Nadine tergelak, kemudian melambaikan tangan. "Nanti kalian juga pasti akan segera tahu kok. Jadi, sabar dulu aja ya." Jawab Nadine dengan senyuman yang terkesan dipaksakan. Rahang Nadine lalu terkatup rapat, pandangannya memicing. "Karna sebentar lagi Mas Al akan segera membongkar identitas dia yang asli kepada kita semua. Jadi, lebih baik, kita tunggu saja." Kata Nadine lagi. Mengedikan bahu. Mendengar jawaban Nadine tak ayal membuat semua orang kompak menghembuskan napas berat. Beberapa detik kemudian, semua orang saling mendecakan lidah, jantung mereka semakin berpacu cepat, sekujur tubuhnya gemetaran hebat. "Tapi aku saranin sih ...kalau kalian enggak mau menyesal nantinya ...enggak mau mendapat pelajaran dari Mas Al ...sebelum semuanya terlambat ...lebih baik ...mending kalian semua menerima Mas Al di keluarga kita saat ini juga!" "Jangan mengatai dan menghina Mas Al lagi sebagai suami dan menantu yang bisanya hanya menumpang hidup di rumah keluarga istrinya saja kalau
Nadine, Arjuna dan Kinanti mangguk-mangguk. Mereka bertiga sudah menebak jika Pak Damar pasti membicarakan tentang rahasia Aliando yang bukan putra kandungnya kepada Aliando tadi. Mereka bertiga lalu kompak menghembuskan napas, memilih menunggu kalimat Pak Damar selanjutnya. Meskipun saat ini mereka bertiga juga tengah merasa deg-deg an tak karuan (terlebih Arjuna dan Kinanti) -yang selalu merasa was-was -setiap teringat jika mereka berdua juga pernah memperlakukan Aliando bak sampah.Tapi mereka berdua sudah pasrah dengan apa yang akan Aliando lakukan kepadanya, mereka siap menerima hukuman dari Aliando. Namun terlepas dari itu, mereka berdua akan terus berusaha mengambil hatinya Aliando didetik-detik dia yang akan mengungkapkan identitas aslinya kepada semua orang. Kini Aliando terlihat sedang menatap wajah-wajah yang tampak pucat pasi dengan seringaian lebar yang menghiasi bibirnya. Bersidekap. Tadi Ayahnya bertanya kepada dirinya, meminta ijin, untuk memberitahu rahasia t
Semua orang tampak belingsatan, panik, cemas, gusar dan frustasi. Meja makan juga tengah dipenuhi oleh atmosfer menegangkan. Pasalnya Aliando tidak mau memberitahu siapa kedua orang tua kandungnya, membuat mereka jadi semakin ketakutan parah.Separuh penasaran juga.Aliando belum memberitahu siapa kedua orang tua kandungnya saja, wajah mereka sudah memucat seperti mayat lebih dulu, tubuh juga melemas tidak berdaya -apalagi kalau pas moment itu telah tiba -mungkin mereka semua bisa pingsan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sedang berjalan menuju ke arah meja makan.Hal itu membuat kepala-kepala langsung tertoleh. Menunggu. Detik berikutnya, mata semua orang melebar nyaris sempurna tatkala mendapati tiga orang lelaki berbalut jas hitam rapi muncul dari balik tembok. Detik berikutnya lagi, semua orang tampak termangu begitu mengetahui jika tamu-tamu yang datang itu adalah orang penting semua. Reno dan Dion tambah belingsatan -saat melihat Pak Irawan ada bersama mereka.
Pukul sembilan malam, Pak Irawan, Pak Jonathan dan Pak Alex pamit pulang. Tentu saja setelah Pak Irawan menakut-nakuti seluruh anggota keluarga Sadewa lebih dulu yang membuat mereka merasakan ketakutan yang menanjak ke intensitas tertingginya. Dan mereka tengah merasakan bahwa riwayat mereka seperti benar-benar telah berada di ujung tanduk! Namun yang masih membuat mereka penasaran setengah mati adalah karena Aliando, Nadine, Pak Damar dan Pak Irawan tidak mau memberitahu siapa kedua orang tua kandungnya Aliando yang sebenarnya. Namun mereka telah menduga jika kedua orang tua kandungnya Aliando itu adalah Tuan Aryaprasaja dan Nyonya Kartika Sari (salah satu orang terkaya di Indonesia).Mereka menduga demikian karena Pak Irawan sangat menghormati Aliando. Apalagi Pak Irawan memanggil Aliando dengan panggilan 'Tuan Muda'. Jadi sudah jelas. Hal itu benar-benar seperti memvalidasi jika Aliando itu memang sepertinya adalah anak kandung dari salah satu keluarga konglomerat terkenal
"Akhirnya...kamu udah enggak dihina-hina lagi Mas sama keluargaku, sama orang-orang lain juga. Kamu udah enggak direndahkan lagi kayak dulu. Semua orang udah berhasil kamu bungkam. Semua orang yang jahat sama kamu, udah kamu balas!" Kata Nadine dengan kedua mata berkaca-kaca. Terharu. Puas diwaktu bersamaan. "Dan lihat lah, Mas. Semua orang pada enggak bisa berkutik, setelah tahu kalau ternyata kamu itu adalah anak dari orang kaya raya di negara kita.""Pasti, keluargaku lagi pada ketakutan setelah mengetahui identitas kamu yang sebenarnya. Mereka pasti udah enggak akan berani macam-macam lagi sama kamu, Mas." Lanjut Nadine. Aliando dan Nadine masih berdiri di teras rumah, ngobrol lebih dulu saat semua orang sudah masuk ke dalam rumah. Saling tatap. Berhadapan satu sama lain. Aliando balas tersenyum seraya mengangguk-angguk. Ya. Akhirnya ia bisa membungkam dan membalas hinaan yang ia terima selama ini. "Iya, sayang. Dan sebentar lagi, aku akan menunjukan identitasku kepada semu
Saat menyadari dengan apa tengah terjadi, mata Dion membulat seketika itu. Ia pun buru-buru membanting setir, mobil meliuk, mengerem mendadak, kemudian terdengar bunyi berdecit setelahnya sebelum akhirnya mobil berhenti, Dion menepikan mobilnya.Wajah-wajah di dalam mobil itu terlihat tegang, napasnya menderu tak beraturan. Dion langsung menoleh ke belakang, celingak-celinguk, seperti sedang mengecek sesuatu. Diikuti oleh Lidya dan kedua anaknya setelahnya. Kemudian, klakson dari kendaraan yang lainnya terdengar, beberapa orang berteriak, marah-marah. Dion mendengus, ia hanya bisa meminta maaf kepada mereka. Beberapa detik kemudian, Dion boleh menggela napas lega.Sebab orang di belakang sana terlihat baik-baik saja. Tidak tertabrak mobilnya. Barusan ia nyaris saja menabrak orang yang sedang menyebrang. Ia tidak fokus menyetir tadi lantaran sedang berdebat dengan istrinya.Sampai-sampai ia tidak melihat kalau ada orang yang tengah menyebrang di depannya. "Mas! Hati-hati
Kedua mata Nadine membesar seketika itu. Tatapan matanya menatap lurus ke arah sebuah test pack yang berada di tangannya -yang kini tengah gemetaran.Lantas ia membekap mulut dengan satu tangannya. Kencang. Dua garis biru? Ia hamil?Astaga. Nadine terkesiap, langsung merasa tak karu-karuan. Pandangannya menyasar ke mana-mana. Untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat, hasil yang diperlihatkan pada test pack itu benar, Nadine mengucek mata sampai berkali-kali dan hasilnya tetap sama ; test pack itu tetap menunjukan hasil dua garis biru. Itu artinya ia positif hamil. Nadine menggeleng pelan, rasanya masih belum bisa memepercayainya. Sebenarnya ia sudah diberitahu Dokter sebelum ia mengecek menggunakan test pack yang beberapa saat lalu memeriksanya. Ia juga telah menceritakan semua keluhan yang ia rasakan. Saat mengetahui istrinya sakit, Aliando langsung memanggil Dokter pribadi ke rumah untuk memeriksa kondisi Nadine.Dokter itu memberitahu jika kemungkinan besar ia tengah h
Beberapa detik kemudian, mata Aliando membulat.Ia langsung mengangkat muka, menatap Nadine. Dua garis biru? Nadine yang mendapati keterkejutan di wajah Aliando sehabis mengecek test pack yang ia berikan sebelumnya hanya menahan senyum. Ia jadi tidak sabar ingin segera melihat bagimana reaksi suaminya setelah ini. "K-amu hamil, sayang?" Kata Aliando tercekat. Suaranya tertinggal di tenggorokan. Meskipun ia sudah tahu soal kabar kehamilan istrinya sejak beberapa saat yang lalu. Tapi, entah kenapa, rasanya tetap saja terkejut saat mendapati bahwa test pack itu memperlihatkan dua garis biru. Membuktikan kalau Nadine benaran positif hamil. Nadine mangguk-mangguk. Membenarkan. Wajahnya tampak berseri-seri. Aliando kembali merasakan kedua matanya memanas seketika itu, masih celingukan ke sekitar, rasa haru karena saking bahagianya langsung menyelimuti dirinya. "Wah...wah..." Aliando bangkit dari ranjang seraya menghembuskan napas berat berkali-kali. Selang sebentar saja, Alian