Lembah dan tepi danau ini kini dipenuhi aura kematian!Bahkan, orang-orang biasa yang berada jauh dari sini pun bisa merasakan aura membunuh yang mengerikan di antara Afkar dan Nobu!Kekuatan dahsyat terasa seperti zat nyata yang memancar dari tubuh Nobu, menekan Afkar secara gila-gilaan.Setelah mengumpulkan kekuatan hingga maksimal, Nobu berseru dan mencabut dua pedangnya. Tubuhnya berubah menjadi bayangan yang menyerbu ke arah Afkar. Serangannya seperti ingin membelah Afkar menjadi beberapa bagian!Whoosh! Dalam sekejap, energi naga yang kuat memancar dari dalam tubuh Afkar, membentuk lapisan pelindung energi yang padat di sekeliling tubuhnya.Udara di sekitar Afkar tampak terdistorsi. Tanpa ragu, Afkar menghadapi serangan pedang Nobu. Klang! Klang! Klang ....Seketika, ekspresi percaya diri Nobu membeku! Ekspresi kejam di wajahnya langsung berubah menjadi ketakutan!Ketika kedua pedangnya mengenai pelindung energi Afkar, pedang-pedang itu langsung hancur berkeping-keping."Nggak mu
Jeremy terus menggelengkan kepalanya. Aktor laga yang sebelumnya bersikap sombong dan menantang Afkar untuk bertarung, kini terlihat seperti ingin menangis. Bibirnya bergetar saat berbicara. Bahkan, dia tidak berani menatap langsung ke arah Afkar.Afkar terkekeh-kekeh sambil menyapu seluruh kerumunan. Andri menunduk dengan ketakutan. Devi juga menghindari tatapan Afkar dengan ekspresi tidak karuan.Saat ini, terdengar suara sirene. Seketika, terlihat beberapa mobil polisi dan ambulans tiba di lokasi kejadian!Kapten yang memimpin tim pun turun dari mobil dan langsung terkejut melihat pemandangan di depannya."Jangan bergerak, angkat tangan kalian!" Kapten itu langsung mengeluarkan pistolnya dan berteriak keras kepada semua orang.Petugas polisi lainnya yang turun dari mobil juga terkejut. Melihat banyak mayat berlutut di tanah, mereka segera mengeluarkan pistol mereka.Afkar menggeleng dan mengangkat tangannya sebagai tanda menyerah. Orang lain pun mengikuti."Tangkap mereka semua!" pe
Afkar berteriak dengan marah, "Suruh dia datang dan hadapi aku! Dia cuma ingin balas dendam dan menuduh tanpa dasar!"Setelah ucapan itu dilontarkan, pria berambut abu itu ragu sejenak. Kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Aku akan sampaikan keinginanmu pada Bu Devi. Kalau dia setuju, aku akan atur pertemuan untuk kalian."Setelah itu, pria berambut abu itu meninggalkan ruang interogasi. Sementara itu, orang-orang selesai mencatat kesaksian. Sebagian besar masih berkumpul di halaman besar dan tidak langsung pergi.Felicia berada di antara mereka! Dia tampak memandang sekeliling dengan cemas karena tidak melihat Afkar keluar.Sesaat kemudian, Felicia menarik seorang petugas berseragam dan bertanya, "Maaf, kenapa Pak Afkar belum keluar ya? Apa dia baik-baik saja?"Petugas itu menggeleng. "Maaf, Bu. Ada yang menuduh Pak Afkar membunuh orang yang nggak bersalah. Kami masih menyelidikinya."Mendengar ini, ekspresi Felicia langsung berubah. "Kapan Afkar membunuh orang yang nggak bersa
Ketika melihat keadaan ini, orang-orang yang ada di sana langsung terkejut dan segera mengangkat tangan mereka."Ka ... kami nggak melakukan apa-apa!""Gimana mungkin Pak Afkar yang membunuh Pak Kai? Aku melihat dengan jelas, justru pembunuh yang memimpin itu yang membunuh Pak Kai!""Benar! Aku bisa bersaksi untuk Pak Afkar!""Pak Afkar adalah pahlawan. Dia menyelamatkan kami, gimana mungkin dia membunuh orang yang nggak bersalah? Pak Kai dibunuh oleh para pembunuh dari Negara Sakura!""Kami bisa bersaksi untuk Pak Afkar!""Aku nggak yang menuduh Pak Afkar!""Siapa yang begitu kejam? Gimana bisa membuat kebohongan seperti ini?"Para kru film, orang-orang dari butik, bahkan Andri, semua sibuk berdiskusi. Terutama para aktris dan figuran wanita, mereka berkata dengan suara paling lantang, seakan-akan mereka sangat marah mendengar ada orang yang menuduh Afkar.Sekarang, hampir semuanya telah menjadi penggemar Afkar. Mereka sangat menghormati dan mengagumi pria yang seperti dewa pembunuh i
Cello mendapat kabar dan segera datang ke sini. Namun, dia hanya tahu bahwa kru film diserang oleh pembunuh. Detailnya masih belum jelas.Cello bahkan tidak tahu Afkar dan Felicia juga terlibat dalam insiden ini. Makanya, dia cukup terkejut melihat Felicia."Ya, aku dan Afkar ada di tempat kejadian." Felicia mengangguk."Kalian juga di sana? Di mana Kak Afkar? Aku nggak melihatnya." Ekspresi Cello tampak gugup setelah mendengarnya. Kemudian, dia mengamati sekeliling.Selain melihat para tentara yang bersenjata lengkap dan Daru, Cello tidak melihat Afkar.Sementara itu, para kru film yang mendengar percakapan antara Cello dan Felicia tampak terkejut. Cello bersikap begitu sopan kepada istri Afkar? Bahkan memanggilnya kakak?Sebelumnya saat mereka diusir, Afkar mengatakan akan menghubungi Cello untuk mengatasi masalah, tetapi semua orang menganggapnya sebagai lelucon.Namun, sekarang terlihat jelas bahwa mereka benar-benar saling mengenal. Bahkan, hubungan mereka lebih dari sekadar biasa
Afkar menggertakkan giginya. Dia ingin sekali menampar wanita ini."Maaf ya, pokoknya aku melihatmu membunuh orang. Aku nggak apa yang orang lain lihat. Mungkin mereka takut setelah melihatmu membunuh begitu banyak orang.""Yang jelas, aku nggak akan takut padamu." Devi mencebik dan mengelus dahinya, seolah-olah akan jatuh pingsan. "Tentunya, mungkin saja aku berhalusinasi karena terlalu gugup.""Lagi pula, kamu sempat menamparku. Sampai sekarang kepalaku masih berdengung. Pokoknya aku cuma mengatakan apa yang aku lihat!"Afkar memelototinya. "Kamu ...."Devi tersenyum dengan bangga, merasa senang melihat Afkar kesulitan membela diri. Siapa suruh kamu berani menamparku? Aku akan membuatmu tidak bisa lolos dari masalah ini!Kenapa memangnya kalau kamu kuat? Kenapa memangnya kalau kamu bisa membunuh begitu banyak orang? Memangnya kamu bisa melawan hukum dan negara?Bam! Tiba-tiba, pintu ruang interogasi ditendang dari luar. Dude menarik kakinya dan berdiri tegak di samping pintu. Saat be
Begitu mendengarnya, Devi terkesiap hingga wajahnya pucat pasi. Namun, dia tetap ngotot."Aku nggak mau tahu siapa target para pembunuh itu. Yang jelas, aku melihat Afkar membunuh orang. Tapi, mungkin saja aku berhalusinasi karena Afkar sempat menamparku? Lihat ....""Dia orang yang sangat kasar. Dia membunuh begitu banyak penjahat, mungkin saja nggak sengaja membunuh kru film itu. Mungkin juga aku salah lihat, tapi aku nggak bermaksud memfitnah!" pekik Devi.Jelas sekali, Devi masih tidak mau mengakui kesalahannya.Saat ini, Devi melihat Cello yang berjalan masuk. Matanya sontak berbinar-binar. "Pak Cello! Tolong aku! Tolong beri aku keadilan!"Meskipun Daru punya status tinggi, Devi merasa Grup Akasa juga sangat berpengaruh di seluruh provinsi. Asalkan Cello memihaknya, panglima di kota tingkat dua pasti akan memberinya muka.Namun, saat berikutnya terjadi yang tidak disangka Devi. Terlihat Cello yang berwajah masam mengabaikannya dan menatap Afkar dengan rasa bersalah."Kak Afkar, k
Devi dipukuli hingga babak belur. Cello yang marah sama sekali tidak menahan diri."Nggak, bukan begitu. Aku ... aku sudah ingat sekarang. Pak Afkar ... nggak membunuh Kai! Aku ... cuma berbohong ...." Devi menangis dan ketakutan setengah mati.Plak! Plak! Plak! Satu demi satu tamparan keras mendarat di wajah Devi. Suara tamparan bergema di ruang interogasi."Siapa suruh kamu berbohong? Berani sekali kamu berbohong! Dasar jalang! Beraninya kamu menuduh orang membunuh! Kalau itu orang lain, hidup mereka bisa hancur!""Aku sudah buta sebelumnya. Bagaimana bisa aku mempromosikan jalang sepertimu? Asal kamu tahu, Kak Afkar adalah penyelamat ibuku, penyelamat seluruh keluargaku. Gimana aku harus menghadapi Kak Afkar sekarang? Sialan! Akan kuhabisi kamu!" maki Cello sambil terus menampar."Pak Cello, aku sudah tahu salah .... Ah! Aku nggak akan berani lagi. Tolong ampuni aku .... Ah!" Devi terus berteriak kesakitan. Wajahnya tidak bisa dikenali lagi.Wanita yang tadinya masih sombong, kini
"Aku nggak percaya ini! Ah! Ah!" Scorpion berteriak dengan tidak puas, lalu menggunakan belati di tangannya untuk menusuk bagian perut dan area lemah lainnya secara gila-gilaan.Bahkan sampai akhirnya, belati di tangannya sudah melengkung dan tumpul, tetapi tetap tidak berhasil membuat Afkar berdarah."Membunuhku saja nggak bisa, masih mau jadi penjahat?" tanya Afkar dengan nada mengejek.Saat ini, Scorpion benar-benar tercengang! Wira dan Denny juga menunjukkan ekspresi seperti melihat hantu! Bahkan, Wulan menatap Afkar seperti sedang melihat makhluk aneh!Rasa khawatir dan bersalah yang sebelumnya terlihat di wajahnya perlahan menghilang. Wulan merasa lega di dalam hati."Bocah, sebenarnya siapa kamu ini?" Denny menggerakkan wajahnya yang agak kaku, bertanya dengan penuh keraguan."Aku akan bilang sekali lagi, lepaskan Wulan, maka aku akan mengampuni kalian. Kalau nggak, hari akan menjadi hari kematian kalian!" seru Afkar dengan suara dingin dan menakutkan.Mendengar ini, Denny mence
"Haha ... memuaskan sekali!" Saat ini, Wira tertawa puas.Denny yang masih memegang Wulan pun tersenyum dingin dan berkata, "Lebih baik kamu nggak bergerak atau aku akan langsung bunuh gadis ini!"Afkar menarik napas panjang dengan tatapan dingin. Sejujurnya, tamparan yang diberikan oleh Scorpion tadi sama sekali tidak terasa sakit.Scorpion hanya ahli tingkat eksplisit tahap akhir, mana mungkin bisa membuat Afkar kesakitan! Namun, masalahnya bukan tentang rasa sakit, melainkan penghinaan!Namun, karena Wulan sedang berada di tangan Keluarga Widjaja, bahkan dengan pistol yang diarahkan ke kepalanya, Afkar tidak berani bergerak sembarangan saat ini.Meskipun merasa kesal karena ditampar, itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keselamatan Wulan!Plak! Plak! Tidak lama kemudian, Scorpion melayangkan dua tamparan keras lagi ke wajah Afkar dengan ekspresi penuh kebencian dan kepuasan.Tadi dia dipukul sampai terlempar oleh Afkar hingga memuntahkan darah, kini dia merasa puas kare
Wajah Scorpion menampilkan senyuman bengis.Klang! Saat berikutnya, Afkar menggerakkan tangannya dengan ringan, membuat pisau yang berada di tangan Scorpion terlempar dan terjatuh!Telapak tangan Scorpion yang menggenggam pisau langsung robek dan berdarah. Dia merasakan kekuatan yang mengerikan mengalir melalui tangannya, membuatnya mati rasa seketika!Wajah Scorpion sontak berubah drastis, menampilkan ekspresi penuh ketakutan. Dalam situasi itu, tidak ada waktu baginya untuk mundur. Segera, dia mengerahkan Teknik Jubah Besi.Bam! Suara dentuman terdengar, lalu tubuh Scorpion terlempar akibat tendangan Afkar. Setelah jatuh ke tanah, dia memuntahkan darah dan berdiri dengan goyah!Afkar mengangkat alis, matanya memancarkan keterkejutan. Meskipun tendangan tadi dilakukan dengan santai, kekuatannya cukup besar. Seharusnya, lawannya setidaknya mengalami luka parah atau bahkan kehilangan nyawa. Namun, orang ini masih mampu berdiri?Sepertinya, pria ini adalah seorang petarung yang berfokus
Tentu saja, Arwan tidak akan memberi tahu Denny terlalu banyak, apalagi mengatakan dia datang untuk meminta maaf kepada seseorang. Hal itu hanya akan merendahkan martabatnya. Dia hanya memberi tahu Denny, dia datang untuk memberikan hadiah kepada seseorang!"Oh? Mau kasih orang hadiah ya? Laki-laki atau perempuan, Pak?" tanya Denny yang cukup terkejut."Laki-laki, kenapa? Apa aku perlu melaporkan siapa orangnya kepadamu?" balas Arwan dengan nada tidak ramah."Bukan, bukan begitu! Hehe!" Denny terkekeh-kekeh dengan canggung. Setelah mengakhiri panggilan, ekspresi terkejut tebersit di wajahnya, lalu berubah menjadi bersemangat."Ayah, ada apa?" Wira yang melihat ekspresi ayahnya yang berubah-ubah lantas bertanya dengan bingung.Denny tersenyum dan menyahut, "Kamu tahu nggak, ternyata Pak Arwan datang untuk memberi hadiah kepada seseorang!""Kamu percaya itu? Dengan status Pak Arwan, dia sampai repot-repot datang ke sini hanya untuk memberi seseorang hadiah. Orang itu ... pasti tokoh yang
Orang ini merupakan seorang ahli tingkat eksplisit tahap akhir. Setelah diselamatkan oleh Denny, dia mengabdikan diri untuknya, khususnya membantu mereka melakukan pekerjaan kotor.Seperti menculik orang, bagi Scorpion, ini sudah seperti pekerjaan rutin yang mudah dilakukan!"Wira, seleramu memang bagus. Hahaha ...." Denny tertawa sinis."Tentu saja! Gimana, Ayah? Kalau kita kasih gadis ini kepada Pak Arwan, dia pasti puas, 'kan?" Wira menyeringai."Puas! Pasti puas! Mana ada pria yang bisa menolak wanita secantik ini! Luar biasa ...," sahut Denny sambil tersenyum lebar.Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Arwan. Karena akan datang ke Kota Nubes, Arwan sebelumnya telah menghubungi Denny dan meminta bantuannya untuk mengatur tempat tinggal.Makanya, Denny merasa inilah kesempatan emasnya untuk mendekati tokoh inti Keluarga Sanjaya. Dengan segala cara, dia akan berusaha menyenangkan Arwan agar dapat meraih dukungan darinya."Pak Arwan, sudah sampai mana? Aku sudah meny
Wira terdiam sejenak, lalu bertanya dengan ragu, "Afkar?""Ya, ini aku! Bukankah kamu bilang mau beli lagi kalau aku punya lebih banyak Pil Rejuvenasi?" tanya Afkar.Mendengar ini, Wira ragu sejenak, lalu menjawab dengan asal, "Malam ini aku sibuk! Nggak sempat, lain kali saja. Nanti aku beli dengan harga tinggi!"Setelah berkata demikian, dia langsung memutuskan panggilan.Denny yang duduk di sebelah langsung bertanya, "Nak, siapa itu?"Mata Wira menyiratkan kecurigaan saat dia menjawab, "Teman lama Wulan. Waktu itu ...." Dia pun menceritakan kejadian sebelumnya kepada ayahnya.Setelah selesai bercerita, Wira mendengus dingin. "Aneh sekali! Kenapa nggak menghubungiku dari tadi atau besok? Kenapa malah sekarang? Kebetulan sekali, 'kan? Aku nggak peduli padanya deh!"Denny mengangguk. "Teman lama Wulan? Huh!"Dia menunjukkan tatapan puas kepada anaknya, "Kamu melakukan hal yang benar! Memang patut dicurigai. Lebih baik berhati-hati dan tunggu sampai besok saja."Di sisi lain, Afkar mena
"Afkar, aku ibu Wulan! Kamu masih ingat, 'kan?"Afkar tertegun sejenak, lalu buru-buru membalas, "Bibi? Ingat! Tentu saja aku masih ingat! Ada apa, Bibi?"Meskipun Sumi sebelumnya sempat terlihat agak materialistis, Afkar tetap berbicara dengan sopan karena dia adalah ibu Wulan.Sumi ragu sejenak, lalu bertanya dengan nada hati-hati, "Afkar, apa Wulan sedang bersamamu?""Hah?" Afkar keheranan untuk sesaat, lalu menyahut dengan gugup, "Nggak ada, Bibi! Hari ini aku sama sekali nggak bertemu Wulan.""Ke mana Wulan pergi ya? Biasanya jam segini dia sudah pulang. Dia nggak pernah pulang terlalu malam. Tadi aku pikir dia sama kamu! Teleponnya nggak bisa dihubungi lagi. Apa mungkin terjadi sesuatu padanya?"Nada bicara Sumi menjadi semakin khawatir."Nggak bisa dihubungi ya?" Afkar mengernyit, hatinya juga mulai merasa cemas."Ya! Kamu tahu sendiri kondisi kesehatanku sebelumnya kurang baik, jadi semua pekerjaan rumah dikerjakan Wulan. Setelah pulang kerja, dia selalu langsung pulang. Kalaup
"Pak Arwan? Pak Arwan yang mana?" Wira termangu sejenak, lalu segera menyadari sesuatu, "Jangan-jangan yang dari Keluarga Sanjaya itu?"Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Di Provinsi Jimbo, mereka memiliki pengaruh yang besar.Sementara itu, keluarga mereka, Keluarga Widjaja, hanya keluarga kelas dua di Kota Nubes. Mereka berada di bawah perlindungan Keluarga Sanjaya selama ini.Tentu saja, bagi Keluarga Sanjaya, Keluarga Widjaja tak ada bedanya dengan bawahan kecil mereka. Selama ini, segala urusan bisnis yang mereka jalani hanya melibatkan orang-orang di sekitar Keluarga Sanjaya."Benar, Pak Arwan dari Keluarga Sanjaya di ibu kota provinsi! Dia putra sulung Keluarga Sanjaya! Biasanya kita nggak punya kesempatan untuk bertemu langsung dengan anggota inti keluarga mereka. Kali ini adalah kesempatan besar!""Kalau kita bisa memanfaatkannya dengan baik dan membangun hubungan dengan Pak Arwan, masa depan kita akan semakin terjamin!" ujar Den
Mengenai kedua anggota Keluarga Samoa yang terluka, Afkar tidak terlalu khawatir. Tentu saja, bukan karena dia benar-benar merasa dirinya bisa menggertak mereka, tetapi karena memiliki kepercayaan diri lain di dalam hatinya.Seperti kata pepatah, dunia dipenuhi oleh orang-orang yang mencari keuntungan. Seperti para agen besar farmasi yang sebelumnya bekerja sama dengan Fajar, hanya karena Afkar meluncurkan obat baru dan mereka melihat potensi dari Afkar, mereka akhirnya bekerja sama dengannya.Kali ini juga sama! Selama dia bisa memberikan keuntungan yang cukup besar bagi Keluarga Samoa, mereka tentu tidak akan mempermasalahkan insiden hari ini, bahkan mungkin mereka akan duduk bersama dan berbicara dengannya dengan baik-baik.....Di King's Brew."Pak Wira!""Pak Wira sudah datang!"Para karyawan di departemen penjualan langsung menyapa Wira dengan nada menyanjung saat melihatnya datang.Wira mengangguk dengan gaya yang sangat berwibawa, lalu menatap Wulan. "Wulan, gimana pekerjaan se