"Savira," panggil Axel.
Savira yang tengah sibuk dengan ponselnya cuma bergumam dan Axel tak mempermasalahkan itu. Bagi Axel, itu lebih baik karena nantinya pertanyaan dia selanjutnya akan membuat wanita itu terkejut.
"Boleh saya tanya sesuatu sama kamu?" Tanya Axel meminta izin.
Sebenarnya dia bisa saja langsung bertanya tanpa perlu izin dengan Savira, tapi kalau dia main langsung tanya saja, dapat dipastikan, Savira akan marah padanya.
"Mau tanya apa?"
Savira tak langsung mengizinkan tapi malah balik bertanya, membuat Axel berdecak kesal.
"Kamu hanya perlu jawab boleh atau tidak, kok rempong banget sih?" Kata Axel ketus.
"Ya kalau Bapak nanya tentang perasaan saya, saya bakal jawab gak boleh, tapi kalau Bapak mau tanya tentang lainnya saya bakal jawab boleh," tutur Savira.
Wanita itu sebenarnya takut Axel bertanya tentang perasaannya, takut Axel tahu bagaimana perasaannya saat ini. Dia bisa-bisa akan dipermalukan pria itu dan
Axel tiba di kantor dengan bawah mata yang hitam, menandakan kalau pria itu tak tidur semalam. Matanya bahkan memerah. Berapa karyawan yang dia lewati hanya tersenyum, tak berani menyapa Axel padahal Axel tidak sedang marah. Mereka berpikir kalau Axel memiliki banyak pikiran.Pria itu tak tidur semalam karena terus terpikir dengan perlakuannya dengan Savira kemarin, di mana dia yang mencium kening Savira.Ah, itu malah membuat Axek terngiang-ngiang sampai tak bisa tidur. Bodoh sekali dia, kenapa tidak izin dulu? Dapat dipastikan kalau Savira marah atau mungkin tak ingin bertemu dengannya. Huh, semoga saja Savira tak benar-benar marah padanya.Sesampainya di ruangannya, Axel mendapati Savira yang tengah merapikan kertas-kertas di mejanya. Apa dia datang lebih awal dari biasanya?Tak tahu harus berkata apa, Axel memilih berdeham agar Savira menyadari keberadaannya."Ekhem...."Savira menoleh, tapi kembali mengalihkan pandangannya ke arah semul
Hari Minggu dijadikan setiap orang untuk me time atau quality time bersama keluarga. Savira niatnya mau me time karena hari ini adalah hari Minggu, dia juga berniat ingin merapikan serta merawat taman di belakang rumahnya yang beberapa bunganya sudah layu bahkan ada yang sudah mati, juga ingin menanamkan bunga yang baru lagi.Tapi sepertinya semua tak akan berjalan lancar saat dia melihat kedatangan Axel di rumahnya. Pria itu membawa banyak camilan untuk Raka, ada cake juga, bahkan Axel membeli black forest. Sambil tersenyum lebar, Axel tak peduli kalau Savira marah, dia langsung masuk saja ke dalam rumah, memanggil anaknya yang ternyata sedang menonton TV.Savira mendesis, wanita itu meletakkan pot di tanah, ikut masuk ke dalam menyusul Axel."Raka, Papa bawain kamu cake nih," kata Axel saat dia sudah di dalam.Raka yang mendengar suara papanya pun menoleh, dia melihat paper bag yang dipegang Axel.
"Iya, Pak, saya lagi mau berangkat ini," kata Savira pada orang di seberang sana.Ponselnya diapit antara pundak juga rahangnya, sementara tangannya sibuk mengunci pintu rumah.Hari ini Axel begitu cepat ke kantor, biasanya pria itu sampai di kantor satu jam setelah Savira sampai, bahkan bisanya semua meja juga ruangan pria itu sudah rapi dia baru datang. Tapi... Hari ini beda, Axel datang lebih awal dan meneleponnya.Huh, harusnya semalam dia tidak mengizinkan Axel menginap di rumahnya kalau ujung-ujungnya Axel berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Tadi Savira membangunkan Axel saat adzan di masjid berkumandang, dia menyuruh Axel untuk pulang dan shalat di rumah pria itu. Tidak mungkin Axel shalat dengan baju yang kotor."Jangan lama," balas Axel di sana.Savira berdecak kesal."Saya ke kantor itu bawa motor, pastinya nanti di jalan juga macet, ditambah lagi
Savira tertawa melihat salah satu video di aplikasi Tik Tok, video chat orang-orang diiringi dengan lagu yang membuatnya tak henti-hentinya tertawa.Wanita itu ingat, bagaimana kalau dia mencoba itu pada Axel? Tidak mungkin pria itu tidak tahu, mengingat di ponsel pria itu juga ada aplikasi Tik Tok. Kenapa Savira tahu? Savira penah tak sengaja melihat ponsel Axel dalam keadaan terbuka dan melihat aplikasi Tik Tok di ponsel Axel.Savira pun membuka aplikasi pesan di ponselnya, membuka room chat antara dirinya dan Axel.Savira : Ada babiAxel : ?Ternyata Axel masih belum mengerti, Savira tertawa. Ah, wanita itu jadi membayangkan bagaimana kalau seandainya dia buatkan video kemudian di-upload di Tik Tok dan video mereka viral.Savira : Ada babiAxel : Kenapa sih? Kamu kesambet apa dari tadi chat ada babi ada babi
Jam istirahat waktunya makan siang juga shalat, di perusahaan Axel memiliki peraturan semua karyawan yang muslim wajib shalat ketika waktunya tiba dan waktu shalat itu masih beberapa menit lagi.Kantin kantor tengah ramai, bukan ramai karena karyawan yang makan. Kantin biasanya memang ramai, tapi tak seramai ini. Penyebab keramaian kantin itu karena Reza yang kini berlutut di hadapan Savira, disaksikan oleh semua karyawan kantor.Axel yang baru saja tiba di kantin mengernyit heran, melihat begitu banyak kerumunan di tengah-tengah kantin, berbentuk bulat mengelilingi sesuatu.Axel pun mendekat, melihat penyebab semua karyawannya berkerumun. Beberapa karyawan yang menyadari kedatangan pria itu menyingkir, memberikan Axel jalan untuk melihat.Sudah merupakan rahasia umum kalau Axel menyukai Savira, semua karyawan tahu itu, mengingat bagaimana sikap Axel pada Savira yang selalu manis. Tubuh Axel mematung
Savira terheran-heran melihat banyaknya karyawan berhenti di mading kantor, berkerumun di sana melihat pada mading kantor. Ada apa ini?Savira pun yang penasaran mulai melangkah menuju mading kantor, barangkali ada pengumuman baru. Mungkinkah pengumuman cuti? Kalau itu benar, Savira sangat bahagia.Ketika Savira telah sampai di kerumunan melihat mading, semau mata tertuju padanya. Ada yang menatapnya sinis dan ada pulang yang menatapnya kasihan."Huh, udah dikasih hati sama pak Axel eh malah kepincut sama yang lain."Savira tak peduli dengan perkataan salah satu karyawan itu, dia memilih melihat mading dibandingkan memasukkan perkataan karyawan itu dalam hati."Kasihan sih sama pak Axel, di-php-in."Savira benar-benar tak peduli, atau bukan tak peduli, dia tak tahu siapa yang dimaksud mereka.Ketika wanita itu melihat isi pengumuman di ma
Mengingat sang papa yang begitu aneh hari ini, Raka memilih bersama neneknya dibandingkan bersama papanya, takut jika nanti dia malah kena marah karena anak kecil itu sama sekali belum pernah melihat Axel seaneh itu.Raka menusuk-nusuk pundak Jeslyn dengan jarinya, membuat Jeslyn yang tengah sibuk dengan ponselnya langsung menoleh."Kenapa, Sayang?" Tanya Jeslyn lembut."Papa lagi ada masalah, yah?"Pertanyaan Raka tak dijawab, tetapi Jeslyn mengernyit heran mendengar pertanyaan Raka. Setahunya Axel tak ada masalah di perusahaan, dengan Savira pun juga adem ayem saja, mengingat Savira tadi sore ke rumah mereka bahkan mengobrol bersama dengannya."Kenapa emangnya?"Raka menengok ke belakang, melihat papanya yang duduk sendiri di meja makan, bahkan melamun. Fix, papanya sedang ada masalah, Raka tahu itu."Papa aneh, mukanya seram, Raka taku
Jengah melihat sikap Axel yang benar-benar aneh akhir-akhir ini, Savira pun memilih untuk menanyakan pada pria itu. Barangkali dia bisa membantu pria itu jika memiliki masalah di perusahaan.Tidak biasanya Savira melihat Axel seaneh ini dan yang lebih aneh, Axel sama sekali tak menyapa Savira. Jangankan menyapa, menatap matanya barang sedetik saja pun enggan. Oh, bukan hanya itu juga, bahkan Savira sudah tak bisa masuk ke ruangan pria itu lantaran kunci ruangannya dia bawa pulang.Ketika mata Savira melihat Axel keluar dari lift, kemudian melangkah melewatinya dengan wajah datar tanpa ekspresi benar-benar membuat mulut Savira gatal bertanya pada Axel.Huh, kenapa juga Axel malah bersikap aneh padanya di saat ada masalah di perusahaan?Di saat Axel masuk ruangannya, Savira ikut menyusul bahkan belum ada Axel duduk di kursinya, dia sudah masuk ruangan Axel."Ngapain kamu ikut