Darren dan Dika juga berfikir hal yang sama seperti apa yang dipikiran oleh orang-orang, keduanya mencoba menerka-nerka, jika mungkin saja Aliando sudah tidak miskin lagi seperti dulu. ARGH!!! Kenapa juga Aliando bisa melakukan hal yang membuat mereka semua setres begini sih? Lelucon macam apa ini?Dika dan Darren tidak tahu harus merespon bagimana lagi soal kejadian ini.Namun lain lagi dengan apa yang tengah dirasakan oleh para kacung Darren yang harus dibuat iri dengan orang-orang yang baru saja mendapatkan uang masing-masing sebesar satu miliar dari Aliando hanya karena mereka membela Aliando tadi.Karena kalau boleh jujur, mereka juga mau, sangat mau malahan. Selama bertahun-tahun lamanya menjadi kacungnya Darren, mereka sudah melakukan berbagai macam cara untuk menjilat sang Boss, berharap akan mendapatkan keuntungan, tapi belum pernah mereka mendapat uang sebanyak satu miliar darinya. Lah, ini? Hanya berpihak kepada Aliando? Mendukung Aliando? Bisa dapat uang 1 miliar?Ta
Semua orang tengah kompak menahan napas, menunggu jawaban. "Yang jelas ...aku bukan orang miskin lagi yang bisa kamu tindas dan hina-hina sesuka hatimu lagi, Dik ...aku udah enggak menyandang predikat suami dan menantu sampah lagi ...saat ini ...aku adalah orang yang akan membalas jika ada orang yang berani macam-macam denganku, mencari gara-gara denganku. Apalagi kalau sampai menganggu istriku, maka, aku enggak akan tinggal diam!" Jawab Aliando dengan nada dingin. Tergelak. Kedua tangannya tengah berada di saku celana. Dika benar-benar tidak mengerti dengan jawaban Aliando. Kepalanya malah tambah terasa mau pecah saja.Aliando mengulas senyum saat melihat Dika yang tampak kacau karena tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Aliando lalu mengatupkan rahang rapat-rapat, memicingkan mata sambil menunjuk muka Dika. "Oh ya, Dik ...aku masih punya kejutan buat kamu. Jadi, ditunggu ya kejutan dari aku. Ingat. Ini baru permulaan. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku akan membala
Lupakan sejenak soal Aliando yang akhirnya berkata jujur kepada mertua mengenai rangkaian kejadian yang membuat mertua dan semua anggota keluarga Sadewa terheran-heran bukan main. Kembali kepada masalah kerja sama yang akan dijalin antara Sadewa Group dengan DN Corp melalui perantara Pak Irawan, tentu saja atas perintah dari Aliando secara langsung. Namun ada hal yang membuat anggota keluarga Sadewa heran saat mendengar jika Aliando harus ikut membuat, mengawasi pembuatan surat perjanjian kerja sama diantara dua perusahaan tersebut.Aliando juga harus menghadiri acara sesi pendatanganan kerja sama itu. Jika Aliando tidak ada di situ, maka, dari pihak DN Corp katanya tidak mau mendatangani surat perjanjian kerja sama dan jika dari pihak DN Corp tidak mau mendatangani surat perjanjian kerja sama, maka, secara otomatis, kerja sama tidak akan terjalin. Hal itu agak aneh pula menurut keluarga Sadewa. Memangnya siapa Aliando? Apa kepentingan Aliando harus ikut serta dalam pembuatan su
"Lihat lah ...menantu yang selama ini kalian anggap sampah, tidak berguna, payah ...kini bisa membalikan keadaan dengan begitu cepat ...omongan menantu yang kalian anggap tidak berguna itu tidak main-main ...dia serius bisa membuat perusahaan kalian bekerja sama dengan DN Corp ..." Ucap Pak Irawan dengan nada dan ekspresi wajah dingin. Bercampur sinis. Menatap semua orang yang ada di ruangan itu secara bergantian. Lengang sejenak di ruangan itu. Tidak ada satu orang pun yang berani membuka mulut saat Pak Irawan sedang berbicara.Bahkan, mereka tidak berani melakukan gerakan sekecil apa pun, melakukan kontak mata dengan Pak Irawan, alhasil mereka memilih menundukan kepala atau sesekali melirik ke sekitar, selagi suara Pak Irawan menggema di ruangan itu. Suara tajam dan penuh nada mengintimidasi itu tentu saja membuat bulu kuduk mereka meremang dan suasana tidak nyaman. Pak Irawan menghembuskan napas dengan kasar lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya. "Apakah ...setela
"Karna tanpa Aliando, perusahaan kalian tidak akan bisa bekerja sama dengan DN Corp." Pak Irawan menyeringai. Merasa sedikit senang melihat keterkejutan di wajah-wajah mereka."Kalian dengar sendiri, kan, tadi, apa yang dikatakan oleh Pak Hakim? Pak Hakim ...tidak mau tanda tangan jika tidak ada Aliando di sini." Kata Pak Irawan lagi sambil tergelak. Mereka terdiam untuk beberapa saat, kemudian mengangguk samar secara bersamaan. Membenarkan perkataan Pak Irawan. Akhirnya, dengan amat terpaksa, Reno, Arjuna dan Dion bergantian mengucapkan rasa terima kasih mereka kepada Aliando. Aliando hanya mengedikan bahu, mengangguk samar, menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum tipis saat kembali menyaksikan anggota keluarganya Nadine yang kali ini berganti mengungkapan rasa terima kasih mereka. Sebelumnya, Aliando telah memberitahu Pak Irawan untuk bersikap biasa saja kepada dirinya. Tapi apa yang dilakukan Pak Irawan? Tapi kalau dipikir-pikir lagi. Hal itu tidak terlalu menjadi masal
Arjuna menatap Reno lamat. Terdiam sebentar sebelum kemudian memilih mengalihkan pandangan ke depan, helaan napas pun keluar dari mulutnya. Dia tidak mau meladeni Reno yang keras kepala itu. Pasti malah akan menjadi perdebatan panjang jika dilanjutkan. Reno mendesis, melambaikan tangan. "Udah lah, Jun. Kamu jangan pernah menganggap Aliando itu udah berubah. Udah hebat. Dia itu masih sama aja kayak dulu. Masih tetap miskin. Dia itu hanya beruntung saja karna bisa mengenal orang penting!" Tandas Reno. Mendengus. Arjuna menoleh, tapi hanya diam, tidak berniat mau membalas ucapan Reno. Arjuna malah jadi memikirkan ucapan Reno barusan yang menyinggung soal Aliando yang kata dia masih menjadi orang miskin. Apa benar jika Aliando masih jadi orang miskin? Setelah Aliando mengatakan jika pembelian perhiasan dan mobil Lamborghini itu dibeli dengan uangnya sendiri dan uang 50 miliar yang waktu itu diberikan kepada perusahaan juga adalah uangnya sendiri. Bukan dipinjami David. Aliando t
Kinanti setuju dengan apa yang dikatakan oleh suaminya.Sebaik apa pun, seroyal apa pun dan sekaya apa pun, tidak mungkin jika keluarganya Pak Irawan mau meminjamkan uang segitu banyaknya kepada Aliando. Bahkan, terkadang, dengan sesama anggota keluarga saja, kerabat, banyak yang tidak percaya dan menaruh curiga satu sama lain. Apalagi ini konteksnya Aliando adalah orang lain. Keduanya juga tidak tahu seberapa dekat hubungan antara Aliando dengan keluarganya Pak Irawan. Jadi, keduanya tidak yakin jika Aliando mendapatkan pinjaman uang dari keluarganya Pak Irawan. Tapi memang tidak, semua uang itu adalah milik Aliando sendiri, Aliando sendiri lah yang bilang hal itu secara langsung, tapi keduanya masih belum bisa mempercayainya saja sampai sekarang. "Kalo misalnya Aliando menang lotre, atau berjudi, tapi ...pasti juga enggak akan mungkin sampai sebanyak itu. Jika uang itu adalah hasil dari dia bekerja selama ini juga enggak mungkin rasanya bisa sampai sebanyak itu. Lagi pula, dia
"Gimana kalau kita membeli rumah saja, sayang? Kita tinggal sendiri? Pergi dari sini? Supaya ...aku enggak dikatakan sebagai menantu dan suami yang hanya numpang hidup di rumah istrinya ..." Ucap Aliando dengan pandangan lurus ke depan, jari jemarinya kini tengah asik mengusap puncak kepala Nadine.Beberapa detik kemudian, dia menoleh, meminta pendapat sang istri. Sebenarnya Mama dan Papanya sudah menawari dirinya untuk tinggal di istana mereka atau jika Aliando keberatan, ingin tinggal sendiri, mereka akan langsung menyiapkan rumah megah untuk ditinggali dirinya dan istrinya. Namun Aliando bilang nanti dulu, dia perlu berbicara dengan Nadine mengenai hal itu.Nadine yang sedang nyaman berada di dada bidang sang suami buru-buru menarik wajah dari sana begitu mendapat pertanyaan yang menarik perhatian. "Aku sih nurut aja sama kamu, ya, Mas. Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi. Karna ...kamu itu adalah suami aku." Jawab Nadine sambil tersenyum.Aliando balas mengulas senyum. "Ya ak