Tatapan Afkar menjadi makin serius. Pria tua berjubah merah di hadapannya ini bukan hanya memiliki kekuatan yang tak bisa diukur, tetapi juga memancarkan niat membunuh yang sangat mengerikan. Orang ini benar-benar ingin menghabisinya.Dengan suara berat, Afkar bertanya, "Siapa kamu sebenarnya?"Hantu Senyap menyeringai jahat, lalu membalas, "Siapa aku? Kamu membunuh muridku, tapi sudah lupa begitu saja?"Mata Afkar memicing. Dalam sekejap, sebuah nama muncul dalam benaknya. Dia pun bertanya, "Kamu ... guru dari Pencabut Nyawa?"Aura kejahatan yang menyelimuti tubuh pria ini sangat mirip dengan Pencabut Nyawa. Hal itu membuat Afkar langsung bisa menebak hubungannya dengan orang itu."Karena kamu sudah tahu, bersiaplah untuk mati!" Begitu kata-katanya selesai, Hantu Senyap langsung menerjang ke arah Afkar. Tubuhnya diselimuti aura ganas yang mengerikan.Dengan satu gerakan, Hantu Senyap mengayunkan telapak tangannya yang bercahaya merah dan dipenuhi energi sejati yang pekat, seolah-olah
Seiring dengan suara benturan yang dalam, tubuh Hantu Senyap langsung terlempar ke belakang. Namun hanya dalam sekejap, mata Afkar dipenuhi keterkejutan yang mendalam. Perasaan tak berdaya yang luar biasa menyelimuti hatinya.Hantu Senyap mendarat di tanah. Tubuhnya terdorong mundur beberapa langkah sebelum akhirnya berdiri tegak kembali. Di wajahnya, terlukis keterkejutan yang sama. Sekilas, rona merah yang tidak sehat muncul di wajah tuanya.Serangan Teknik Resonansi Bumi yang digabungkan dengan pukulan penuh tenaga Afkar benar-benar berhasil melukai Hantu Senyap, meskipun hanya sedikit.Ekspresi kaget dan marah muncul di wajah Hantu Senyap. Dia berucap sambil tersenyum bengis, "Aku nggak sangka, kamu bahkan bisa melukaiku meskipun kita terpaut satu tingkat besar dalam kultivasi. Bagus sekali! Ini jadi makin menarik. Membunuh seorang genius sehebat kamu, rasanya lebih puas! Hahaha!"Usai Hantu Senyap berkata demikian, angin dingin berembus. Disertai dengan tawa melengking yang menyer
"Keluarga Samoa?" Hantu Senyap mendengus dingin setelah mendengar kata-kata itu. Ekspresinya penuh penghinaan ketika melanjutkan, "Hmph! Cuma keluarga seni bela diri kecil yang nggak berarti. Aku sarankan kamu jangan ikut campur! Di belakangku, ada Sekte Kartu Hantu!"Mendengar itu, alis Varel sedikit berkerut. Dia berucap, "Sekte Kartu Hantu?"Di dalam matanya, terlihat secercah kehati-hatian. Sekte Kartu Hantu adalah sekte kuno seni bela diri yang sesungguhnya. Sebagian besar anggotanya adalah kultivator jalur sesat yang kejam dan selalu haus darah.Bahkan, dikabarkan bahwa Ketua Sekte Kartu Hantu adalah seorang kultivator tingkat inti emas yang benar-benar menakutkan. Jika dibandingkan dengan sekte semacam itu, Keluarga Samoa sama sekali bukan tandingan mereka.Afkar yang masih duduk di tanah memandang Varel dengan sorot mata yang rumit. Setelah merasakan bahwa pria tua ini sedikit ragu, dia pun menghela napas dalam hati.Afkar tidak menyangka bahwa mantan Kepala Keluarga Samoa akan
Ucapan itu di akhir mengandung makna yang lebih dalam. Hantu Senyap juga menangkap pesan tersembunyi dalam kata-kata Varel. Anak ini punya dukungan di belakangnya?Hantu Senyap berpikir sejenak, lalu merasa memang ada kemungkinan besar. Kalau tidak, bagaimana mungkin seorang pemuda yang baru berusia 20 tahunan bisa mencapai tingkat pembangunan fondasi? Jika benar begitu, dia harus lebih berhati-hati.Hantu Senyap mulai merasa ragu. Ditambah lagi dengan kehadiran Varel di sini, membunuh Afkar saat ini memang mustahil. Itu sebabnya, dia pun mengambil langkah mundur dengan bijaksana.Hantu Senyap akan melihat situasi tujuh hari lagi. Jika benar Afkar memiliki latar belakang yang kuat, dalam tujuh hari seharusnya dia sudah berhasil menghubungi keluarganya.Saat itu tiba, walaupun muridnya mati percuma, Hantu Senyap hanya bisa menerimanya. Namun, kalau ternyata Afkar tidak punya dukungan apa pun ....Dengan pikiran seperti itu, Hantu Senyap melirik Afkar dengan tatapan dingin yang tajam seb
Setelah Hantu Senyap meninggalkan tempat itu, dia langsung menuju rumah Keluarga Manggala. Saat itu, Qaila dan Reno sudah menunggu dengan penuh harap.Qaila bertanya dengan penuh antusias, "Senior, gimana? Apa Afkar sudah kamu habisi?"Reno juga menatap penuh harapan. Dia tidak sabar mendengar kabar kematian Afkar. Namun, Hantu Senyap hanya mendengus dingin lalu menggelengkan kepala. Dia memberi tahu, "Belum." Mendengar jawaban itu, Qaila dan Reno langsung tercengang. Qaila pun melanjutkan, "Apa? Be ... belum? Senior, jangan bilang kalau kamu juga bukan tandingan dia?"Reno terlihat ragu. Pikirannya penuh tanda tanya. Sehebat itukah Afkar? Bahkan, Pencabut Nyawa saja tidak bisa membunuhnya. Sekarang, bahkan gurunya pun gagal?Begitu mendengar ucapan itu, mata Hantu Senyap langsung menyipit dengan dingin. Tiba-tiba, dia mencengkeram leher Qaila dan mengangkatnya.Hantu Senyap memaki, "Dasar jalang! Muridku mati di Kota Nubes demi bantu kalian menghadapi Afkar. Kamu masih berani cerewet
Qaila melanjutkan, "Kalau bisa langsung bunuh Afkar, itu malah lebih baik! Kita nggak perlu unggu tujuh hari lagi deh!"Mendengar itu, mata Reno langsung berbinar. Kemudian, dia merespons, "Benar! Hahaha! Kalau kita sebarkan kabar bahwa Afkar sedang terluka parah, pasti akan ada orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabisinya!"....Setelah kembali ke Vila Emperor, Afkar segera menelepon Mateo. Dia sempat ragu, apakah perlu memberi tahu sahabatnya bahwa dirinya sedang terluka parah agar Mateo bisa kembali untuk membantu melindungi Shafa.Namun setelah berpikir sejenak, Afkar memutuskan untuk tidak memberitahunya. Sebagai gantinya, dia hanya menanyakan apakah Mateo baru-baru ini mendapatkan sumber daya kultivasi dengan menukar pil obat.Bukan karena Afkar tidak memercayai Mateo, tetapi karena dia tidak ingin ada siapa pun yang tahu tentang kondisinya.Selain itu, Shafa dan Felicia masing-masing memiliki Jimat Pencabut Nyawa yang diberikan olehnya. Jadi saat menghadapi orang b
Mendengar David memuji Afkar, Noah memaki dengan kesal, "Sialan! Hebat apanya! Aku rasa kamu sudah ketakutan setengah mati gara-gara Afkar, 'kan?"David bertanya dengan hati-hati, "Bukan begitu, Pak Noah. Tapi, dari mana kamu dapat berita ini? Apa bisa dipercaya?""Dari Keluarga Lufita!" Nada suara Noah terdengar dingin ketika menjawab demikian."Keluarga Lufita? Maksudmu Keluarga Lufita dari ibu kota provinsi? Apa mereka bisa dipercaya? Jangan-jangan mereka cuma ingin memanfaatkan kita?" tanya David. Dia yang licik dan penuh curiga langsung menangkap kemungkinan tersebut."Memanfaatkan kita?" Noah mengernyit, lalu segera memberikan perintah, "Nggak peduli benar atau nggak, awasi Afkar baik-baik selama beberapa hari ke depan. Kalau ada perkembangan apa pun, segera beri tahu aku!""Kalau bajingan itu memang terluka parah atau bahkan mati, pada akhirnya Felicia tetap akan jadi milikku!" Saat mengucapkan itu, ekspresi Noah berubah ganas dan penuh obsesi.Di mata Noah, kini bukan hanya kec
Felicia akhirnya menghapus air matanya, lalu memasang ekspresi dingin. Setelah mengambil berbagai dokumen, dia turun ke lantai bawah."Hari ini kita nggak akan ke perusahaan, langsung saja ke pengadilan negeri!" Suara Felicia sedingin es, seolah-olah bisa membuat udara di sekitarnya membeku.Afkar menatapnya dan menyadari bahwa mata wanita itu agak merah dan bengkak. Jelas sekali, Felicia baru saja menangis!Hal ini membuat dada Afkar terasa sesak. Entah kenapa, ada rasa sakit yang muncul dalam hatinya. Namun, pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk pelan.Beberapa saat kemudian, saat Afkar mengendarai mobil dan membawa Felicia keluar dari gerbang vila, tiba-tiba sebuah mobil Mercedes-Benz melaju ke arah mereka dan berhenti tepat di depan gerbang, menghalangi jalan mereka!Segera setelah itu, tiga orang turun dari mobil tersebut. Mereka adalah Victor, Kepala Keluarga Permono, serta Yola.Selain mereka berdua, ada juga seorang pria paruh baya dengan wajah dingin dan
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran