"Kalian sudah aku maafkan kok. Tenang saja. Tapi, aku enggak punya wewenang untuk membuat kalian supaya tidak dipecat. Karna ...aku bukan Boss kalian." Aliando tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. Tidak mau tahu. Duduk di kursinya dengan gayanya yang santai. Aliando telah menjadi sosok baru yang dihormati di showroom itu.Deg!Nyaris saja mereka menghela nafas lega, senang, karena mendengar jika Aliando memaafkan mereka, namun tiba-tiba mereka kembali panik lagi, sedih, saat mendengar kalimat selanjutnya.Sepertinya Pak Aliando akan memberi mereka pelajaran.Rasanya kini mereka mau menangis saja. Nasib mereka telah berada di ujung tanduk.Ah, andai saja waktu bisa diputar. Pasti mereka tidak akan bertindak demikian.Aliando menarik punggung dari sandaran kursi, menatap mereka dengan tajam. "Boss kalian sudah memecat kalian. Jadi, terima nasib saja ya. Sayang sekali, aku enggak bisa bantu kalian. Siapa suruh kalian mencari gara-gara denganku. Jadi, sekarang, kalian bertiga sudah
"Ayo. Tunggu apa lagi, Pak? Lakukan sekarang! Bapak sendiri udah menyanggupinya ya! Malah menantang juga! Jangan sampai Bapak menjilat ludah sendiri!" Gertak Aliando saat mendapati security itu masih terdiam dengan sekujur tubuh gemetaran hebat. Tidak kunjung melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. "B-baik, Pak ..." Jawab security itu dengan tergagap pada akhirnya. Buru-buru melakukan hal itu.Akhirnya Security itu menjatuhkan diri di hadapan Aliando, dia beneran mencium kaki dan menjilati kaki Aliando.Yang lainnya, yang menyaksikan kejadian itu jadi semakin merinding dengan sosok Aliando.Kemudian, Security itu kembali memaki dan mengatai dirinya bodoh. Kini penyesalan langsung menyergap diri security itu bertubi-tubi."Sekali lagi saya minta maaf atas pelayanan yang sangat buruk yang Pak Aliando dapatkan dari showroom saya." Presdir kembali meminta maaf kepada Aliando atas pelayanan yang buruk."Sudah tidak apa-apa, Pak. Saya sudah cukup puas kok sekarang karena sudah membalas
Aliando mengatupkan rahang, berfikir.Apa sebaiknya dia meminta bantuan kepada anaknya Pak Irawan saja, mengatakan jika anaknya Pak Irawan kepada keluarganya sebagai teman konglomeratnya jika dia dapat melakukan hal-hal yang tidak bisa dipercaya lagi.Pasalnya Aliando berpura-pura bekerja menjadi pelayan di rumah makan milik temannya seperti apa yang dikatakannya kepada Nadine dan keluarganya. Dia akan pergi jika sehabis mengantar Nadine ke kantor dan baru pulang ketika sore hari. Sekalian menjemput Nadine. Karena untuk saat ini, Aliando memang sudah tidak perlu bersusah-susah bekerja yang dapat menguras keringat dan tenaga, karena dia sedang mempunyai uang 1 triliun yang Aliando saja sampai bingung bagimana cara menghabiskannya. Karena terlalu banyak. Apalagi kata Pak Irawan itu hanya uang saku saja.Bagimana nanti jika dia sudah resmi menjadi anaknya Tuan Aryaprasaja?Seketika bulu kuduk Aliando berdiri ketika memikirkan hal itu.Aliando juga masih menyembunyikan identitas asliny
Aliando tergelak, beberapa detik kemudian, emosinya meluap. Pasti Albert sudah meracuni pikiran kedua mertuanya.Arjuna beralih menatap Nadine yang berdiri di sebelah Aliando."Iya, kan, Nad? Benar apa yang dikatakan Pak Albert? Kalau Pak Albert itu enggak ngapa-ngapain kamu?!" Tanya Arjuna kepada Nadine. Hendak memastikan. Meskipun Arjuna dan Kinanti sudah mendengar cerita dari sudut pandang Nadine sebelumnya.Belum sempat Nadine menjawab pertanyaan sang Papa, Albert sudah bicara duluan."Nona Nadine...saya tidak ngapa-ngapain Nona Nadine, kan?" Tanya Albert.Albert cukup percaya diri jika Nadine akan berpihak kepadanya, karena setahu dia, Nadine sangat membenci dan tidak mencintai Aliando.Nadine terdiam untuk beberapa saat, tidak kunjung menjawab pertanyaan dari Papanya dan Albert.Nadine tidak ingat secara detail dengan kejadian setelah dia tak sadarkan diri karena pengaruh alkhohol.Namun, yang jelas, dia percaya dengan cerita Aliando yang mengatakan bahwa Albert hendak melakukan
"Aku tahu, Mama dan Papa enggak suka dengan Al. Tapi, apa Mama dan Papa enggak marah kalau tahu anaknya mau dilecehkan?!"Nadine menghentikan kalimatnya sejenak, kemudian menarik nafas, seakan ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam dirinya."Aku...nyaris saja berakhir di tangan Pak Albert, Ma, Pa! Kalau saja Aliando enggak datang menyelamatkan aku!" Nadine berteriak dengan suara menggelegar. Arjuna dan Kinanti tercengang. Terdiam untuk beberapa saat. Kemudian menatap Albert.Sebenarnya Arjuna dan Kinanti percaya dengan Nadine. Tentu saja mereka akan percaya dengan anak sendiri. Tentu saja mereka juga marah besar jika mengetahui anaknya mau dilecehkan.Namun tidak dengan Aliando, mereka sama sekali tidak pernah percaya dengannya, mereka malah menganggap sikap Aliando yang mungkin sudah sangat keterlaluan kepada Albert dan membuatnya tersinggung.Sementara Albert semakin gusar karena takut jika perbuatannya akan dicurigai oleh Arjuna dan Kinanti. Takut jika mereka berdua akan berpih
Dua perempuan seksi itu langsung menempel di sisi kanan dan kiri tubuh Aliando. Tangan mereka langsung bergerak liar, menyentuh dagu Aliando. Memberikan tatapan mata genit. Jelas saja jika apa yang tengah dilakukan oleh dua perempuan itu kepada Aliando adalah untuk membuatnya tergoda.Aliando terkejut, menatap dua perempuan seksi yang memiliki tubuh seperti gitar spanyol itu bergantian.Lalu telapak tangan dua perempuan seksi itu berlomba-lomba mengelus lengan Aliando yang berotot, berpindah ke perut dan dada bidang Aliando.Seketika bulu kuduk Aliando meremang, kedua dada bidangnya jadi naik turun. Hasrat kelakiannya agak bangkit.Kini dua perempuan itu juga tengah berpose menggoda, dengan memberikan tatapan genit, mengigit bibir, berlomba-lomba membuat gairah kelakian Aliando supaya tambah membara.Satu perempuan berjalan ke belakang dan berdiri di sana seraya mengelus pundak sampai ke rahang dan pipi Aliando. Lantas menempelkan dua gunung kembarnya yang membuat Aliando jadi melebar
Pak Harry mau menjadikan Aliando sebagai tangan kanannya karena dia sudah mengenal keluarganya Aliando.Pak Harry juga menilai jika Aliando mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan bisnis gelapnya.Pemuda itu akan menjadi legenda kalau didik dengan benar. Maka dari itu, ia sangat ingin merekrut Aliando. Bagimana pun caranya!Apalagi dengan latar belakang dan kondisi ekonomi keluarga Aliando yang pas-pas san, Pak Harry berfikir, pasti bisa merekrut Aliando dengan mudah.Namun malah ada kendala ketika mencoba merekrutnya.Mendengar jika Aliando akan langsung dijadikan sebagai tangan kanan sang Boss, membuat para anak buah yang berdiri di belakang langsung saling berpandangan. Mereka terlihat tidak senang. Namun mereka tidak menampakannya detik itu juga. Menunggu respon dari Aliando dulu."Ya...itu memang tawaran yang sangat menarik. Sebuah kehormatan besar bagiku karena bisa mendapatkan tawaran istimewa darimu." Jawab Aliando."Tapi, maaf. Saya tetap tidak mau!" Tegas Aliando.
Akhirnya tinju Aliando berhasil menghantam perutnya Pak Harry.Seketika Pak Harry terbanting satu langkah ke belakang, namun masih dalam keadaan posisi tetap berdiri.Kedua mata Pak Harry membeliak. Sadar kalau dirinya baru saja mendapat serangan dari Aliando.Pak Harry menatap Aliando dengan tajam. Menggeram. Tak terima.Aliando menghentikan serangan sejenak, mengatur nafas.Namun beberapa detik kemudian...muncul seringaian lebar yang langsung menghiasi bibir Pak Harry. "Menarik sekali. Aku akui, kalau kau memang cukup hebat. Kemampuan berkelahimu...memang patut diapreasi. Tapi, jangan senang dulu anak muda."Pak Harry mengambil posisi baru. Siap menyerang balik Aliando. Membalaskan serangan Aliando barusan."Makasih, Pak Harry atas pujiannya." Jawab Aliando sambil senyum. Dia puas karena bisa menghantamkan tinjunya di perut Pak Harry.Dengan begitu, bisa dikatakan, jika dirinya menang melawan Pak Harry untuk sementara waktu."Tapi apakah kamu tidak tahu, heh? Dirimu sedang berha
Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, senyum dan tawa yang tengah menyertai obrolan diantara anggota keluarga Aryaprasaja mendadak pudar begitu saja. Detik berikutnya, tatapan mereka berubah sinis. Juga dingin. Di saat yang sama, terbit senyum penuh kemenangan di bibir mereka masing-masing. Rasakan pembalasan dari keluarga Aryaprasaja! Sementara Tuan Aryaprasaja mendengus dingin, ekspresi wajahnya buruk, entah kenapa, masih muak melihat melihat wajah-wajah anggota keluarga Sadewa. Akan tetapi, tiba-tiba ia menyeringai kala teringat keluarga mereka yang kini telah hancur! Dengan segala sisa-sisa tenaga, keberanian, Reno segera menjatuhkan diri di lantai diikuti yang lain setelahnya. Bersimpuh di hadapan Tuan Besar Arya dan Nyonya Kartika. "Tu ... tuan Aryaprasaja ... " ucap Reno dengan suara terbata selagi kepalanya tertunduk. "Ma ... maafkan keluarga kami karna selama ini keluarga kami telah berbuat jahat kepada Tuan Muda Aliando, kepada putra Anda ... kami mohon,
Setelah Aliando resmi diumumkan ke publik, Tuan Besar Aryaprasaja menggelar pesta besar-besar an. Pesta itu digelar sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas anak laki-laki, satu-satunya keluarga mereka yang telah lama menghilang—yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aliando—akhirnya ditemukan juga dan telah kembali ke keluarga mereka. Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari juga ingin mengenalkan Aliando kepada semua kerabat, kolega dan kenalan mereka. Serta mengumumkan Aliando sebagai pewaris tunggal keluarga Aryaprasaja. Kerajaan bisnis keluarga Aryaprasaja. Juga sebagai Presiden Direktur perusahaan milik keluarga mereka yang baru. Tidak hanya Aliando saja yang akan dikenalkan, keluarga Aryaprasaja juga akan mengenalkan Nadine, sang istri sekaligus menantu mereka, yang kini resmi menjadi bagian dari keluarga mereka. Selain itu, untuk merayakan kebahagiaan atas hamilnya Nadine, yang mana, itu berarti mereka akan segera dikaruniai cucu. Anggota keluarga Arya
Tiba di ruangan Presiden Direktur perusahaan milik keluarga Aryaprasaja, semua anggota keluarga Sadewa kompak membelakakan mata saat melihat Aliando yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan balutan jas mahal nan elegan. Tampan sekali. Berbeda jauh dengan tampilan Aliando yang selama ini mereka kenal. Selama sesaat, tubuh mereka membeku di tempat. Mulut-mulut terbuka lebar, terpelongo. Jadi benar jika Aliando adalah Presiden Direktur Prasaja Group! Pewaris tunggal keluarga kaya raya—keluarga Aryaprasaja! Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, Aliando tersenyum kecut di kursi, lalu bangkit dari tempat duduk, keluar dari tempat kerjanya. Berjalan mendekat ke arah mereka dengan santai dan penuh wibawa. Nadine yang sedang duduk di sofa tengah menyesap teh, segera meletakan teh di atas meja, lantas berdiri dan ikutan berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya. Melihat Aliando tampak sedang berjalan menghampiri mereka, membuat semua anggota keluarga Sadewa tersada
Reno dan Mayang yang sedang sarapan langsung tidak selera melanjutkan sarapannya setelah mengetahui bahwa Aliando beneran anaknya Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari. Keluarga konglomerat di Jakarta. Salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Pemilik Prasaja Group—perusahaan multinasional terbesar di negara ini. Raut muka mereka berdua langsung memancarkan aura ketakutan luar biasa. Pun pucat pasi bak mayat hidup. Di saat bersamaan, jantung mereka berdua berdetak kencang. Keringat dingin membahasi wajah mereka masing-masing. Sebab teringat akan kejahatan yang pernah mereka lakukan dulu kepada Aliando. Dalam waktu lama, mereka berdua membeku di tempat duduk masing-masing. Tengah mencerna fakta gila yang baru saja mereka berdua ketahui. Walau sebelumnya mereka sudah menduga, menebak, menerka-nerka bahwa kemungkinannya Aliando adalah putra tunggal dari pasangan salah satu keluarga terkaya di Indonesia itu, begitu tebakan mereka seratus persen benar, mere
Terduduk di kursi ruangan rapat gedung kantor perusahan keluarga Sadewa, tampilan sang presdir itu kini benar-benar kacau. "Ini ... pasti perbuatan keluarga aslinya suamimu, 'kan, Nad? Mereka yang telah membuat perusahaan kita bangkrut?" tebak Reno. Suara dan bibirnya bergetar. Pun melemah di ujung kalimat. Serta dengan pandangan lurus ke depan, kentara lemas tak berdaya. Sementara semua peserta rapat sudah keluar dari ruangan tersebut, menyisakan dirinya, Nadine dan Arjuna. Reno tidak bisa menyelamatkan perusahaannya. Benar-benar telah bangkrut. Hancur lebur dalam sekejab! Nadine menoleh dan menatap sang paman diikuti Arjuna setelahnya. Akan tetapi, mereka berdua tidak langsung menjawab, terdiam untuk beberapa saat. Setelah menghembuskan napas berat, Nadine mengangguk pelan. Membenarkan. Alhasil, ekspresi wajah Reno langsung berubah murung. Seketika lemas sejadi-jadinya. Di titik ini, Reno menyadari kesalahan dan kejahatannya yang pernah ia perbuat kepada Aliando.
Di dalam kamar, Aliando dan Nadine terlihat sedang bersiap hendak tidur. "Aku mau memberitahu sesuatu sama kamu, sayang." Ucap Aliando dengan punggung bersandar pada tepi ranjang. Setelah mengatakan hal itu, pandangan pria tampan itu yang sebelumnya menatap lurus ke depan, berganti menoleh ke arah sang istri di sampingnya. Nadine yang sedang memposisikan diri di ranjang seketika balas menoleh. "Soal apa, Mas?" tanya Nadine setelah terdiam sebentar, lantas ikutan menyenderkan punggung ke tepi ranjang. Aliando menghela napas lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan bicara. "Tapi aku mohon sama kamu untuk enggak menjadikan bahan pikiran dengan apa yang akan aku katakan ini sama kamu, ya, sayang karena kamu dan kedua orang tuamu enggak akan dibawa-bawa, enggak akan menjadi target, kalian adalah pengecualian. Okay?" Lipatan di kening Nadine semakin bertambah. Ia dan kedua orang tuanya tidak akan dibawa-bawa? Tidak akan menjadi target? Adalah pengecualian? Nadine mencerna perk
Pukul empat sore, mobil yang ditumpangi Aliando dan Nadine berhenti di depan halaman rumah mereka. Di dalam mobil, mereka melihat ada mobil yang tak asing terparkir di halaman rumah. Itu adalah mobilnya Lidya. Aliando dan Nadine sudah tahu jika kakaknya itu datang ke rumah sore ini karena Lidya memberitahu Nadine sebelumnya. Ditambah mendapat laporan dari satpam rumah pula. Akan tetapi, Nadine tidak tahu apa tujuan sang kakak ke rumahnya. Lidya tidak memberitahukannya di telepon. Namun keduanya menduga jika Lidya hendak memohon supaya sang suami dibebaskan dari penjara, memohon supaya keduanya mencabut laporannya. Lalu, keduanya turun dari mobil, segera membawa langkahnya masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya satpam rumah sempat melapor perihal kedatangan Lidya. Tiba di ruang tamu, Aliando dan Nadine langsung disambut Lidya dan kedua anaknya. Melihat kedatangan Aliando dan Nadine, mereka bertiga refleks berdiri. "Al ... Nadine ... " panggil Lidya dengan suara lirih, me
Pagi hari. Di rumah keluarga Aryprasaja ruangan kerja sang kepala keluarga... Tampak Pak Irawan memasuki ruangan tersebut, berjalan mendekat ke arah Tuan Besar Arya yang saat ini sedang duduk di kursi meja kerjanya. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat pesan dari Tuan Besar Arya yang menyuruhnya untuk datang ke rumahnya. Sepertinya ada hal penting yang mau dibicarakan atau ada tugas yang akan diberikan kepadanya. Tiba di hadapan sang Tuan Besarnya, Pak Irawan langsung membungkukan badan dengan hormat lebih dulu sebelum kemudian menegapkan tubuhnya kembali. Kemudian, Tuan Besar Arya menyuruh Pak Irawan untuk duduk. Mendapati hal itu, Pak Irawan pun segera menjatuhkan diri di kursi dihadapan sang tuan besar dan duduk di sana. Memperbaiki posisi duduk lebih dulu, telah siap mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh majikannya itu. Tuan Besar Arya menatap Pak Irawan untuk beberapa saat sebelum kemudian menarik punggung dari sandaran kursi. Di saat bersamaan, rahangnya men
"Asal Kak Lidya tau aja ya ... aku itu masih kecewa sama Kakak karna tindakan Kakak yang waktu itu enggak langsung memihakku ... dan tindakan Kakak waktu itu ... keputusan Kakak waktu itu ... menandakan ... kalau Kakak sepertinya senang melihat aku dan Mas Al ribut." Lidya buru-buru menggeleng dengan isak tangis yang terdengar semakin keras begitu mendengar hal itu, kini ia benar-benar menyesal dengan tindakannya waktu di pesta itu. Seharusnya ia bersikap semestinya. Bukannya malah ikut mengompor-ngompori. Selagi Lidya bungkam, Nadine lanjut berkata. "Dan soal masalah yang sedang terjadi ... semua keputusan ada di tangan Mas Al."Mendengar itu, semua orang langsung memasang wajah tak berdaya. Begitu juga dengan Lidya. "Kami akan melakukan apa saja, Al ... asalkan kamu mau memaafkan Dion dan Dimas ... asalkan kamu mau mencabut tuntutanmu." Reno kembali bersuara setelah agak lama terdiam. Ternyata dia belum menyerah juga. Aliando menoleh dan menatap Reno. Tertarik mendengar ucapa