Setelah kejadian kemarin, Savira tak masuk kantor. Axel pun memakluminya, karena sudah pasti Savira ingat menenangkan diri. Tadi pagi juga dia mendapat telepon dari Raka, Raka bilang untuk tidak usah dijemput karena dia akan pulang dijemput mamanya dan Axel menyanggupinya. Axel langsung menelepon mamanya juga papanya, mengatakan pesan Raka untuk tak perlu dijemput.
Sejak tadi, kerja Axel hanya menyalakan laptop kemudian menekan tombol capslock di keyboard tanpa mengetik apa pun di sana, padahal pria itu memiliki banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan.
Axel menyesal karena semalam memarahi Savira, ini semua karena dia cemburu, dia pikir Savira jalan-jalan bersama Rendra tapi ternyata tidak, Savira jalan bersama Salsa.
Salsa. Apa tadi? Tunggu dulu, Axel bisa manggil Salsa untuk menanyakan tentang Savira dengan wanita itu. Selama mereka berpisah, Savira memang banyak berubah maupun sikap atau sifatnya. Dulunya lemah lembu
Axel melebarkan matanya, sementara Sam mempersiapkan mentalnya aga tak down."Kok kamu gak teliti sih?"Oh, yang salah siapa yang dimarahi siapa?Sam pun meringis mendengarnya. Dia harusnya memperbaiki saja tadi, tak usah melapor pada Axel, toh dia juga sudah sering membuat atau bahkan memperbaiki dokumen."Maaf, Pak."Axel berdecak kesal."Mana?""Mana apa, Pak?""Yang tadi kamu print," kata Axel dengan nada suara kesal.Sam pun menyodorkan map yang berisi file yang tadi dia print dan langsung diterima Axel.Wajah Axel menunjukkan ekspresi kesal. Sementara Sam, pria itu bergumam pelan, "Kalau Savira yang Bapak marah, yang ada Bapak malah dimarahin balik."***Ketika Raka sudah pulang dari sekolah, dia mendapatkan mamanya yang tengah sibuk di dapur. Mamanya hari ini masih belum masuk kerja, Raka tahu penyebab mamanya belum masuk kerja, pasti karena papanya apalagi mengingat kalau papanya adalah
Setelah berbagai masalah dihadapi oleh Savira dan Axel, keduanya sudah berbaikan. Savira juga sudah masuk kantor dan bekerja seperti biasa.Saat ini waktu menunjukkan pukul 20:55, Savira baru saja menemani Raka belajar. Setibanya di kamar, Savira memainkan ponselnya, menonton video di YouTube, membuka Instagram, kemudian beralih membuka aplikasi chatting di ponselnya, melihat-lihat pesan yang masuk. Kebanyakan itu pesan dari Salsa yang tidak dibalas Savira.Bagi Savira itu tidak penting, karena Salsa malah bertanya hubungannya dengan Axel setelah malam itu. Benar-benar tak ada kerjaan temannya itu.Kemudian saat dia akan keluar dari aplikasi, pesan dari Axel masuk.Axel : SaviraSavira : HmmAxel : Saya mau pulangKuncinya kamu simpan di mana?Di seberang sana Axel sudah tersenyum senang, berharap semoga saja Savira peka dan pesan
Axel mengernyit kala melihat Savira juga Sam berdiri di depan pintu ruangannya, dia menatap tajam pada dua orang itu, yang mengobrol tanpa sadar dengan keberadaannya. Karena kesal kedua bawahannya itu tak sadar dengan kedatangannya, Axel pun berdeham."Ekhem...."Savira juga Sam refleks menoleh, Sam langsung menggaruk tengkuknya karena kedapatan tengah mengobrol berdua dengan Savira oleh atasan mereka. Satu perusahaan sudah tahu kalau Axel mencintai Savira, itu sudah rahasia umum di kalangan karyawan di perusahaan.Sam pun tersenyum, tak enak hati pada Axel yang kini sudah melotot padanya. Tak ingin membuat Axel meledak karena melihatnya bersama Savira, Sam memilih pamit ke ruangannya."Masuk ke ruangan saya," perintah Axel tak boleh dibantah.Savira mencibir, mau atasannya itu apa sih?"Mau apa, Pak?""Mau makan kamu kalo boleh," ketus A
Mata Savira berbinar melihat foto yang di-posting model idolanya di akun Instagram si empunya foto. Wajah yang cantik, tubuh ramping, dan kulit yang eksotis membuat Savira juga ingin seperti itu.Wanita itu membayangkan jika dia yang jadi model tersebut.Ugh, kalau dia jadi model, pasti banyak pria yang mengejar-ngejarnya.Sesekali Savira akan tertawa kala membayangkan semua itu. Rasanya benar-benar menyenangkan hingga Savira sampai tak sadar dengan keberadaan Axel yang sudah masuk ke dalam ruangan."Savira," panggil Axel sama sekali tidak ditanggapi Savira."Savira."Lagi, Axel memanggil Savira dan lagi-lagi tak ditanggapi wanita itu, Savira malah sibuk dengan ponselnya.Kesal karena Savira tak menanggapinya, Axel menghampiri Savira, mengutik dahi wanita itu hingga mengaduh kesakitan. Mendapatkan tatapan tajam dari Savira tak membuat Axel marah, pria itu tetap santai-santai saja."Apa-apaan sih, Pak?" Protes Savira tak terima
"Savira," panggil Axel.Savira yang tengah sibuk dengan ponselnya cuma bergumam dan Axel tak mempermasalahkan itu. Bagi Axel, itu lebih baik karena nantinya pertanyaan dia selanjutnya akan membuat wanita itu terkejut."Boleh saya tanya sesuatu sama kamu?" Tanya Axel meminta izin.Sebenarnya dia bisa saja langsung bertanya tanpa perlu izin dengan Savira, tapi kalau dia main langsung tanya saja, dapat dipastikan, Savira akan marah padanya."Mau tanya apa?"Savira tak langsung mengizinkan tapi malah balik bertanya, membuat Axel berdecak kesal."Kamu hanya perlu jawab boleh atau tidak, kok rempong banget sih?" Kata Axel ketus."Ya kalau Bapak nanya tentang perasaan saya, saya bakal jawab gak boleh, tapi kalau Bapak mau tanya tentang lainnya saya bakal jawab boleh," tutur Savira.Wanita itu sebenarnya takut Axel bertanya tentang perasaannya, takut Axel tahu bagaimana perasaannya saat ini. Dia bisa-bisa akan dipermalukan pria itu dan
Axel tiba di kantor dengan bawah mata yang hitam, menandakan kalau pria itu tak tidur semalam. Matanya bahkan memerah. Berapa karyawan yang dia lewati hanya tersenyum, tak berani menyapa Axel padahal Axel tidak sedang marah. Mereka berpikir kalau Axel memiliki banyak pikiran.Pria itu tak tidur semalam karena terus terpikir dengan perlakuannya dengan Savira kemarin, di mana dia yang mencium kening Savira.Ah, itu malah membuat Axek terngiang-ngiang sampai tak bisa tidur. Bodoh sekali dia, kenapa tidak izin dulu? Dapat dipastikan kalau Savira marah atau mungkin tak ingin bertemu dengannya. Huh, semoga saja Savira tak benar-benar marah padanya.Sesampainya di ruangannya, Axel mendapati Savira yang tengah merapikan kertas-kertas di mejanya. Apa dia datang lebih awal dari biasanya?Tak tahu harus berkata apa, Axel memilih berdeham agar Savira menyadari keberadaannya."Ekhem...."Savira menoleh, tapi kembali mengalihkan pandangannya ke arah semul
Hari Minggu dijadikan setiap orang untuk me time atau quality time bersama keluarga. Savira niatnya mau me time karena hari ini adalah hari Minggu, dia juga berniat ingin merapikan serta merawat taman di belakang rumahnya yang beberapa bunganya sudah layu bahkan ada yang sudah mati, juga ingin menanamkan bunga yang baru lagi.Tapi sepertinya semua tak akan berjalan lancar saat dia melihat kedatangan Axel di rumahnya. Pria itu membawa banyak camilan untuk Raka, ada cake juga, bahkan Axel membeli black forest. Sambil tersenyum lebar, Axel tak peduli kalau Savira marah, dia langsung masuk saja ke dalam rumah, memanggil anaknya yang ternyata sedang menonton TV.Savira mendesis, wanita itu meletakkan pot di tanah, ikut masuk ke dalam menyusul Axel."Raka, Papa bawain kamu cake nih," kata Axel saat dia sudah di dalam.Raka yang mendengar suara papanya pun menoleh, dia melihat paper bag yang dipegang Axel.
"Iya, Pak, saya lagi mau berangkat ini," kata Savira pada orang di seberang sana.Ponselnya diapit antara pundak juga rahangnya, sementara tangannya sibuk mengunci pintu rumah.Hari ini Axel begitu cepat ke kantor, biasanya pria itu sampai di kantor satu jam setelah Savira sampai, bahkan bisanya semua meja juga ruangan pria itu sudah rapi dia baru datang. Tapi... Hari ini beda, Axel datang lebih awal dan meneleponnya.Huh, harusnya semalam dia tidak mengizinkan Axel menginap di rumahnya kalau ujung-ujungnya Axel berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Tadi Savira membangunkan Axel saat adzan di masjid berkumandang, dia menyuruh Axel untuk pulang dan shalat di rumah pria itu. Tidak mungkin Axel shalat dengan baju yang kotor."Jangan lama," balas Axel di sana.Savira berdecak kesal."Saya ke kantor itu bawa motor, pastinya nanti di jalan juga macet, ditambah lagi