari Rose. Sebuah senyuman getir pun muncul di wajahnya
Afkar hampir tersedak saat mendengar perkataan Rose!Astaga! Mau jadi istri mudanya? Berani sekali wanita ini mengatakan hal seperti itu!Sebelumnya Rose bersikap angkuh di hadapannya, tetapi sekarang malah mau jadi istri mudanya? Dari ekspresinya, sepertinya dia tidak bercanda?"Nona Rose, sekarang ini zaman apa? Kita hidup di masyarakat yang menganut sistem monogami, bukan zaman poligami! Jangan bercanda deh!" Afkar berkata sambil mengelap keringat di dahinya.Mendengar itu, mata indah Rose tampak sedikit meredup. Dia menggigit bibirnya dan bertanya, "Apa kamu masih dendam karena sikapku yang dulu? Aku tahu .... Waktu itu aku salah menilai. Aku nggak seharusnya meremehkanmu ...."Afkar melambaikan tangan, menyela, "Bukan, bukan karena itu! Cuma, cara pandang kita saja yang beda. Aku nggak bisa terima poligami dan aku sangat menghargai istriku, jadi ...."Afkar tersenyum getir dalam hati. Akhirnya, dia paham juga apa maksud dari pepatah "paling susah menolak cinta seorang wanita canti
Detik berikutnya, Pisau Naga Es di depan Afkar tiba-tiba bergetar hebat, mengeluarkan dengingan tajam dan jernih. Suara itu seperti raungan harimau dan naga yang mengamuk.Pada saat yang sama, bilah memancarkan cahaya perak yang terang, menyala selama beberapa detik sebelum akhirnya meredup kembali.Mata Afkar berbinar terang. Dia bisa merasakan seolah-olah dirinya dan pedang itu telah terhubung dalam satu kesatuan yang harmonis.Afkar menggenggam gagangnya, kembali mengelus permukaan bilah. Namun, kali ini dia tidak lagi merasakan aura tajam ataupun hawa dingin yang menusuk. Yang dia rasakan hanyalah keluwesan serta keintiman.Seakan-akan Pisau Naga Es bukan sekadar senjata, melainkan sepasang mata yang menyatu dengan tubuhnya. Ketajamannya hanya akan diarahkan pada musuh dan tidak akan pernah menyakiti tuannya."Luar biasa! Pedang ini benar-benar bisa dirasuki oleh roh pedang milikku! Jadi, ini yang disebut ... senjata yang memiliki roh?"Afkar memegang pedang itu erat-erat, merasaka
Setelah Afkar dan lainnya meninggalkan tempat Zinia, mereka kembali ke halaman yang sementara ditinggali mereka selama berada di tempat ini.Karena berada di wilayah sekte, para pendatang seperti mereka tidak diperbolehkan berkeliaran sembarangan. Setelah makan, Afkar hanya berdiam diri di dalam kamar.Dia duduk bersila di atas ranjang, merasakan perubahan yang terjadi setelah menembus ke tingkat pembentukan inti secara saksama.Berbeda dengan para kultivator tingkat pembentukan inti biasa, kini seluruh pusat energinya telah berubah menjadi bola padat yang terbentuk dari energi sejati murni yang sangat terkondensasi. Daya tahan bola itu bahkan sekeras logam mulia.Energi sejati dalam bentuk seperti ini biasanya hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat pembentukan inti tahap puncak.'Dengan kekuatanku yang sekarang, bagaimana kalau aku melawan seorang kultivator tingkat inti emas?' batin Afkar.Tadi saat bersama Zinia, Afkar secara halus mencoba menggali informasi tentang kekuatan Saf
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari