Axel menemani Raka yang tengah mengerjakan tugas sekolah, sesekali pria itu akan membantu Raka jika anak itu terlalu lama menjawabnya.
Pria itu bahagia, dia sangat bahagia menemani Raka mengerjakan tugas sekolah. Mata Axel berbinar melihat anaknya yang cerdas bahkan melebihi ekspektasinya.
Seperti apa Savira mendidik Raka? Savira sangat pintar mendidik Raka, anaknya menjadi anak yang cerdas walau Raka bisa disebut dewasa sebelum waktunya. Axel bangga.
Tiba-tiba Axel teringat akan satu hal, alasan Savira menjual motornya. Entah kenapa, itu malah membuat Axel terus kepikiran. Savira memang butuh uang tapi untuk apa? Kalau uang yang Savira butuhkan untuk keperluan Raka, Axel benar-benar merasa bersalah pada dirinya karena dulu menceraikan Savira.
Tapi, tunggu dulu, karena keperluan Raka? Bukankah Savira akan melakukan apa pun demi anak mereka?
"Raka," panggil Axel.
"Hmm," gumam Raka.
Sekali pun Raka mengatakan dia ingin bersama papanya,
Ketika pagi telah tiba, Savira bergegas turun ke lantai bawah membantu Bi Ulan di dapur. Wanita itu merasa tidak enak kalau hanya numpang tidur di rumah orang."Mbak Savira, biar Bibi aja, nanti nyonya marah."Savira menggelengkan kepalanya, dia menjauhkan pisau dan talenan agar tak diambil alih Bi Ulan, lalu Savira berkata, "Gak pa-pa, Bi. Aku juga di sini cuma numpang doang. Gak enak juga."Bi Ulan mengigit kukunya, dia takut nanti Jeslyn datang dan marah padanya karena membiarkan Savira membantunya memasak. Selama dia bekerja di sini, bisa dihitung dengan jari Jeslyn membantunya memasak karena majikannya itu sibuk dengan pekerjaannya."Lho, Savira, udah bangun?"Suara Jeslyn membuat Bi Ulan keringat dingin, menyiapkan dirinya dimarahi Jeslyn walau Jeslyn jarang marah padanya tapi tetap saja dia takut.Savira tak menjawab, tapi malah tersenyum manis pada Je
"Wih, lihat nih, siapa yang datang?"Salsa menyambut Savira dengan ejekan yang membuat Savira kesal dengan wanita itu dan membuat Savira memberengut kesalSavira kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi samping Salsa. Kantin kantor terlihat ramai hari ini, tidak seperti biasanya."Apa sih, Sal?" Protes Savira.Wanita itu meraih sebotol mineral di atas meja, membukanya lalu meminum botol itu. Hari ini, pekerjaan Savira sangat banyak sampai wanita itu kewalahan."Eh, si ganteng mana?"Pertanyaan Salsa membuat Savira mengernyit heran, kemudian wanita itu bertanya, "Si ganteng siapa?"Sementara Salsa, dia mendengus."Anak kamu lah," jawab Salsa ketus."Sekolah," sahut Savira seraya mencomot batagor milik Salsa."Batagor aku itu, beli sendiri sana," protes Salsa. Savira memang suka s
"Halo, Pak?"Savira meletakkan ponselnya di telinga kiri saat ada panggilan masuk dari Axel."Kamu di mana?" Tanya Axel di seberang sana.Savira yang tengah berada di kantin bersama Salsa pun melirik Salsa yang tengah senyum-senyum tak jelas. Savira tahu, temannya ini pasti berniat menggodanya mengingat kejadian kemarin. Wanita itu mencibir, mencibir kelakuan Salsa yang sama sekali tak berubah semenjak mereka pertama kali bertemu dan berteman.Savira masih belum menjawab, membuat Axel yang di seberang sana memberengut kesal."Kamu di mana sih?"Savira memasukkan sesendok nasi kuning ke mulutnya, mengunyah sambil menjawab pertanyaan Axel."Lagi di kantin."Sebenarnya Axel sudah tahu saat dia mendengar suara decakan dari Savira, wanita itu pasti ada di kantin.Di tempatnya, Axel melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sekarang memang sedang jam istirahat karyawannya termasuk Savira dan sudah pasti wani
"Raka malam ini Mama titip sama nenek, yah?" Tanya Savira meminta persetujuan dari anaknya. Sementara Raka yang tengah menonton kartun favoritnya langsung menoleh pada Savira. Anak laki-laki itu mengambil remot di meja, menekan tombol merah di remot itu, mematikan televisi. "Memangnya Mama mau kemana?" Mendengar pertanyaan anaknya, Savira jadi menyimpulkan kalau anaknya tidak akan mengizinkan dia untuk keluar malam. Dulu Savira pernah akan keluar malam bersama Axel untuk menemani Axel ke pesta ulang tahun perusahaan salah satu teman Axel, tapi urung kala Raka malah demam. "Papa ngajakin Mama keluar," jawab Savira. Raka membulatkan mulutnya, ber-oh ria. Anak itu menyimpulkan kalau mama dan papanya akan pergi jalan-jalan, bermalam minggu seperti anak-anak jaman sekarang, mengingat besok adalah hari Minggu. "Mama sama Papa mau dinner di luar?"
Axel bertanya, "Ngapain kamu natap saya kayak gitu?"Savira masih belum menjawab, tapi masih tetap menatap Axel tajam."Oh, saya tahu, kamu kayak gini pasti karena Mama saya hampir ikut kan?" Celetuk Axel. "Tenang aja, Mama saya juga gak jadi ikut," sambung pria itu."Bapak kenapa ngajarin kata-kata yang gak baik buat Raka?""Kata-kata apa?"Hah? Pria itu masih saja bertanya kata-kata apa?"Dinner, kencan, Bapak kenapa ngajarin Raka ngomong gitu sih?""Savira, saya gak ngerti kamu ngomong apa?""Intinya, Raka jadi tahu kata dinner
"Savira, saya hari ini ada urusan penting di luar, kamu boleh pulang lebih dulu," kata Axel. Savira yang tadi sibuk dengan layar komputer di depannya pun mendongakkan kepalanya, menatap Axel dengan kening mengernyit. Tumben sekali Axel pergi tanpa mengajaknya, biasanya sepenting apa pun urusan pria itu, pasti selalu mengajaknya. Wanita itu berpikir, kalau Axel ada urusan penting seperti ini, jangan-jangan Axel memiliki urusan penting bersama wanita bernama Vina itu. Jangan-jangan keduanya sebenarnya memiliki hubungan khusus, hanya saja Axel tidak menampakkan pada Savira. "Mau kemana, Pak? Urusan apa emangnya?" Axel tersenyum jail, dia mengerling saat mendengar pertanyaan Savira. "Kenapa? Kamu mau ikut?" "Hah? Saya kan cuma nanya doang," ujar Savira ketus. "Hari ini ada pesta bujang bareng teman-teman saya, kenapa? Kamu mau ikut?" Savira meneguk ludahnya kasar. Pesta bujang? Mana mungkin dia ikut, sudah pasti di sana isi
Axel mondar-mandir sejak tadi karena Savira tak membalas pesannya. Pria itu jadi khawatir terjadi sesuatu pada Savira, apalagi kata wanita itu kalau dia di tempat yang sama sekali tak ada bengkel. Ingin memesankan wanita itu ojek online tapi dia tak tahu di mana lokasi Savira sekarang ini.Oh, Tuhan, Axel benar-benar khawatir. Pria itu jadi tak fokus dan tak dengar apa-apa, apalagi saat ditanya oleh temannya."Lo kenapa?"Ezra—temannya yang baru saja menikah kemarin itu—bertanya, tapi sama sekali tak dijawab Axel. Tapi, ketika yang bertanya padanya ada Rendra, Axel mendengarnya."Lo kenapa, Xel?"Axel menoleh, menatap tajam pada pria yang sama sekali tak Axel tegur semenjak delapan tahun yang lalu. Romi menyenggol kaki Rendra. Kelima teman Axel sama sekali tidak tahu apa penyebab Axel marah besar dengan Rendra, tapi sudah delapan tahun ini Axel tak menegur Rendra."Xel," panggil Bobi "Kenapa sih lo?" Imbuhnya."Ez, nih pes
"Kamu sama Pak Axel ada hubungan apa?" Tanya Reza.Pria itu duduk di samping Savira yang kini tengah sibuk dengan ponselnya. Mungkin saja wanita itu sedang bertukar pesan dengan Axel, pikir Reza.Savira menoleh, lalu mematikan ponselnya dan menyimpannya dalam tas. Wanita itu tersenyum manis, semua orang di kantor pasti menduga kalau dia dan Axel memiliki hubungan spesial, padahal sebenarnya dia dan Axel hanya sebatas atasan dan bawahan, kalau pun itu mereka punya hubungan, itu hanya sebatas sebagai mama dan papa Raka."Enggak ada, cuma sebatas atasan dan bawahan," jawab Savira.Reza menggaruk hidungnya, masih sangat banyak yang ingin dia tanya pada wanita itu. Misalnya, bagaimana perasaan wanita itu pada atasan mereka?
Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye***Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye***Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye
Savira menarik rambut Axel, membuat si empunya rambut mengaduh kesakitan. Walau begitu, dia sama sekali tak bisa menyuruh Savira melepaskan tarikan Savira. Saat ini, istrinya tengah berjuang melahirkan anak kedua mereka. Axel jadi membayangkan perjuangan Savira melahirkan Raka.Air mata menetes dari mata Axel, dia sedih melihat Savira, lebih sedih lagi kala bayangan tentang Savira yang melahirkan Raka, terus berputar di benaknya."Axel, sakit," adu Savira membuat Axel mengangguk, pria itu tahu rasanya pasti sakit, terbukti dengan Savira menangis."Iya, Sayang, kamu harus kuat. Aku bakal tetap di samping kamu."Savira kembali mengejan, mengikuti perintah dokter. Sekita beberapa menit dia mengejan lama, tangis bayi terdengar, Axel bernapas dengan lega karena Savira sudah tak merasakan sakit lagi. Bayi laki-laki telah lahir, adik Raka telah lahir tepat pukul satu dini hari. Bayi yang sehat tanpa ada cacat satu pun."Alhamdulillah," ucap pria itu tak henti-henti
Assalamualaikumhalooo semua....Apa kabar?Gimana puasanya? Lancar?Huhu karena sibuk meneliti dan mulai nyusun skripsi aku jadi lupa buat extra part cerita ini. Bahkan sempat janji mau update cerita baru.Tapi tenang, aku bakal baut extra part Balikan Dengan Mantan. Kalian bakal ketemu dengan Raka dan adik Raka nantinya. :DSebelum itu, mulai tanggal 29 April nanti (uhuy) aku bakal update cerita baru dengan judul Abang Dosen.Q : Kak, ceritanya RomCom gak?A : Iya, Romance-komedi, jadi ditunggu yahQ : Setiap hari apa updatenya?A : Setiap hari. Aku bakal update setiap hari sekitar jam 10 malamOk, mulai hari ini aku bakal update prolognya, jadi sambil nungguin tanggal 29 April, kalian bisa masukin ceritanya ke perpustakaan dulu.Nantikan extra part Balikan Dengan Mantan tanggal 28 AprilBye bye
Savira mengecup punggung tangan Axel sementara Axel mengecup keningnya lama. Prosesi ijab kabul telah selesai beberapa menit yang lalu dan saat ini keduanya kini telah resmi menjadi sepasang suami istri.Axel tersenyum melihat Savira yang begitu cantik menggunakan make up. Kemudian keduanya diarahkan penghulu untuk memasangkan cincin di jari manis, setelahnya mereka diarahkan untuk menandatangani buku nikah."Kami cantik," bisik Axel membuat Savira yang ada di sampingnya mencubit kecil pahanya. Bersyukur tak ada yang melihat."Gak sabar buat nanti malam," bisik Axel lagi."Kamu kalau ngomong terus nanti malam aku tidur sama Raka aja," kata Savira mengomel suaminya itu.Ah, suami? Savira terkikik geli kala mengingat kalau dia dan Axel kini resmi menjadi sepasang suami istri, apalagi mengingat bagaimana banyaknya rintangan yang mereka lewati dulu.Savira benar-
Savira mendengus kesal lantaran Axel yang sudah tak mengizinkannya bekerja dan yang lebih membuatnya kesal adalah, tiba-tiba saja ada sekitar sepuluh wanita berpakaian kemeja putih berjas hitam dengan rok span di atas lutut membawanya ke kamar.Wanita itu juga kini telah tinggal di rumah orang tua Axel atas permintaan Jeslyn dan Daniel, sementara Axel disuruh menginap di apartemennya oleh Jeslyn, katanya takut Axel berbuat macam-macam pada Savira.Dari pagi sampai sore ini, Savira tak henti-hentinya mendapatkan perawatan badan dan wajah dari sepuluh orang itu. Pertama, dia yang dibantu mandi, walau malu dia juga tetap mau karena merek memijat-mijat punggungnya bahkan memakaikannya sabun yang sangat wangi, Savira sama sekali belum pernah mencium aroma sabun itu. Kedua, rambutnya di keramas, diberikan masker rambut, kemudian diberi vitamin rambut hingga wangi dan lembut. Ketiga, kukunya pun mereka rapikan bahkan diberikan kuteks bening. Keempa
Savira benar-benar tak menyangka kalau Axel membawanya bertemu dengan wanita bernama Vina yang bagi Savira itu adalah rivalnya. Sekalipun cuma sekali melihat Vina saat itu bersama Axel, Savira masih sangat mengingat dengan jelas wajah wanita itu.Kekasih Axel itu mendelik tajam ke arah sang kekasih yang tak merasakan bersalah bahkan langsung bersalaman dengan Vina juga cipika-cipiki tanpa memedulikannya.Tangannya yang sejak tadi digenggam Axel pun dia lepaskan secara kasar. Apa-apaan Axel ini? Apa Axel hanya main-main memintanya untuk bersama-sama?"Apa kabar, Xel?"Axel tertawa kecil lalu menjawab pertanyaan Vina. "Baik, malah baik banget, Vin."Vina tersenyum, kemudian atensinya beralih pada wanita di sebelah Axel, yang tak lain tak bukan adalah Savira. Kemudian Vina menatap Axel sejenak, meminta untuk dikenalkan pada Savira."Oh, iya, kenalin, ini Savira
Setelah membujuk nenek Savira yang menolak mereka, akhirnya keduanya benarh diizinkan masuk ke dalam rumah dan kebetulan sekali, malam ini rumah nenek Savira tengah ramai. Semua keluarga berkumpul di rumah nenek Savira.Saat mereka sudah masuk rumah, semua mata tertuju pada Axel dan Savira, ada yang memandang Savira sinis dan ada pula yang memandang Savira tak suka. Atensi mereka beralih pada Axel yang ada di samping Savira, tengah menggenggam tangan Savira erat.Tapi, lain halnya dengan Rendra yang menatap mereka tajam. Rendra tahu apa tujuan Savira dan Axel datang ke rumah neneknya. Pastinya Axel dan Savira ingin meminta restu dengan neneknya."Duduk," perintah nenek Savira—Lisa.Savira awalnya ragu, tapi tetap mendudukkan dirinya di samping Axel yang sudah lebih dulu duduk. Rendra yang melihat itu mendekat, bahkan kini duduk di sofa hingga berhadapan dengan Axel dan Savira.
Axel : SayangSavira tersenyum senang membaca pesan dari Axel. Wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan kegemasan pada pesan dari Axel. Hanya satu kata itu saja mampu membuat Savira melayang.Astaga, Axel benar-benar membuat Savira gila. Savira menenggelamkan wajahnya di bantal, kemudian berteriak. Hanya itu satu-satunya cara untuk melampiaskan kegemasannya pada Axel, kalau dia berteriak secara langsung tanpa meredam suaranya dengan bantal, bisa-bisa Raka akan datang ke kamarnya."Ya Allah, aku harus balas apa?"Savira kebingungan ingin membalas pesan Axel.Iya, Sayang.Savira pun mengetik dua kata itu, kemudian dihapus.Iya.Ah, rasanya membalas hanya dengan satu kata saja terlalu monoton untuk orang yang tengah menjalani kasih. Savira menghapus lagi pesannya itu.Kenapa, Axel?
"Kamu sama Axel udah balikan?"Pertanyaan Jeslyn dijawab dengan anggukan kepala dari Savira. Wanita itu malu mengakui kalau dia kembali bersama Axel, entah kenapa, tapi rasanya benar-benar malu. Apa mungkin karena Jeslyn yang sering menjodoh-jodohkan mereka?Orang tua Axel, Raka, juga Bi Ulan sudah pulang dari berliburnya, mereka baru tiba semalam. Dan Axel langsung menceritakan pada orang tuanya kalau dia telah kembali bersama Savira. Jeslyn yang memang tak percaya dengan anaknya memilih bertanya dengan Savira dan ketika pagi tiba, dia langsung menelepon Savira, menyuruh Savira ke rumah padahal Savira harus bekerja."Seriusan?"Lagi, Savira mengangguk."Mama kok gak percaya, yah? Atau ini hanya akal-akalan kamu sama Axel aja?"Astaga, Jeslyn malah ragu mereka. Kemarin-kemarin Jeslyn ragu dengan perasaan Axel dan Savira yang sudah saling melupakan, tapi sekarang ketika anaknya dan Savira sudah balikan, dia malah ragu."Udah, Ma. Aku s