"Marcel, kamu harus bertahan!" seru Kenzo yang berdiri di pinggir ranjang dengan cemas."Sial .... Aku nggak nyangka aku bakal mati di sini ...," gumam Marcel dengan lemas. Bibirnya pucat pasi. Luka di paha dan bahunya terus mengeluarkan darah. Tidak ada obat yang bisa menghentikan pendarahannya.Saat ini, ponsel Kenzo berdering. Dia menjawabnya dan bertanya dengan cemas, "Naufal, ada apa?""Hari ini aku ketemu Afkar! Aku harus beri tahu kalian, jangan pernah mengusiknya lagi!" jelas Naufal dengan suara serak."Aku sudah tahu! Aku nggak punya waktu untuk ngobrol sekarang! Marcel sekarat!" sahut Kenzo dengan panik."Ada apa?" Naufal tidak tahu apa yang terjadi.Saat ini, Gwen yang mengikuti ayahnya masuk tiba-tiba teringat pada sesuatu. "Ayah, obat Afkar! Coba obat dari Afkar!"Begitu mendengarnya, Daru sontak bergidik. Dia buru-buru mengeluarkan Obat Luka Safira Farma dari sakunya.Daru sudah pernah menggunakannya, juga melakukan berbagai eksperimen dengan obat ini. Jadi, obatnya hanya
Setelah Afkar meninggalkan Sriburasa, dia langsung berlari kencang ke Vila Sankarra. Dia tidak mengemudikan mobilnya.Vila Sankarra adalah vila besar yang didirikan oleh Aldo. Lokasinya terletak di pinggiran timur Kota Nubes. Untuk ke sana, harus melewati area perkotaan Kota Nubes.Dengan kemampuan Afkar, berlari akan lebih cepat daripada berkemudi di area perkotaan yang macet. Nyawa Shafa dalam bahaya. Dia harus tiba di Vila Sankarra secepat mungkin.Fisik Afkar yang kuat memungkinkannya berlari secepat mobil sport. Terdengar pula deru angin yang kuat. Afkar tidak tahu bahwa putrinya belum jatuh ke tangan Aldo.Di jalan yang terpencil, Hitar yang berada di dalam Land Cruiser baru saja mengakhiri panggilan, sebelum mobilnya ditabrak kuat.Seketika, Land Cruiser berputar. Setelah mobil berhenti, Fadly dan bawahannya pun keluar dan menuju ke arah Freya serta Shafa.Ada pun para bawahan di mobil lain, mereka langsung mendekati Land Cruiser yang terbalik itu, lalu menarik dua orang dari da
Dalam sekilas pandang, tempat itu terlihat persis seperti istana pribadi. Inilah tempat tinggal Aldo yang dikenal sebagai Vila Tigardo.Afkar tiba di sana dalam waktu kurang dari 20 menit. Setelah para bawahan Aldo memastikan bahwa dia datang sendirian, mereka langsung membawanya masuk seolah-olah dia adalah seorang tahanan.Di halaman luas yang tertata rapi, Aldo duduk di atas panggung tinggi. Rico, Pembantai Berdarah, dan beberapa petarung terbaik berdiri di belakangnya.Di kedua sisi panggung, ada dua barisan para bawahan dengan pakaian serba hitam. Wajah mereka terlihat garang dan penuh wibawa.Saat melihat Afkar dibawa masuk, Aldo berkomentar sambil menyeringai sinis, "Eh, kamu benar-benar berani datang sendirian!"Di bawah panggung, Afkar menjawab dengan dingin, "Kenapa nggak berani?" Sambil melihat sekeliling, dia bertanya dengan suara tegas, "Di mana anakku?"Rico berseru dengan nada penuh kebencian, "Berlututlah dan minta maaf, lalu putuskan urat tangan dan kakimu sendiri. Ka
Saat melihat Aldo menelepon, mata Afkar menunjukkan sedikit kegugupan. Dia memperhatikan setiap gerak-geriknya. Bagaimanapun, ini menyangkut keselamatan Shafa. Afkar sama sekali tidak bisa menenangkan diri."Hitar, apa yang terjadi? Kenapa kamu belum balik?" tanya Aldo dengan nada kesal.Namun, yang terdengar di ujung telepon bukan suara Hitar. Orang itu bertanya dengan nada dingin, "Aldo?"Ekspresi Aldo sontak berubah. Dia bertanya karena bingung, "Hmm? Siapa kamu?"Di sisi lain, Fadly menjawab dengan penuh amarah, "Aku Fadly. Aldo, selama ini aku menghormatimu sebagai senior dan menyapamu dengan sebutan Pak Aldo. Tapi, kamu malah beraninya mengusik Kak Afkar dan keponakanku!""Memangnya kenapa?" tanya Aldo sambil tersenyum dingin.Fadly bertanya dengan khawatir, "Kak Afkar ada di tempatmu?"Setelah berhasil menyelamatkan Shafa, Fadly sudah mencoba untuk menghubungi Afkar. Namun, ponselnya tidak dapat dihubungi. Fadly tidak tahu bahwa ponsel Afkar terjatuh di tengah jalan saat bergega
Para anak buah Aldo yang berbaris rapi dalam balutan pakaian hitam segera menghunuskan senjata mereka. Mereka menatap Afkar dengan tatapan keji.Bersamaan dengan itu, muncul lebih banyak anggota geng Aldo dari segala penjuru vila. Masing-masing dari mereka memegang senjata tajam. Semua orang terlihat ganas dan kejam.Dalam sekejap, tempat itu sudah dipenuhi ratusan orang. Sekilas, itu terlihat seperti lautan hitam yang mengepung Afkar di tengah-tengah.Bahkan, para petarung andalan di belakang Aldo mulai bergerak maju dan memancarkan aura berbahaya. Walaupun kekuatan mereka tidak sekuat King Kong, mereka semua adalah petarung ahli."Afkar, kamu mungkin mampu mengalahkan King Kong. Tapi, orang sebanyak ini pasti bisa mengalahkanmu dengan mudah. Hari ini, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup!" ucap Aldo sambil tersenyum dingin."Bajingan, aku mau kamu mati. Matilah! Haha ...." Situasi ini bahkan membuat Rico tertawa terbahak-bahak.Aldo berucap, "Lihat baik-baik, inilah keku
Tentu saja Aldo mengenali Daru. Di dunia hitam, mereka memang bisa bertindak sewenang-wenang.Namun, mereka tetap harus tahu siapa yang bisa mereka lawan dan siapa yang tidak boleh mereka usik agar bisa bertahan lama.Sebagai sosok penting garnisun Kota Nubes, Daru jelas berada dalam daftar orang yang tidak boleh diusik.Saat melihat Daru memimpin pasukan untuk menyerbu ke dalam vila pribadinya tadi, Aldo benar-benar ketakutan.Segera setelah itu, Aldo sontak merasa lega ketika melihat Daru menyingkirkan orang-orang di sekeliling dan berjalan cepat ke arah Afkar.Rupanya bukan dirinya yang menjadi sasaran Daru, melainkan ... Afkar. Aldo memang tidak pernah menyinggung Daru juga sebelumnya."Dik Afkar, kamu baik-baik saja? Nggak terluka, 'kan?" tanya Daru dengan penuh perhatian.Afkar pun terlihat bingung. Dia sudah siap untuk bertarung, tetapi tiba-tiba Daru malah datang dengan membawa pasukan garnisun."Pak Daru, kenapa kamu datang?" tanya Afkar dengan tenang.Mendengar Afkar memanggi
Aldo seharusnya masih bisa terus berkuasa dan menikmati kemewahan. Di sisi lain, Rico hanya bisa menutupi wajahnya dan terdiam. Dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun."Jongkok! Angkat tangan di kepala!" Pada saat itu, beberapa prajurit mendekati Aldo dan Rico sambil menodongkan senjata ke kepala mereka.Aldo yang barusan masih bersikap arogan, kini akhirnya terpaksa patuh. Dia berjongkok sambil mengangkat tangan ke kepala.Daru menoleh, lalu berujar dengan nada cemas, "Dik Afkar, sekarang sudah beres. Apa kamu bisa ikut ke garnisun? Banyak prajurit yang terluka akibat serangan musuh. Nyawa mereka dalam bahaya. Kami sangat membutuhkan bantuanmu!"Afkar pun menaikkan alisnya. Dia akhirnya mengerti maksud kedatangan Daru. Pantas saja dia turun tangan sendiri untuk membantunya menghadapi Aldo. Ternyata dia ingin meminta bantuannya."Maaf, sekarang aku nggak punya waktu," tolak Afkar dengan dingin.Meskipun orang-orang Aldo tidak berhasil menyakiti dirinya, Afkar masih belum melihat
Ketika Daru melihat ada seorang ahli yang mencoba menyerang Afkar, dia segera menahan serangan itu. Namun, dia justru merasa senang di dalam hatinya.Terlebih lagi, ketika menyadari bahwa lawannya adalah seorang ahli tingkat revolusi, Daru berpura-pura terkejut dan berteriak.Maksud tersembunyinya adalah untuk memberi tahu Afkar bahwa ada seorang ahli tingkat revolusi yang datang untuk membunuhnya.Kalau Daru tidak bantu menahannya, Afkar pasti sudah mati. Dengan begitu, dia pasti tidak akan tega menolak menyelamatkan para prajurit yang terluka lagi.Setelah itu, terjadi pertempuran hebat antara dua ahli tingkat revolusi di dalam Vila Tigardo. Suara pukulan dan tendangan terus terdengar tanpa henti saat Daru dan Pembantai Berdarah saling menyerang.Setiap kali mereka beradu jurus, tanah di sekitar mereka terinjak dengan kekuatan yang sangat besar hingga meninggalkan jejak kaki dalam yang retak seperti jaring laba-laba."Itu ... kekuatan ahli tingkat revolusi? Luar biasa sekali!""Ahli
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s
Baik menangkap Felicia dan Shafa maupun memaksa stasiun TV untuk menyiarkan siaran langsung, tujuan Hantu Senyap sebenarnya hanya satu, yaitu memaksa Afkar muncul. Nasib orang lain sama sekali tidak penting baginya, tentu saja kecuali Felicia dan Shafa.Hantu Senyap sudah memutuskan, setelah membunuh Afkar, dia juga akan membunuh istri dan anaknya. Dengan begitu, muridnya akan memiliki teman di alam baka.Di bawah gedung, serta di layar-layar yang tersebar di berbagai sudut Kota Nubes, tiba-tiba semuanya berubah menjadi hitam.Setelah Afkar menghentikan siaran langsung dan juga helikopter yang sebelumnya mengambil gambar pergi, situasi di atap gedung kini tak lagi bisa disaksikan oleh siapa pun.Saat ini, semua orang tidak tahu apa yang terjadi di atas sana. Hanya satu hal yang mereka sadari, yaitu orang yang ditunggu-tunggu pria berjubah merah akhirnya muncul.Di bawah gedung, Viola mencibir sebelum mengejek dengan puas, "Ck, ck .... Afkar pasti takut matinya terlalu menyedihkan, maka
Melihat Afkar akhirnya muncul di siaran langsung, reaksi orang-orang di sekitar gedung bervariasi. Ada yang bersemangat, lega, cemas, dan bahkan ada yang bersorak dalam hati.Gauri berkata dengan penuh haru, "Afkar akhirnya muncul! Sudah kuduga, dia pasti nggak akan meninggalkan Feli dan Shafa begitu saja!"Sementara itu, Harun terlihat khawatir. Tadi, Viola dan yang lainnya mengatakan bahwa Afkar sudah dilumpuhkan oleh pria berjubah merah itu. Jika Afkar dipaksa untuk muncul, takutnya ....Di sisi lain saat melihat Afkar benar-benar muncul, Viola dan kelompoknya terkejut. Namun, ekspresi mereka segera berubah menjadi penuh antisipasi dan kegembiraan.Renhad berucap dengan nada dingin, "Afkar masih saja muncul! Kali ini, dia pasti akan mati!""Afkar, hari ini kamu pasti akan mati dengan sangat mengenaskan! Hahaha ...," ujar Yola sambil tertawa keji.Qaila dan Reno juga ikut mencibir, seolah mereka sudah bisa membayangkan Afkar berubah menjadi mayat dan dilemparkan dari atap oleh Hantu
Senjata api biasa sama sekali tidak mampu melukai Hantu Senyap. Satu-satunya kemungkinan untuk membunuhnya adalah dengan menghantamnya langsung menggunakan rudal.Namun, ini adalah area perkotaan. Di sekitar Hantu Senyap, masih ada banyak sandera. Meskipun helikopter tempur dilengkapi dengan rudal, mana mungkin mereka bisa menggunakannya di tengah kota yang padat penduduk?Dalam situasi seperti ini, bahkan Daru dan Waldo pun merasa tak berdaya. Mereka sudah kehabisan cara. Di sisi lain, wajah Harun, Gauri, dan Fadly dipenuhi kecemasan dan keputusasaan.Namun di tengah situasi genting ini, beberapa orang justru senang melihat penderitaan orang lain. Renhad, Viola, Victor, Yola, Qaila, dan Reno menunjukkan ekspresi puas.Ketika semua orang terjebak dalam kebingungan, suara Hantu Senyap kembali bergema di seluruh area. Kali ini, dengan nada mengejek yang sangat jelas.Hantu Senyap memberi tahu, "Wahai para petinggi dari departemen penegak hukum dan militer, kenapa kalian harus bersusah pa
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel