"Aku tahu, Mama dan Papa enggak suka dengan Al. Tapi, apa Mama dan Papa enggak marah kalau tahu anaknya mau dilecehkan?!"Nadine menghentikan kalimatnya sejenak, kemudian menarik nafas, seakan ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam dirinya."Aku...nyaris saja berakhir di tangan Pak Albert, Ma, Pa! Kalau saja Aliando enggak datang menyelamatkan aku!" Nadine berteriak dengan suara menggelegar. Arjuna dan Kinanti tercengang. Terdiam untuk beberapa saat. Kemudian menatap Albert.Sebenarnya Arjuna dan Kinanti percaya dengan Nadine. Tentu saja mereka akan percaya dengan anak sendiri. Tentu saja mereka juga marah besar jika mengetahui anaknya mau dilecehkan.Namun tidak dengan Aliando, mereka sama sekali tidak pernah percaya dengannya, mereka malah menganggap sikap Aliando yang mungkin sudah sangat keterlaluan kepada Albert dan membuatnya tersinggung.Sementara Albert semakin gusar karena takut jika perbuatannya akan dicurigai oleh Arjuna dan Kinanti. Takut jika mereka berdua akan berpih
Dua perempuan seksi itu langsung menempel di sisi kanan dan kiri tubuh Aliando. Tangan mereka langsung bergerak liar, menyentuh dagu Aliando. Memberikan tatapan mata genit. Jelas saja jika apa yang tengah dilakukan oleh dua perempuan itu kepada Aliando adalah untuk membuatnya tergoda.Aliando terkejut, menatap dua perempuan seksi yang memiliki tubuh seperti gitar spanyol itu bergantian.Lalu telapak tangan dua perempuan seksi itu berlomba-lomba mengelus lengan Aliando yang berotot, berpindah ke perut dan dada bidang Aliando.Seketika bulu kuduk Aliando meremang, kedua dada bidangnya jadi naik turun. Hasrat kelakiannya agak bangkit.Kini dua perempuan itu juga tengah berpose menggoda, dengan memberikan tatapan genit, mengigit bibir, berlomba-lomba membuat gairah kelakian Aliando supaya tambah membara.Satu perempuan berjalan ke belakang dan berdiri di sana seraya mengelus pundak sampai ke rahang dan pipi Aliando. Lantas menempelkan dua gunung kembarnya yang membuat Aliando jadi melebar
Pak Harry mau menjadikan Aliando sebagai tangan kanannya karena dia sudah mengenal keluarganya Aliando.Pak Harry juga menilai jika Aliando mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan bisnis gelapnya.Pemuda itu akan menjadi legenda kalau didik dengan benar. Maka dari itu, ia sangat ingin merekrut Aliando. Bagimana pun caranya!Apalagi dengan latar belakang dan kondisi ekonomi keluarga Aliando yang pas-pas san, Pak Harry berfikir, pasti bisa merekrut Aliando dengan mudah.Namun malah ada kendala ketika mencoba merekrutnya.Mendengar jika Aliando akan langsung dijadikan sebagai tangan kanan sang Boss, membuat para anak buah yang berdiri di belakang langsung saling berpandangan. Mereka terlihat tidak senang. Namun mereka tidak menampakannya detik itu juga. Menunggu respon dari Aliando dulu."Ya...itu memang tawaran yang sangat menarik. Sebuah kehormatan besar bagiku karena bisa mendapatkan tawaran istimewa darimu." Jawab Aliando."Tapi, maaf. Saya tetap tidak mau!" Tegas Aliando.
Akhirnya tinju Aliando berhasil menghantam perutnya Pak Harry.Seketika Pak Harry terbanting satu langkah ke belakang, namun masih dalam keadaan posisi tetap berdiri.Kedua mata Pak Harry membeliak. Sadar kalau dirinya baru saja mendapat serangan dari Aliando.Pak Harry menatap Aliando dengan tajam. Menggeram. Tak terima.Aliando menghentikan serangan sejenak, mengatur nafas.Namun beberapa detik kemudian...muncul seringaian lebar yang langsung menghiasi bibir Pak Harry. "Menarik sekali. Aku akui, kalau kau memang cukup hebat. Kemampuan berkelahimu...memang patut diapreasi. Tapi, jangan senang dulu anak muda."Pak Harry mengambil posisi baru. Siap menyerang balik Aliando. Membalaskan serangan Aliando barusan."Makasih, Pak Harry atas pujiannya." Jawab Aliando sambil senyum. Dia puas karena bisa menghantamkan tinjunya di perut Pak Harry.Dengan begitu, bisa dikatakan, jika dirinya menang melawan Pak Harry untuk sementara waktu."Tapi apakah kamu tidak tahu, heh? Dirimu sedang berha
Pak Harry terkejut bukan main saat melihat Aliando dapat melumpuhkannya, serta anak buahnya.Kini Pak Harry terlihat berusaha berdiri sambil masih merintih kesakitan. Dia ingin kembali menyerang Aliando dan menghabisi pemuda itu sampai tinggal nama. Namun dia sudah merasa tak berdaya. Pandangannya jadi berkunang-kunang. Kepalanya juga terasa berat.Dia juga merasa harga dirinya telah dicabik-cabik oleh Aliando. Dia merasakan malu yang amat teramat sangat.Bagimana mungkin dirinya yang merupakan salah satu orang yang disegani dan dihormati bisa dikalahkan dengan mudah oleh pemuda yang tak memiliki nama sama sekali? Bagimana mungkin dirinya yang merupakan pemilik tempat judi terkenal bisa dikalahkan oleh bocah kemarin sore? Apa kata orang-orang nantinya? Mukanya mau ditaruh dimana?Pak Harry menggeram marah. Tapi dia sudah kepalang janji. Dia akan melepaskan Aliando dan tidak akan menganggu pemuda itu lagi, jika pemuda itu bisa mengalahkannya dalam duel. Maka, mau tak mau, ia harus mele
Aliando menghela nafas lega. Akhirnya dia bisa terbebas dari bayang-bayang Pak Harry. Beruntung saja Pak Irawan datang ke sini dan membuat Pak Harry semakin tidak berkutik.Namun jika seandainya Pak Irawan tidak datang pun, dia masih bisa lolos dari Pak Harry, tapi mungkin saja Pak Harry akan kembali membayang-bayanginya karena belum tahu siapa dirinya.Aliando lalu balik badan dan berjalan meninggalkan Pak Harry yang masih bersimpuh di lantai dengan posisi kepala tertunduk ke bawah. Tengah merutuki diri dan mengatai dirinya bodoh berkali-kali.Setelah itu, gantian Pak Irawan yang menghampiri Pak Harry dengan aura kemarahan yang mendadak muncul dari dalam tubuhnya dan seketika itu langsung melayangkan tamparan keras di pipi Pak Harry. Berkali-kali.Tidak hanya tamparan yang Pak Harry dapatkan, melainkan pukulan dan tendangan juga.Jelas saja penderitaan Pak Harry semakin bertambah, tadi dia sudah mendapat pukulan dan tendangan telak dari Aliando, kini harus mendapatkannya lagi dari P
Aliando mengangguk pelan sebagai balasan. Tidak terlalu yakin. Tentunya dia belum bisa memanggil mereka berdua dengan panggilan 'Mama dan Papa' detik itu juga. Karena rasanya masih terasa sangat-sangat canggung bagi Aliando. Mungkin butuh waktu untuk dapat memanggil mereka berdua dengan panggilan itu.Menyadari bahwa sepertinya sudah lama mereka menumpahkan rasa rindu yang telah lama dipendam selama puluhan tahun di halaman rumah, membiarkan Aliando berdiri dengan keterbengongannya. Sementara kedua orang kaya raya itu mengoceh ke ke sana ke mari. Akhirnya mereka mengajak Aliando masuk ke dalam rumah mewah bak istana itu.Aliando kembali dibuat kagum, seperti tersihir, oleh interior rumah itu begitu tiba di dalam. Tuan Arya dan Nyonya Kartika membiarkan Aliando sibuk dengan apa yang dia temui di dalam rumahnya.Sementara mereka berdua masih merasakan haru yang tak terhingga atas pertemuannya dengan anak mereka satu-satunya.Selang beberapa saat, kemudian mereka membawa Aliando ke meja
Dulu, Aliando sempat hilang sewaktu masih kecil, mereka sudah mencarinya ke mana-mana. Sampai melapor ke polisi segala. Namun hasilnya nihil. Sia-sia. Polisi juga tidak berhasil menemukan Aliando.Mereka tidak bisa berbuat banyak untuk dapat menemukan Aliando. Keterbatasan ekonomi yang menjadi faktor utama, serta jaman yang belum secanggih seperti saat ini, membuat peluang ditemukannya kecil dan usaha yang dilakukannya juga jadi terbatas. Saat itu, kondisi ekonomi keluarga Aryaprasaja juga pas-pas san, jangan kira Tuan Arya adalah pewaris keluarga konglomerat, dia benar-benar berjuang dari nol untuk mencapai kekayaan bernilai triliunan.Bahkan, bisa dikatakan, masih hidup dalam garis kemiskinan. Serba kekurangan. Belum jadi sekaya seperti sekarang ini. Mereka mencapai kesuksesan seperti saat ini juga melalui proses yang tidak mudah dan usaha yang tidak main-main.Karena adanya berita yang simpang siur pula tentang anak mereka yang hilang, ada yang mengatakan jika Aliando sudah me