Tiba di kediaman Reno, Nadine sekeluarga harus mendapat sambutan yang kurang mengenakan dari sang tuan rumah. Terlebih saat Reno, istrinya dan Dimas yang melihat Aliando masuk ke dalam rumah, mereka kompak memberikan tatapan mata tajam.Tapi Aliando tidak peduli dengan tatapan mata tajam mereka yang seakan-akan hendak menelannya hidup-hidup. Ternyata ada Dion dan Lidya juga di sana. Mereka tiba duluan daripada keluarganya Nadine. Entah ada urusan apa mereka datang ke rumah itu. Mungkin saja mereka juga disuruh untuk datang."Apa yang sudah kamu lakukan sama anak saya...Dimas...menantu sampah?!" Reno langsung menggeram marah kepada Aliando setelah mereka sempat mengobrol basa-basi lebih dulu. Seketika semua orang mengerjap begitu mendengar suara Reno yang keras. Menoleh. Seketika menghentikan obrolan, menghentikan kegiatan masing-masing, kompak beralih menatap Reno dan Aliando secara bergantian.Atmosfer ruang tamu kini berubah jadi menegangkan. Mereka saling pandang, seakan teng
Pengakuan Nadine yang terkesan mendadak itu (karena setahu mereka selama ini Nadine tidak pernah mencintai Aliando, mereka juga melihatnya secara langsung bagimana sikap dingin Nadine kepada Aliando sebelum-sebelumnya) membuat mereka tak langsung percaya, malah menuduh Aliando yang tidak-tidak. Mereka menuduh Aliando telah memaksa Nadine, lebih parahnya lagi menuduh Aliando telah melet Nadine yang membuat Nadine jadi klepek-klepek dengan dirinya. Aliando menoleh ke arah Nadine yang duduk di sampingnya, yang kini sudah akan membantah semua tuduhan itu sebelum Aliando berbicara. "Sayang...katakan sama mereka...kalau kamu enggak dipaksa sama aku, kan? Kamu mencintaiku dengan tulus, kan?"Nadine mengangguk dengan cepat. Lantas berpaling kepada semua orang. "Aku mencintai Mas Aliando dengan tulus. Tanpa ada paksaan dari Mas Aliando atau pun dari yang lainnya. Jadi, aku mohon sama kalian, kalian jangan menuduh Mas Aliando yang enggak-enggak, jangan nyalahin Mas Aliando tentang perasaa
Aliando langsung menanyakan maksud dan tujuan menghubungi Pak Irawan yang ingin menanyakan kabar kelanjutan soal permintaannya pada malam ketika dia dan istrinya pergi ke rumah kedua orang tuanya Aliando kepada Pak Irawan untuk mencarikan perusahaan yang akan menjadi distributor tunggal untuk Sadewa Group sebagai pengganti perusahaan milik Pak Handoko. Tentu saja Aliando mendapatkan jawaban yang dia inginkan, tidak mengecewakan, Pak Irawan sudah mendapatkan apa yang diminta oleh sang Tuan Muda. Setelah mendapat perintah dari Aliando, Pak Irawan langsung gerak cepat, tanpa menunda-nundanya lagi. Aliando menghela napas lega begitu mendengarnya.Setelah tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi, Aliando mematikan panggilan. Semua orang kini tengah terpelongo saat Aliando menurunkan smartphone dari telinga. Mereka segera mendesak Aliando, memastikan bahwa orang yang baru saja Aliando hubungi itu adalah Pak Irawan. Orang kepercayaannya Tuan Aryaprasaja. Dahi Aliando mengernyit, menai
Pukul sembilan malam lebih, keluarga Arjuna akhirnya pamit pulang. Termasuk Dion dan Lidya. Setelah kepergian Arjuna sekeluarga, Reno, istrinya dan Dimas masih duduk di sofa ruang tamu dengan perasaan marah, bingung, kesal, bercampur aduk menjadi satu karena kejadian mencengangkan yang barusan terjadi. Mereka masih sibuk membahas soal kejadian itu yang hingga kini rasanya masih memenuhi benak. Dimas kesal bukan main karena bisa dibilang rencana membuat Aliando tidak bisa berkutik malam ini dengan menggunakan kekuasaan Ayahnya gagal total. Dimas tidak jadi memberi Aliando pelajaran. Pasalanya tidak ada satu orang pun yang berani menyinggung hal itu tadi, tidak ada yang berani memaksa Aliando untuk meminta maaf dan bersujud di kakinya karena mereka harus dibuat terkejut dengan fakta yang mencengangkan. Aliando mengenal orang kepercayaan dari salah satu keluarga konglomerat di Indonesia. Ditambah respon Aliando yang sangat menjengkelkan di telinganya. Sementara itu, Dion dan Lidya
Seketika ingatan Aliando langsung terhempas pada kejadian dimana Dika mempermalukan dirinya bak seekor anjing di depan banyak orang pada saat dia meminjam uang padanya. Kalau saja Nadine tidak datang dan menyelamatkan harga dirinya waktu itu, mungkin saja dia akan menanggung malu sampai sekarang. Tapi dengan terjadinya kejadian itu, membuat Aliando sadar, membuat Aliando jadi tahu, bahwa ternyata Dika adalah teman yang kayak iblis! Dika adalah sahabat yang tidak tahu diri. Dulu, ketika dia masih susah, mau berteman dengannya, tapi giliran sekarang sudah sukses, malah menganggapnya sampah. Benar-benar teman kampret! Rasa-rasanya Aliando ingin langsung meninju wajah Dika detik ini juga. Dia sudah sangat emosi bukan main. Namun dia buru-buru mengontrol emosinya, mencoba mengendalikan diri. Sepertinya lebih seru jika membalas perbuatan Dika dengan cara yang lebih elegan lagi.Aliando juga jadi teringat dengan tekadnya ingin membalas perbuatan Dika. Ingin membuat Dika sadar.
"I-ini aku enggak salah liat?" Tahu-tahu David berkata dengan suara tergagap. Berjalan mendekati kedua Kakaknya.Tentu saja dia shock berat setelah melihat Aliando turun dari Lamborghini itu.Aliando dan Nadine kompak menoleh ke arah David. David lalu berpaling kepada Aliando. "Kamu barusan turun dari Lambo ini? K-kamu bisa mengendarai Lamborghini?" Tanya David dengan suara yang masih tergagap.Kemudian, David terpelongo sambil menunjuk-nunjuk ke arah bodi mobil. Pandangannya berpindah-pindah dari mobil mewah itu ke wajah Aliando. Memastikan. Nadine menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Dia mengabaikan keterkejutan David. Dia malah mendengus sebal saat David masih memanggil Aliando dengan panggilan 'Kamu'.Adiknya ini bebal sekali. Susah dibilangin. Tapi dia harus terus mengingatkan kepada sang adik biar tidak bersikap kurang ajar pada Aliando. "David...kan udah Kakak bilangin soal hal ini berkali-kali sama kamu...kalo panggil Mas Aliando itu dengan panggilan 'Bang'. Kamu h
"Aliando?" Perempuan itu menunjuk Aliando begitu sudah berada tepat di hadapan Aliando dan Nadine. Hendak memastikan. "Ya...benar...aku Aliando..." Jawab Aliando mengangguk mengiyakan sambil mengamati perempuan yang kini ada di depannya itu dari bawah sampai atas. Mencoba mengingat-ingat nama perempuan itu yang sepertinya tidak asing baginya. "Kamu ...Bella?" Aliando balik bertanya saat sudah berhasil mengingat siapa perempuan itu sambil menunjuk perempuan bernama Bella. Bella adalah temannya waktu SMA dulu. Tapi hubungan mereka tidak terlalu dekat. Hanya sebatas kenal saja. Ternyata benar, Dika mengundang teman-temannya waktu SMA dulu.Nadine yang penasaran dengan siapa perempuan itu mengedikan dagu ke arah suaminya setelah sebelumnya sempat mengamati Bella sesaat. Siapa? Aliando lalu mengenalkan Bella kepada Nadine sebagai teman lamanya waktu SMA. Bella dan Nadine lalu saling menyalami satu sama lain dan saling mengenalkan diri setelahnya.Perkenalan singkat itu tak berlangsu
Mereka adalah teman-temannya waktu SMA dulu. Termasuk ada Bella juga yang bergabung bersama mereka saat ini yang tadi sempat bertemu dan menghina Aliando di depan. Tapi waktu SMA, mereka tidak berteman dengan Dika karena Dika hanya berteman dengan dirinya. Rata-rata dari mereka adalah anak orang kaya yang kerjaannya hanya berfoya-foya, menghabiskan uang orang tua. Mereka tidak memikirkan masa depan karena masa depan mereka sudah dijamin akan cerah, secerah matahari yang baru saja terbit.Makanya, pada saat SMA dulu, mereka sok otoriter, berkuasa dan suka menindas. Tapi ada beberapa juga dari mereka yang ekonominya pas-pas, berada di kasta bawah, biasanya mereka akan menjadi babu di dalam pertemanan mereka. Hanya jadi kacung demi bisa berteman dengan mereka. Istilahnya juga mau numpang muka, ketenaran dan numpang hidup pula. Pasalnya, mereka-mereka yang kaya suka loyal kepada para kacung-kacungnya. Sebenarnya si para kacung ini juga terlihat menyedihkan dalam pertemanan mereka, t
Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, senyum dan tawa yang tengah menyertai obrolan diantara anggota keluarga Aryaprasaja mendadak pudar begitu saja. Detik berikutnya, tatapan mereka berubah sinis. Juga dingin. Di saat yang sama, terbit senyum penuh kemenangan di bibir mereka masing-masing. Rasakan pembalasan dari keluarga Aryaprasaja! Sementara Tuan Aryaprasaja mendengus dingin, ekspresi wajahnya buruk, entah kenapa, masih muak melihat melihat wajah-wajah anggota keluarga Sadewa. Akan tetapi, tiba-tiba ia menyeringai kala teringat keluarga mereka yang kini telah hancur! Dengan segala sisa-sisa tenaga, keberanian, Reno segera menjatuhkan diri di lantai diikuti yang lain setelahnya. Bersimpuh di hadapan Tuan Besar Arya dan Nyonya Kartika. "Tu ... tuan Aryaprasaja ... " ucap Reno dengan suara terbata selagi kepalanya tertunduk. "Ma ... maafkan keluarga kami karna selama ini keluarga kami telah berbuat jahat kepada Tuan Muda Aliando, kepada putra Anda ... kami mohon,
Setelah Aliando resmi diumumkan ke publik, Tuan Besar Aryaprasaja menggelar pesta besar-besar an. Pesta itu digelar sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas anak laki-laki, satu-satunya keluarga mereka yang telah lama menghilang—yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aliando—akhirnya ditemukan juga dan telah kembali ke keluarga mereka. Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari juga ingin mengenalkan Aliando kepada semua kerabat, kolega dan kenalan mereka. Serta mengumumkan Aliando sebagai pewaris tunggal keluarga Aryaprasaja. Kerajaan bisnis keluarga Aryaprasaja. Juga sebagai Presiden Direktur perusahaan milik keluarga mereka yang baru. Tidak hanya Aliando saja yang akan dikenalkan, keluarga Aryaprasaja juga akan mengenalkan Nadine, sang istri sekaligus menantu mereka, yang kini resmi menjadi bagian dari keluarga mereka. Selain itu, untuk merayakan kebahagiaan atas hamilnya Nadine, yang mana, itu berarti mereka akan segera dikaruniai cucu. Anggota keluarga Arya
Tiba di ruangan Presiden Direktur perusahaan milik keluarga Aryaprasaja, semua anggota keluarga Sadewa kompak membelakakan mata saat melihat Aliando yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan balutan jas mahal nan elegan. Tampan sekali. Berbeda jauh dengan tampilan Aliando yang selama ini mereka kenal. Selama sesaat, tubuh mereka membeku di tempat. Mulut-mulut terbuka lebar, terpelongo. Jadi benar jika Aliando adalah Presiden Direktur Prasaja Group! Pewaris tunggal keluarga kaya raya—keluarga Aryaprasaja! Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, Aliando tersenyum kecut di kursi, lalu bangkit dari tempat duduk, keluar dari tempat kerjanya. Berjalan mendekat ke arah mereka dengan santai dan penuh wibawa. Nadine yang sedang duduk di sofa tengah menyesap teh, segera meletakan teh di atas meja, lantas berdiri dan ikutan berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya. Melihat Aliando tampak sedang berjalan menghampiri mereka, membuat semua anggota keluarga Sadewa tersada
Reno dan Mayang yang sedang sarapan langsung tidak selera melanjutkan sarapannya setelah mengetahui bahwa Aliando beneran anaknya Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari. Keluarga konglomerat di Jakarta. Salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Pemilik Prasaja Group—perusahaan multinasional terbesar di negara ini. Raut muka mereka berdua langsung memancarkan aura ketakutan luar biasa. Pun pucat pasi bak mayat hidup. Di saat bersamaan, jantung mereka berdua berdetak kencang. Keringat dingin membahasi wajah mereka masing-masing. Sebab teringat akan kejahatan yang pernah mereka lakukan dulu kepada Aliando. Dalam waktu lama, mereka berdua membeku di tempat duduk masing-masing. Tengah mencerna fakta gila yang baru saja mereka berdua ketahui. Walau sebelumnya mereka sudah menduga, menebak, menerka-nerka bahwa kemungkinannya Aliando adalah putra tunggal dari pasangan salah satu keluarga terkaya di Indonesia itu, begitu tebakan mereka seratus persen benar, mere
Terduduk di kursi ruangan rapat gedung kantor perusahan keluarga Sadewa, tampilan sang presdir itu kini benar-benar kacau. "Ini ... pasti perbuatan keluarga aslinya suamimu, 'kan, Nad? Mereka yang telah membuat perusahaan kita bangkrut?" tebak Reno. Suara dan bibirnya bergetar. Pun melemah di ujung kalimat. Serta dengan pandangan lurus ke depan, kentara lemas tak berdaya. Sementara semua peserta rapat sudah keluar dari ruangan tersebut, menyisakan dirinya, Nadine dan Arjuna. Reno tidak bisa menyelamatkan perusahaannya. Benar-benar telah bangkrut. Hancur lebur dalam sekejab! Nadine menoleh dan menatap sang paman diikuti Arjuna setelahnya. Akan tetapi, mereka berdua tidak langsung menjawab, terdiam untuk beberapa saat. Setelah menghembuskan napas berat, Nadine mengangguk pelan. Membenarkan. Alhasil, ekspresi wajah Reno langsung berubah murung. Seketika lemas sejadi-jadinya. Di titik ini, Reno menyadari kesalahan dan kejahatannya yang pernah ia perbuat kepada Aliando.
Di dalam kamar, Aliando dan Nadine terlihat sedang bersiap hendak tidur. "Aku mau memberitahu sesuatu sama kamu, sayang." Ucap Aliando dengan punggung bersandar pada tepi ranjang. Setelah mengatakan hal itu, pandangan pria tampan itu yang sebelumnya menatap lurus ke depan, berganti menoleh ke arah sang istri di sampingnya. Nadine yang sedang memposisikan diri di ranjang seketika balas menoleh. "Soal apa, Mas?" tanya Nadine setelah terdiam sebentar, lantas ikutan menyenderkan punggung ke tepi ranjang. Aliando menghela napas lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan bicara. "Tapi aku mohon sama kamu untuk enggak menjadikan bahan pikiran dengan apa yang akan aku katakan ini sama kamu, ya, sayang karena kamu dan kedua orang tuamu enggak akan dibawa-bawa, enggak akan menjadi target, kalian adalah pengecualian. Okay?" Lipatan di kening Nadine semakin bertambah. Ia dan kedua orang tuanya tidak akan dibawa-bawa? Tidak akan menjadi target? Adalah pengecualian? Nadine mencerna perk
Pukul empat sore, mobil yang ditumpangi Aliando dan Nadine berhenti di depan halaman rumah mereka. Di dalam mobil, mereka melihat ada mobil yang tak asing terparkir di halaman rumah. Itu adalah mobilnya Lidya. Aliando dan Nadine sudah tahu jika kakaknya itu datang ke rumah sore ini karena Lidya memberitahu Nadine sebelumnya. Ditambah mendapat laporan dari satpam rumah pula. Akan tetapi, Nadine tidak tahu apa tujuan sang kakak ke rumahnya. Lidya tidak memberitahukannya di telepon. Namun keduanya menduga jika Lidya hendak memohon supaya sang suami dibebaskan dari penjara, memohon supaya keduanya mencabut laporannya. Lalu, keduanya turun dari mobil, segera membawa langkahnya masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya satpam rumah sempat melapor perihal kedatangan Lidya. Tiba di ruang tamu, Aliando dan Nadine langsung disambut Lidya dan kedua anaknya. Melihat kedatangan Aliando dan Nadine, mereka bertiga refleks berdiri. "Al ... Nadine ... " panggil Lidya dengan suara lirih, me
Pagi hari. Di rumah keluarga Aryprasaja ruangan kerja sang kepala keluarga... Tampak Pak Irawan memasuki ruangan tersebut, berjalan mendekat ke arah Tuan Besar Arya yang saat ini sedang duduk di kursi meja kerjanya. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat pesan dari Tuan Besar Arya yang menyuruhnya untuk datang ke rumahnya. Sepertinya ada hal penting yang mau dibicarakan atau ada tugas yang akan diberikan kepadanya. Tiba di hadapan sang Tuan Besarnya, Pak Irawan langsung membungkukan badan dengan hormat lebih dulu sebelum kemudian menegapkan tubuhnya kembali. Kemudian, Tuan Besar Arya menyuruh Pak Irawan untuk duduk. Mendapati hal itu, Pak Irawan pun segera menjatuhkan diri di kursi dihadapan sang tuan besar dan duduk di sana. Memperbaiki posisi duduk lebih dulu, telah siap mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh majikannya itu. Tuan Besar Arya menatap Pak Irawan untuk beberapa saat sebelum kemudian menarik punggung dari sandaran kursi. Di saat bersamaan, rahangnya men
"Asal Kak Lidya tau aja ya ... aku itu masih kecewa sama Kakak karna tindakan Kakak yang waktu itu enggak langsung memihakku ... dan tindakan Kakak waktu itu ... keputusan Kakak waktu itu ... menandakan ... kalau Kakak sepertinya senang melihat aku dan Mas Al ribut." Lidya buru-buru menggeleng dengan isak tangis yang terdengar semakin keras begitu mendengar hal itu, kini ia benar-benar menyesal dengan tindakannya waktu di pesta itu. Seharusnya ia bersikap semestinya. Bukannya malah ikut mengompor-ngompori. Selagi Lidya bungkam, Nadine lanjut berkata. "Dan soal masalah yang sedang terjadi ... semua keputusan ada di tangan Mas Al."Mendengar itu, semua orang langsung memasang wajah tak berdaya. Begitu juga dengan Lidya. "Kami akan melakukan apa saja, Al ... asalkan kamu mau memaafkan Dion dan Dimas ... asalkan kamu mau mencabut tuntutanmu." Reno kembali bersuara setelah agak lama terdiam. Ternyata dia belum menyerah juga. Aliando menoleh dan menatap Reno. Tertarik mendengar ucapa