“Saat ia sadar dari koma, Maya mengira aku suaminya, karena satu-satunya memori yang dia ingat adalah adalah dia telah menikah, tapi tak ingat siapa suaminya, aku berada disampingnya ketika ia sadar,”jelas Fardian“Kamu memanfaatkan situasi itu ‘kan!Kenapa kamu tidak menceritakan padaku!”bentak Rendra“Ya, aku memang memanfaatkan amnesia Maya, kerena aku mencintai Maya,”jawab Fardian tegas.Rendra mengacak kasar rambutnya, “Aku akan bicara pada Maya.”“Untuk apa?Kamu telah menikahi Arnia ‘kan, jadi jangan usik pernikahanku dengan Maya, kami telah hidup bahagia selama enam tahun ini, lagi pula Maya sudah tidak mencintaimu lagi, kamu hanya orang asing dipikirannya,”sarkas FardianRendra tidak peduli dengan perkataan Fardian, ia menatap tajam Fardian, dan melangkah pergi. Arnia yang dari tadi menyaksikan pertengkaran Fardian dan Rendra serta menguping pembicaraan mereka, kini tahu semuanya.Dengan bergegas, Arnia menyusul langkah Rendra yang berjalan cepat akan mendekati Maya, yang masi
Maya telah berpenampilan rapi lalu keluar kamar, di depan rumah, Fardian telah menunggunya.“Raja, pasti senang kita menjenguknya, aku sudah kangen, dengan Raja, hampir satu pekan ini tak berjumpa dengannya,”ucap FardianMaya hanya tersenyum, melihat jauh ke dalam bola mata Fardian, tampak tulus dan tidak dibuat-buat, rasanya tak mungkin, jika Raja bukanlah darah dagingnya, itulah yang pikirkan Maya.Lalu keduannya menaiki mobil silver dan mobilpun melaju pelan, keluar rumah dan berjalan menuju luar pemukiman.Mobil Fardian melaju menuju Bogor, di mana tempat acara camping diadakan, hari ini para wali murid, diperbolehkan melakukan kunjungan, disana sudah beberapa para orang tua yang mengunjungi anak –anak mereka.Maya bergegas berjalan, menuju suatu tempat dimana disediakan oleh panitia untuk berbincang dan melepas rindu ada anak-anak.Terlihat bocah berusia lima tahun itu berlalu mendekati mama dan papahnya berjalanan“Mah..Pah..Raja kangen,”ucap RajaMaya berjongkok mensejajar
Maya menghela napas berat, lalu kembali merapikan berkas –berkas milik Fardian, tapi seketika tangan Maya berhenti, ketika matanya menatap sesuatu. Potongan koran terselip diantar tumpukan berkas, dan itu membuat Maya penasaran. Lalu dengan cepat diraihnya potongan artikel.“Kasus pembunuhan tanpa mayat, dengan korban Agam Dirgantara dan tersangakanya adalah pengacaranya sendiri yaitu Rama Widata,”gumam Maya membaca artikel yang ia temukan‘Kasus apa ini, kasus ini sudah dua delapan belas tahun yang lalu,’ batin Maya penasaran.Lalu Maya meletakan kembali lembaran artikel itu di tempatnya lalu menutup kembali lemari.Dengan langkah cepat ia keluar ruangan, dan menunggu kedatangan Fardian dengan wajah yang sudah menegang, siap meluapkan amarahnya dan kecewanya itu.Menit berlalu dan Maya masih duduk menunggu kedatangan Fardian. Tak lama kemudian yang ditunggu pun datang.Ceklek! Suara pintu terbuka, dan terlihat Fardian di balik pintu, melihat ekpresi wajah Maya yang tegang, Fa
Maya dan Fardian saling membelakangi waktu tidur di atas ranjang, entah apa yang dipikirkan pasangan suami istri itu, tapi keduanya tampak terdiam, dengan mata yang masih terjaga, hingga suara Fardian memecahkan keheningan malam itu.“Maya, apa setelah ini hubungan kita akan berubah?”“Beri kau waktu Mas... aku shock, mengetahui kebenaran ini, dan aku masih bingung apa yang aku akan lakukan, Raja suatu saat berhak tahu siapa ayah kandungnya ‘kan? Apa kita akan merahasiakan ini untuk selamanya?”Fardian berbalik, menatap pungung Maya.”Maya cobalah lihat kedalam mataku, apa kamu tidak melihat ketulusanku pada Raja, apa kamu ingin memisahkan aku dengan Raja?”suara Fardian terdengar sedih.Maya tidak menoleh ke arah Fardian, ia masih memunggungi pria yang berstatus suami itu, air matanya perlahan menetes, mengingat bahwa Fardian selama ini menjadi suami dan ayah yang sempurna bagi dirinya dan Raja.“Aku tidur Mas...” Maya lalu menutup kedua bola matanya.Malam itu bukan hanya cuaca yang t
Mobil yang ditumpangi Maya, telah sampai di sebuah kilnik di pingiran kota, lalu Maya turun dari mobil, dan langsung menuju ruangan Tata, dokter pribadinya dan juga sahabat dari Fardian.“Masuklah, Maya, apa kabar?”tanya Tata sambil tersenyum“Kabarku tidak baik Dok, apa Fardian tidak cerita tentang masalah kami?”Tata tersenyum. “Aku memang sahabatnya, tapi tidak semua hal yang bersifat pribadi, Fardian bercerita, dia sering bertanya bagaimana keadaanmu, perkembangan amnesiamu, itu saja, “jawab Tata dengan tenangDesahan kecil terdengar dari bibir Maya.”Dokter adalah sahabatnya, waktu pertama kali aku dibawa kesini, Anda tahu ‘kan, aku bukan istri Fardian?”“Jadi kamu sudah tahu kebenarannya, ingatanmu sudah pulih?”“Belum, aku masih amnesia, aku mengetahuinya karena rasa penasaranku, tentang masa laluku, aku mencari tahu sendiri dan akhirnya aku menemukan kebenaran, yang aku kecewa, Anda adalah seorang Dokter, kenapa tidak profesional, dan terlibat dalam kebohongan Mas Fardian.”“Ja
Maya berjalan pelan menyusul Fardian dan Raja, yang masih menyusuri hutan pinus, keduanya semakin tampak riang sekali tawa terdengar diantara keduanya.Sementara batin Maya berkecamuk, semakin ia mencari masa lalunya, kenapa sosok Fardian justru ada di dalamnya.“Apa yang kamu sembunyikan lagi dariku Mas...apa maksudmu dari semua yang aku temukan,”gumam Maya pelan, langkah kakinya semakin mendekati Fardian.“May, cepatlah, disana ada danau, dan ada juga perahu, jika kamu mau, kita akan naik perahu mengelilingi danau,”ajak Fardian pada Maya“Aku tunggu di sini saja, Mas...kalian saja, yang naik,”jawab Maya“Okay, ayo Raja, ikut Papah,”ajak Fardian mendekati danau kemudian terlihat menaiki prahu bersama Raja.Maya hanya menatap dari kejauhan, tampak Raja, sangat senang,sampai ditengah danau ada hal yang tak terduga, perahu mengalami kecocoran, hingga air mamasuki perahu.“Papah, airnya masuk ke perahu,”ucap RajaFardian menoleh kearah Raja, seketika ia terkejut karena melihat perahu se
Sesampainya di dalam kamar, Arnia melihat Rendra menatap sesuatu, dengan pelan dihampirinya suaminya yang saat itu berdiri di balkon kamar, dan Arnia menjadi tidak senang, ketika melihat bahwa Rendra sedang menatap foto Maya di ponselnya.“Maya...dia semakin cantik sekarang, pantas kamu mengaguminya walau dihadapanmu sekarang ada diriku,”ucapan Arnia membuat Rendra terkejut dan menoleh ka arah Arnia.“Perceraianku dengan Maya adalah konpirasimu dengan ibu, jadi jangan salahkan aku, jika saat ini aku masih menicintai Maya,”sahut Rendra dengan tenang“Terserahlah, Mas..tapi ingat, saat ini aku sedang hamil, dan sebentar lagi melahirkan keturunanmu, jadi jangan coba-coba menyakiti diriku,”ancam Arnia“Jangan bahas lagi mengenai Maya, sekarang katakan, kapan Papah Dherma, akan menganti uangku, jatuh temponya dua bulan lagi, jika Papah Dherma tidak membayar perusahaan Neo Kosmetik akan menjadi miliki.”“Aku akan menjual Neo kosmetik Mas, dari hasil penjualan aku akan membayar hutang Papah
“Pemilik sebelumnya telah lama meninggal dunia,”jawab AmbarMaya hanya tersenyum, ia menanggapi perkataan Ambar yang terkesan, tidak suka membicarakan pemilik sebelumnya.“Bolehkah, saya berkeliling sebentar, usai makan malam ini,”izin Maya“Tentu saja boleh, nanti aku akan mengantarkanmu, Maya, berkeliling di rumah ini,”jawab Rendra“Terima kasih.”Setelah usai makan malam , Arnia dan Fardian berbincang di salah satu bangku taman.“Seharusnya kamu waspada, Rendra bisa saja mencuri istimu,”Arnia menatap Rendra dan Maya yang sedang berjalan sejajar mengeliling rumah.“Kamu seharusnya lebih menjaga suamimu, Arnia, supaya tidak mendekati Maya,”jawab Fardian dengan nada serius.Arnia hanya tersenyum sinis, dalam hatinya ia tak peduli dengan cinta Rendra. Pembicaraan mereka terhenti, ketika Raja berlari kecil menghampiri Fardian.“Papah, Raja, takut di sana ada orang seram,”ucap bocah itu dengan raut muka ketakutan“Oh..pasti kamu melihat Pak Parto, tukang kebun rumah ini, memang mengalam
Arnia duduk di kursi kamar, menatap Rendra yang berbaring di tempat tidur hingga dengkuran halus ia dengar, menandakan jika Rendra telah terlelap. Perlahan Arnia bengkit dari duduknya menuju almari, lalu membukanya, sebuah berkas diambilnya lalu diamati lagi, beberapa hari yang lalu, setelah mendengar pembicaraan Ambar dengan staf Mery Gold, Arnia sangat penasaran, lalu ia mencari tahu data keuangan Mery Gold dan ia tak menyangka, yayasan itu setiap bulannya mendapatkan pemasukan rutin ratusan juta, rasa penasarannya tidak sampai disitu saja, ia mengetahui alasan Ambar bersikeras untuk menyingkirkan Maya, itu karena Yayasan Mery Gold yang dihibahkan pada Maya, dengan syarat Maya melahirkan keturunan Aji Darmawan, dan tidak ada perceraian antara Maya dan Rendra.Maya menyimpan kembali salinan data keuangan Mery Gold, ia tampak gelisah, setelah memastikan jika Raja adalah putra dari Rendra.Hari berganti pagi, saat ini Arnia telah rapi dengan pakaiannya yang elegan, ia menyapa Amba
“Pemilik sebelumnya telah lama meninggal dunia,”jawab AmbarMaya hanya tersenyum, ia menanggapi perkataan Ambar yang terkesan, tidak suka membicarakan pemilik sebelumnya.“Bolehkah, saya berkeliling sebentar, usai makan malam ini,”izin Maya“Tentu saja boleh, nanti aku akan mengantarkanmu, Maya, berkeliling di rumah ini,”jawab Rendra“Terima kasih.”Setelah usai makan malam , Arnia dan Fardian berbincang di salah satu bangku taman.“Seharusnya kamu waspada, Rendra bisa saja mencuri istimu,”Arnia menatap Rendra dan Maya yang sedang berjalan sejajar mengeliling rumah.“Kamu seharusnya lebih menjaga suamimu, Arnia, supaya tidak mendekati Maya,”jawab Fardian dengan nada serius.Arnia hanya tersenyum sinis, dalam hatinya ia tak peduli dengan cinta Rendra. Pembicaraan mereka terhenti, ketika Raja berlari kecil menghampiri Fardian.“Papah, Raja, takut di sana ada orang seram,”ucap bocah itu dengan raut muka ketakutan“Oh..pasti kamu melihat Pak Parto, tukang kebun rumah ini, memang mengalam
Sesampainya di dalam kamar, Arnia melihat Rendra menatap sesuatu, dengan pelan dihampirinya suaminya yang saat itu berdiri di balkon kamar, dan Arnia menjadi tidak senang, ketika melihat bahwa Rendra sedang menatap foto Maya di ponselnya.“Maya...dia semakin cantik sekarang, pantas kamu mengaguminya walau dihadapanmu sekarang ada diriku,”ucapan Arnia membuat Rendra terkejut dan menoleh ka arah Arnia.“Perceraianku dengan Maya adalah konpirasimu dengan ibu, jadi jangan salahkan aku, jika saat ini aku masih menicintai Maya,”sahut Rendra dengan tenang“Terserahlah, Mas..tapi ingat, saat ini aku sedang hamil, dan sebentar lagi melahirkan keturunanmu, jadi jangan coba-coba menyakiti diriku,”ancam Arnia“Jangan bahas lagi mengenai Maya, sekarang katakan, kapan Papah Dherma, akan menganti uangku, jatuh temponya dua bulan lagi, jika Papah Dherma tidak membayar perusahaan Neo Kosmetik akan menjadi miliki.”“Aku akan menjual Neo kosmetik Mas, dari hasil penjualan aku akan membayar hutang Papah
Maya berjalan pelan menyusul Fardian dan Raja, yang masih menyusuri hutan pinus, keduanya semakin tampak riang sekali tawa terdengar diantara keduanya.Sementara batin Maya berkecamuk, semakin ia mencari masa lalunya, kenapa sosok Fardian justru ada di dalamnya.“Apa yang kamu sembunyikan lagi dariku Mas...apa maksudmu dari semua yang aku temukan,”gumam Maya pelan, langkah kakinya semakin mendekati Fardian.“May, cepatlah, disana ada danau, dan ada juga perahu, jika kamu mau, kita akan naik perahu mengelilingi danau,”ajak Fardian pada Maya“Aku tunggu di sini saja, Mas...kalian saja, yang naik,”jawab Maya“Okay, ayo Raja, ikut Papah,”ajak Fardian mendekati danau kemudian terlihat menaiki prahu bersama Raja.Maya hanya menatap dari kejauhan, tampak Raja, sangat senang,sampai ditengah danau ada hal yang tak terduga, perahu mengalami kecocoran, hingga air mamasuki perahu.“Papah, airnya masuk ke perahu,”ucap RajaFardian menoleh kearah Raja, seketika ia terkejut karena melihat perahu se
Mobil yang ditumpangi Maya, telah sampai di sebuah kilnik di pingiran kota, lalu Maya turun dari mobil, dan langsung menuju ruangan Tata, dokter pribadinya dan juga sahabat dari Fardian.“Masuklah, Maya, apa kabar?”tanya Tata sambil tersenyum“Kabarku tidak baik Dok, apa Fardian tidak cerita tentang masalah kami?”Tata tersenyum. “Aku memang sahabatnya, tapi tidak semua hal yang bersifat pribadi, Fardian bercerita, dia sering bertanya bagaimana keadaanmu, perkembangan amnesiamu, itu saja, “jawab Tata dengan tenangDesahan kecil terdengar dari bibir Maya.”Dokter adalah sahabatnya, waktu pertama kali aku dibawa kesini, Anda tahu ‘kan, aku bukan istri Fardian?”“Jadi kamu sudah tahu kebenarannya, ingatanmu sudah pulih?”“Belum, aku masih amnesia, aku mengetahuinya karena rasa penasaranku, tentang masa laluku, aku mencari tahu sendiri dan akhirnya aku menemukan kebenaran, yang aku kecewa, Anda adalah seorang Dokter, kenapa tidak profesional, dan terlibat dalam kebohongan Mas Fardian.”“Ja
Maya dan Fardian saling membelakangi waktu tidur di atas ranjang, entah apa yang dipikirkan pasangan suami istri itu, tapi keduanya tampak terdiam, dengan mata yang masih terjaga, hingga suara Fardian memecahkan keheningan malam itu.“Maya, apa setelah ini hubungan kita akan berubah?”“Beri kau waktu Mas... aku shock, mengetahui kebenaran ini, dan aku masih bingung apa yang aku akan lakukan, Raja suatu saat berhak tahu siapa ayah kandungnya ‘kan? Apa kita akan merahasiakan ini untuk selamanya?”Fardian berbalik, menatap pungung Maya.”Maya cobalah lihat kedalam mataku, apa kamu tidak melihat ketulusanku pada Raja, apa kamu ingin memisahkan aku dengan Raja?”suara Fardian terdengar sedih.Maya tidak menoleh ke arah Fardian, ia masih memunggungi pria yang berstatus suami itu, air matanya perlahan menetes, mengingat bahwa Fardian selama ini menjadi suami dan ayah yang sempurna bagi dirinya dan Raja.“Aku tidur Mas...” Maya lalu menutup kedua bola matanya.Malam itu bukan hanya cuaca yang t
Maya menghela napas berat, lalu kembali merapikan berkas –berkas milik Fardian, tapi seketika tangan Maya berhenti, ketika matanya menatap sesuatu. Potongan koran terselip diantar tumpukan berkas, dan itu membuat Maya penasaran. Lalu dengan cepat diraihnya potongan artikel.“Kasus pembunuhan tanpa mayat, dengan korban Agam Dirgantara dan tersangakanya adalah pengacaranya sendiri yaitu Rama Widata,”gumam Maya membaca artikel yang ia temukan‘Kasus apa ini, kasus ini sudah dua delapan belas tahun yang lalu,’ batin Maya penasaran.Lalu Maya meletakan kembali lembaran artikel itu di tempatnya lalu menutup kembali lemari.Dengan langkah cepat ia keluar ruangan, dan menunggu kedatangan Fardian dengan wajah yang sudah menegang, siap meluapkan amarahnya dan kecewanya itu.Menit berlalu dan Maya masih duduk menunggu kedatangan Fardian. Tak lama kemudian yang ditunggu pun datang.Ceklek! Suara pintu terbuka, dan terlihat Fardian di balik pintu, melihat ekpresi wajah Maya yang tegang, Fa
Maya telah berpenampilan rapi lalu keluar kamar, di depan rumah, Fardian telah menunggunya.“Raja, pasti senang kita menjenguknya, aku sudah kangen, dengan Raja, hampir satu pekan ini tak berjumpa dengannya,”ucap FardianMaya hanya tersenyum, melihat jauh ke dalam bola mata Fardian, tampak tulus dan tidak dibuat-buat, rasanya tak mungkin, jika Raja bukanlah darah dagingnya, itulah yang pikirkan Maya.Lalu keduannya menaiki mobil silver dan mobilpun melaju pelan, keluar rumah dan berjalan menuju luar pemukiman.Mobil Fardian melaju menuju Bogor, di mana tempat acara camping diadakan, hari ini para wali murid, diperbolehkan melakukan kunjungan, disana sudah beberapa para orang tua yang mengunjungi anak –anak mereka.Maya bergegas berjalan, menuju suatu tempat dimana disediakan oleh panitia untuk berbincang dan melepas rindu ada anak-anak.Terlihat bocah berusia lima tahun itu berlalu mendekati mama dan papahnya berjalanan“Mah..Pah..Raja kangen,”ucap RajaMaya berjongkok mensejajar
“Saat ia sadar dari koma, Maya mengira aku suaminya, karena satu-satunya memori yang dia ingat adalah adalah dia telah menikah, tapi tak ingat siapa suaminya, aku berada disampingnya ketika ia sadar,”jelas Fardian“Kamu memanfaatkan situasi itu ‘kan!Kenapa kamu tidak menceritakan padaku!”bentak Rendra“Ya, aku memang memanfaatkan amnesia Maya, kerena aku mencintai Maya,”jawab Fardian tegas.Rendra mengacak kasar rambutnya, “Aku akan bicara pada Maya.”“Untuk apa?Kamu telah menikahi Arnia ‘kan, jadi jangan usik pernikahanku dengan Maya, kami telah hidup bahagia selama enam tahun ini, lagi pula Maya sudah tidak mencintaimu lagi, kamu hanya orang asing dipikirannya,”sarkas FardianRendra tidak peduli dengan perkataan Fardian, ia menatap tajam Fardian, dan melangkah pergi. Arnia yang dari tadi menyaksikan pertengkaran Fardian dan Rendra serta menguping pembicaraan mereka, kini tahu semuanya.Dengan bergegas, Arnia menyusul langkah Rendra yang berjalan cepat akan mendekati Maya, yang masi