Edward diam-diam tersenyum sinis dan bergumam dalam hatinya, 'Pecundang ini masih ingin bersaing denganku untuk mendapatkan hati Emilia. Dia benar-benar sudah bosan hidup.'"Emilia, bagaimanapun juga, pengalaman Nathan terbatas. Jadi, maklum saja dia nggak membedakan mana yang benar dan mana yang salah.""Tapi niat hatinya memang baik. Toh dia melakukan semua ini demi Kakek. Jadi semuanya, jangan mempersulitnya lagi."Melihat Edward masih membela Nathan dan membantu pria itu berbicara, yang lainnya diam-diam menggumam dalam hati mereka.Putra sulung Keluarga Halim ini membalas kejahatan dengan kebaikan. Dia benar-benar seorang pria sejati!Tamara berkata sambil tersenyum, "Ayah, cepatlah minum Pil Mujarab ini. Barang bagus seperti ini sangat sulit ditemukan!"Edward berkata, "Benar. Saat aku meminta Pil Mujarab ini, pendeta tua itu juga berpesan padaku. Setelah Pil Mujarab dibuka, harus dikonsumsi secepat mungkin. Kalau nggak, khasiatnya akan berkurang."Tuan Besar Arga juga langsung t
Edward juga tidak bisa duduk diam lagi. Wajahnya yang tadinya berbinar langsung berubah muram.Dialah yang mengeluarkan Pil Mujarab. Jika Tuan Besar Arga meninggal, sudah pasti dia harus bertanggung jawab.Sialan. Padahal dia masih belum sempat mendapatkan tubuh Emilia, sekarang kakeknya malah meninggal lebih dulu. Apa yang terjadi sebenarnya?Edward mengeluarkan ponselnya dan segera menelepon, "Dokter Bayu, ini saya, Edward. Saya ingin merepotkan Anda. Sesuatu telah terjadi di sini. Tolong datang ke sini untuk menyelamatkan nyawa orang secepatnya!"Saat ini, Emilia teringat dengan Nathan dan langsung memohon dengan cepat."Nathan, kamu seorang dokter. Cepat periksa Kakek. Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah dia baik-baik saja tadi!"Nathan meliriknya dengan dingin. "Sudah kubilang, Pil Mujarab ini palsu dan nggak boleh diminum. Aku nggak mempermasalahkan Keluarga Sebastian nggak memercayai perkataanku, tapi bahkan kamu juga menganggapku sebagai orang jahat. Sekarang setelah terjadi
"Jangan buang-buang waktuku di sini. Di mana pasiennya? Selesai mengobatinya, aku masih punya urusan lain!"Tepat di saat ini, seorang lelaki tua yang mengenakan jubah panjang, dengan hidung mancung dan berwajah besar, masuk ke dalam kediaman Sebastian. Begitu melewati pintu rumah, dia langsung bertanya dengan nada tidak sabar.Tamara bergegas mendekat dan berkata sambil tersenyum, "Anda pasti dokter paling terkenal di Beluno, Dokter Bayu, 'kan? Dokter Bayu, silakan duduk dan minum teh dulu!"Dia sebenarnya ingin menyanjung dan menyenangkan Dokter Bayu.Sayangnya, Dokter Bayu memberinya tatapan sinis, seolah-olah dia sedang melihat orang bodoh. Kemudian, dia pun berkata, "Dasar bodoh. Nyawa manusia dipertaruhkan di sini. Alih-alih menyelamatkan orang, kamu malah memintaku minum teh lebih dulu?" Apa kamu ingin ayahmu cepat mati?"Dimarahi seperti itu, wajah Tamara langsung memerah. Dia juga mundur dengan takut-takut.Emilia dan yang lainnya segera membawa Dokter Bayu untuk memeriksa Tua
Tamara mengira Dokter Bayu punya pandangan yang berbeda, jadi dia segera bertanya dengan penuh harap, "Dokter Bayu, Anda juga beranggapan bahwa Pil Mujarab yang dikonsumsi ayah mertuaku itu asli, 'kan?""Huh. Sudah kuduga, mana mungkin Pil Mujarab itu palsu. Menantuku khusus memintanya dari Gunung Grima. Tubuh ayah mertuaku lemah, jadi dia nggak mampu menahan khasiat dari Pil Mujarab. Wajar saja dia pingsan!"Tamara merasa dirinya paling benar. Sayangnya, perkataannya itu malah dibalas dengan cibiran dari Dokter Bayu. "Dasar bodoh. Ternyata kamu benar-benar bodoh.""Yang dikonsumsi Tuan Besar kalian paling-paling hanya pil tonik. Pil Mujarab? Naif sekali. Aku malas berdebat dengan orang-orang bodoh seperti kalian!"Dipermalukan berulang kali membuat tubuh Tamara yang pendek dan gemuk itu bergetar hebat.Jika memungkinkan, dia benar-benar ingin mencari lubang dan bersembunyi di dalamnya.Ken berkata kepada Edward, "Kak Edward, sepertinya kamu sudah tertipu. Bahkan, Dokter Bayu pun menga
Tidak layak?Mata semua anggota Keluarga Sebastian langsung membelalak. Mereka seakan tidak percaya dengan apa yang ditangkap oleh telinga mereka."Nathan, kamu tahu apa yang kamu bicarakan tadi? Bukankah kamu sudah terlalu menganggap dirimu hebat?""Bodoh! Kesempatan langka ada di depan matamu, tapi kamu malah nggak memanfaatkannya. Kamu benar-benar nggak tertolong lagi!"Tamara dan lainnya mulanya masih mengumpat, tetapi sekarang wajah mereka dipenuhi senyuman.Si bodoh ini tidak memanfaatkan kesempatan yang ada di depannya. Dia memang pantas menjadi orang tidak berguna seumur hidupnya.Emilia berkata dengan nada tegas, "Nathan, sebaiknya kamu perbaiki kata-katamu. Dokter Bayu adalah orang hebat. Kamu seharusnya merasa terhormat dengan menjadi muridnya!""Nathan pasti terlalu antusias. Itu sebabnya, dia bisa sembarangan bicara. Bagaimanapun juga, kesempatan seperti ini mungkin hanya muncul sekali dalam seumur hidupnya," ucap Edward sambil tertawa.Dokter Bayu mengelus jenggotnya yang
Edward tersenyum dan berkata, "Nathan, aku memahami perasaanmu. Hatimu nggak nyaman karena melihat aku akan menggunakan Raja Berlian untuk melamar Emilia.""Tapi seharusnya kamu tahu kalau nggak ada barang yang nggak bisa aku dapatkan di Beluno ini. Sekalipun kamu nggak senang, kamu juga nggak bisa berbuat apa-apa.""Jadi, sebaiknya kamu serahkan saja padaku dengan patuh. Aku nggak keberatan membiarkanmu menghasilkan komisi. Dengan begitu, kamu juga nggak melakukan pekerjaan dengan sia-sia!"Mendengar itu, Nathan langsung tersenyum."Awalnya, kukira Raja Berlian nggak ada gunnya disimpan olehku. Karena kalian berdua tertarik, aku juga bisa memberikannya kepadamu. Bisa dianggap ini juga situasi saling menguntungkan!""Tapi sekarang aku sudah berubah pikiran. Aku beri tahu kalian, jangan harap kalian punya peluang untuk mendapatkan Raja Berlian!"Nathan bukan orang yang tidak punya emosi. Lantaran mereka begitu sombong, Nathan juga harus memberinya pelajaran.Jangan buang-buang waktu unt
Tiara sangat malu dan marah. "Nathan, kamu benar-benar bajingan!"Nathan tersenyum dan berkata, "Apa kata-kataku salah? Kamu yakin kamu nggak menginginkan seorang pria?"Wajah bulat Tiara langsung memerah. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Semua pria itu berengsek. Cuih! Aku muak sama pria-pria seperti kalian. Kamu kira aku begitu pengin?"Nathan hanya terkekeh dan tidak berbicara. Sebaliknya, dia memandang Tiara dengan tatapan penuh arti.Pipi Tiara makin memerah. Dia kemudian tersenyum sinis. "Meski aku suka laki-laki, aku juga nggak akan tertarik pada pria sepertimu, yang hanya bisa mengandalkan wanita!"Nathan berkata dengan cuek, "Syukurlah kamu nggak tertarik denganku, karena kalau kamu menyukaiku, aku juga belum tentu tertarik padamu!"Tiara tertegun sejenak, lalu berkata dengan nada dingin, "Kamu nggak akan bisa bersikap sombong seperti itu lagi. Aku akan membiarkan Regina melihat wajah aslimu dan mencampakkanmu!"Brum, brum .... Di saat ini, sebuah mobil van tiba-tiba me
Nathan bertanya balik, "Kamu kenal aku?"Pria itu langsung menelan ludah. "Ya, saya tahu Anda. Tuan Nathan, saya minta maaf. Ini semua hanya salah paham!"Sembari berbicara, dia melepas topengnya dan memperlihatkan wajahnya yang penuh bopeng.Nathan memikirkannya sejenak, kemudian berkata dengan ragu, "Kamu orang yang bersama Rendra saat berada di Klub Balavan hari itu?"Pria yang wajahnya penuh bopeng itu tersenyum getir. "Benar. Saat Tuan Nathan memukul Kak Rendra hingga sekarat, aku ... aku sudah hampir mengompol di celana!"Dia ingin mati saat itu juga. Dia tidak menyangka bahwa Liam, si bajingan itu, ingin mereka menghadapi Nathan.Bukankah ini seperti menggali lubang api dan meminta mereka melompat ke dalamnya?Nathan tersenyum dan berkata, "Jadi, kalian datang ke sini untuk balas dendam padaku hari ini?"Pria yang wajahnya penuh bopeng itu hampir mati ketakutan. Dia buru-buru menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin hal seperti ini bisa terjadi? Nggak mungkin!""Kalau kami tahu it
Nathan, kamu yang sudah nggak tahu apa-apa, tapi masih berani maju terang-terangan seperti ini. Bukankah hanya akan menarik perhatian dan membuat orang lain makin membencimu?'"Kak Alice, sudahlah, jangan bicara lagi. Ayo kita keliling dulu. Aku juga ingin beli barang bagus untuk dibawa pulang," seru Emilia sambil menarik tangan Alice.Bisa dikatakan, Emilia sudah membantu Nathan. Dengan begitu, Alice dan Tetua Surya juga tidak akan mempermalukan Nathan lebih jauh lagi dan membuat pria itu kehilangan muka.Emilia tersenyum dan berkata, "Emilia, ayo kita keliling.""Kebetulan, sejak kecil aku sudah pernah belajar tentang barang antik dari para ahli terkenal di Naroa. Dari dulu sampai sekarang, aku nggak pernah salah membedakan mana yang asli dan mana yang palsu."Emilia makin mengagumi Alice. Kakak sepupunya, Alice, hanya satu tahun lebih tua darinya.Namun sejak bertemu dengan Alice, Emilia menyadari bahwa kakak sepupunya sangat hebat, baik gayanya dalam melakukan sesuatu maupun metode
Alice berkata sambil tersenyum, "Di daerah Naroa kami, Tetua Surya merupakan pemimpin di dunia barang antik. Beliau juga terkenal berlidah tajam.""Tak disangka, setelah datang ke Beluno, sifatmu masih tetap sama. Aku benar-benar salut padamu."Tetua Surya tersenyum bangga dan berkata dengan nada puas, "Hanya kamu yang paling memahamiku. Mereka yang nggak memahamiku akan mengira aku pintar berpura-pura dan hanya bisa meremehkan orang lain.""Sebenarnya di level seperti aku ini, apa aku masih perlu berpura-pura? Seperti yang kamu katakan, aku hanya mengatakan kenyataannya. Aku berbicara apa adanya dan nggak mencoba menyembunyikan apa pun."Alice mengalihkan pandangannya, lalu mengamati sekelilingnya, dan terakhir berhenti pada sosok Nathan. Dia tersenyum sinis. "Tetua Surya, orang Naroa yang ke Beluno seperti kita memang menggunakan kekuatan dan akal sehat untuk meyakinkan orang lain.""Tapi masih ada sebagian orang yang selalu memandang rendah kita dan nggak puas."Tetua Surya mencibir
Kata-kata yang diucapkan Surya sangatlah kasar, hingga membuat Dokter Bayu murka. Dia mengangkat patung guru agung di tangannya dan hendak menghancurkannya.Untungnya, Tiara dan Monika segera menangkap tangan Dokter Bayu. Setelah itu, mereka baru berhasil menenangkan situasi.Tiara bertanya dengan cemas, "Kakek, mengapa kamu begitu emosi?"Wajah Dokter Bayu berubah. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Lihat patung guru agung ini? Surya, si tua bangka itu, yang menghasutku membelinya. Aku sia-sia menghabiskan 20 miliar. Terakhir, aku tahu ini barang palsu. Tua bangka sialan ini."Tiara sangat marah dan ingin mencari Surya untuk berdebat.Monika menghentikannya, lalu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Nona Tiara, jangan.""Orang itu adalah Surya, ahli barang antik di Naroa. Dia punya reputasi tinggi di bidang barang antik."Tiara berkata dengan marah, "Memangnya kenapa kalau dia ahli barang antik? Apa dia boleh sembarangan menipu orang lain?"Monika tersenyum pahit dan berkata,
Nathan tersenyum dan berkata, "Bukan hal yang aneh. Tren di pasar barang antik memang seperti itu.""Banyak barang palsu, produk jelek, ataupun tiruan yang dijual dengan harga setinggi langit.""Kalau bertemu orang yang nggak paham, pasti akan tertipu habis-habisan. Tapi kalau bertemu ahli, barang berharga pun bisa dibeli dengan harga sangat murah."Monika terkekeh, lalu menatap Nathan dengan tajam, "Tuan Nathan, kata-katamu tepat sekali. Itulah yang aku maksud."Tiara menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau bukan karena Nona Monika ada di sini, aku pasti akan ditipu oleh bos sialan ini."Setelah membuat keributan, pandangannya tentang Monika telah banyak berubah.Monika membawa mereka berdua berkeliling dan melihat-lihat.Tiara tidak tahu banyak tentang barang antik. Apalagi, dia tidak punya dasar pengetahuan tentang barang antik.Saat melihat barang berwarna bagus atau yang bentuknya unik, dia akan membelinya dan menggunakannya sebagai pajangan.Toh, ada Monika di sini. Jadi, dia t
Nathan tersenyum dan berkata, "Nona Monika bukan hanya pandai melelang, tapi juga pandai menilai barang antik. Sangat berbakat."Begitu dipuji oleh Nathan, Monika tampak senang dan berkata dengan rendah hati, "Tuan Nathan terlalu memuji. Aku hanya melakukan pekerjaanku dengan baik saja.""Ditambah lagi, keluargaku juga punya bisnis barang antik. Aku sudah sering melihatnya sejak kecil, jadi aku tahu sedikit."Nathan berjalan di sekitar alun-alun dan berkata, "Baiklah, kami lihat-lihat dulu. Kalau ada yang aku suka, aku baru akan merepotkan Nona Monika.""Baiklah. Kalau ada yang Tuan Nathan, beri tahu aku saja," ujar Monika.Tiara sedikit tidak puas, tetapi dia masih tersenyum dan berkata, "Ada begitu banyak barang antik, kaligrafi, dan lukisan di alun-alun ini. Apa Nona Monika berani jamin kamu memahami segalanya?"Monika berkata sambil tersenyum tenang, "Barang antik merupakan seni yang luas dan mendalam, yang mana melibatkan zaman kuno dan modern, baik di dalam maupun luar negeri. Bu
Di dalam mobil, Tiara langsung menelepon Regina.Setelah mengobrol cukup lama, Tiara meletakkan ponselnya dan berkata dengan kecewa, "Sayang sekali, Regina nggak bisa keluar.""Padahal kami sudah sepakat sebelumnya dan mau pergi ke konferensi penilaian barang antik bersamamu, Nathan.""Tapi Keluarga Suteja sangat ketat sama Regina sekarang, jadi terpaksa lain kali saja."Nathan mendadak teringat dengan sikap Billy dan yang lainnya kemarin.Dari luar, Billy memang datang untuk menjemput Regina, tetapi dilihat dari penampilannya, Nathan merasa pria itu sedang mengawasi Regina."Akhir-akhir ini, Keluarga Suteja kedatangan orang penting dari ibu kota provinsi," seru Dokter Bayu."Regina mungkin perlu menemani orang itu, jadi dia nggak punya waktu."Ketiganya mengobrol di sepanjang jalan. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di Jalan Antik paling terkenal di Beluno.Mobilnya masih berhenti jauh, tetapi tidak bisa maju ke depan lagi, karena terlalu banyak orang.Nathan akhirnya menemukan tem
Nathan tidak berbicara dan hanya menatap Tiara.Wajah Tiara merah padam. Saat menyadari Nathan tengah menatapnya, dia segera mengalihkan pandangannya dan berkata dengan suara pelan, "Nathan, jangan dengarkan omong kosong kakekku. Dia sudah pikun."Nathan tersenyum dan berkata, "Dokter Bayu, aku sudah bilang sebelumnya, kesenjangan usia di antara kita berdua terlalu besar.""Nggak pantas bagiku menerimamu sebagai muridku. Jadi, jangan bahas masalah ini lagi kelak."Dokter Bayu mengangguk kecewa, lalu berkata dengan putus asa, "Baiklah. Aku juga tahu kalau permintaan ini kurang pantas.""Tapi Dokter Nathan, aku datang ke sini hari ini bukan hanya untuk berguru padamu, tapi masih ada hal lain.""Katakanlah!" seru Nathan.Dokter Bayu mengusap jenggotnya dan berkata sambil tersenyum, "Hari ini adalah konferensi penilaian barang antik Grup Valentino. Para ahli dan kolektor barang antik dari Beluno, ibu kota provinsi, dan Naroa akan datang.""Aku berpikir untuk mengajak Dokter Nathan pergi be
Keesokan harinya.Nathan sudah pergi ke Rumah Sakit Perdana Beluno pagi-pagi.Sebagai wakil kepala rumah sakit, kinerjanya juga tidak berbeda dengan seorang manajer yang lepas tangan.Hanya saja, meski Rumah Sakit Perdana merupakan rumah sakit terbesar di Beluno dan juga rumah sakit swasta.Tingkat kebebasan Nathan masih cukup tinggi.Ditambah lagi dengan dukungan yang diberikan Tiara dan Regina, Nathan pada dasarnya tidak perlu mengambil tindakan, kecuali menghadapi penyakit yang sulit atau operasi yang menantang."Pak Nathan, pagi!"Para perawat muda di rumah sakit itu tampak penuh semangat. Saat melihat Nathan, mereka semua langsung menyapanya dengan hangat."Pagi, semuanya!" balas Nathan sambil tersenyum.Perawat paling populer di Rumah Sakit Perdana bernama Adel.Saat tatapan matanya tidak sengaja bertemu dengan Nathan, wajah oval perawat muda itu langsung memerah. Dia menundukkan kepalanya dan tidak berani memandang Nathan lagi.Nathan tersenyum pada perawat muda itu, kemudian na
Menjelaskan begitu banyak dalam satu tarikan napas telah membuat mulut Nona Regina terasa kering. Dia segera mengambil gelas berisi air dan meneguknya habis.Melihat Regina masih belum puas, Nathan tampak menggelengkan kepalanya.Dia sekarang yakin bahwa spekulasi Regina sepenuhnya disebabkan karena dia terlalu banyak membaca novel romantis atau terlalu sering menonton drama idola.Seperti yang kita ketahui, melodrama seperti itu telah menimbulkan banyak dampak buruk terhadap wanita dan mengakar dalam.Setelah keduanya selesai makan, mereka pun membawa piring-piring kembali ke dapur dan mencucinya.Waktu menunjukkan jam tujuh malam. Setelah berpikir sejenak, Nathan pun berkata, "Nona Regina, ini pertama kalinya kamu datang ke sini. Bagaimana kalau aku ajak kamu berkeliling?"Regina berkata, "Lain kali saja, Dokter Nathan. Aku harus pulang."Melihat wanita itu memutar jari-jarinya, tampak enggan untuk pergi, Nathan pun berkata dengan heran, "Sekarang masih awal. Kalau Nona Regina masih