“Kita pulang sekarang.” Tak lama ia sampai di kamar hotel yang sebelumnya ditempatinya. Mendapati ada ketiga pria yang berada di tempat itu, tentu itu ketiga kakak laki-lakinya atau lebih tepatnya putra dari Malvin Dawson; Alex Dawson, Michael Dawson dan Vincent Dawson. Dilihat penampilan mereka sekarang begitu rapi, masing-masing mengenakan jas yang sepadan dengan diri mereka. Melihat wanita yang ditunggunya telah tiba, Vincent menghampiri Helena mengajaknya pulang sambil menjulurkan tangan ke arahnya. Helena hanya menatap tangan Vincent tanpa wanita itu membalasnya, ia mengedar pandang ke arah Sofia yang tengah berdiri tak jauh darinya. “Kamu tidak mengatakannya padaku.” Sofia memahami maksud Helena lewat tatapan matanya, wanita itu menatapnya begitu mengenai ketiga pria yang berkumpul di kamar hotelnya ini. “Maaf Nona muda.” Sofia membungkukkan tubuhnya mengakui kesalahannya tanpa memberikan pembelaan diri yang semakin membuat Helena penasaran, karena ia yakin Sofia bukan wanit
Michael kembali melajukan langkahnya sambil menggenggam tangan Helena, membawa wanita itu mengikuti langkahnya. Helena hanya menurut patuh mengikutinya di tengah pikirannya yang kalut mengenainya. Banyak tanda tanya yang besar mengenai Michael yang begitu membuatnya ingin lebih jauh mengulik tentangnya. Sayangnya, ingatan Helena mengenai Michael tak terlalu jelas dan hanya menunjukkan bila ia pria yang tegas, dingin, dan terlalu irit bicara jika tak terlalu penting untuknya katakan. Sampai di depan pintu kamar Helena, Michael baru melepaskan genggaman tangannya yang lembut menggenggam tangan wanita cantik itu. Meski digenggam lembut, tetap saja terasa kasar tangan Michael yang menggunakan kain kasa dan plaster di jarinya. “Malam ini bisakah aku mengajakmu keluar, Helena?” tanya Michael. Helena mengeryitkan dahinya. “Hm? Keluar ke mana?” “Mencari udara segar yang mungkin akan membuatmu tenang. Bukankah kamu sebelumnya mengatakan merasa sesak berada di sini?” “Iya, terasa sesak seka
“Sekarang bisa beritahu aku, mengapa aku harus mengabaikan semua yang sudah kulihat itu?” Helena membahas kembali apa yang sebelumnya ingin ia tanyakan pada Sofia dan harus tertunda karena ia sarapan pagi dulu dengan keluarganya. Setelah memasang seatbelt, Helena menangih itu dari Sofia.“Itu peraturan yang sudah biasa dibuat Tuan Malvin demi menghindari pertengkaran yang lebih besar,” balas Sofia sembari memutar ke samping kiri roda kemudinya, melewati persimpangan tiga jalan raya.“Berlaku seperti hal itu tak pernah terjadi bukanlah solusi dalam menyelesaikan masalah,” ujar Helena menanggapinya.Sofia meliriknya. “Namun jika tidak begitu, pertengkaran yang benar-benar besar bisa saja terjadi. Apa Anda tidak menyadarinya tadi Nona muda?”“Ya, perlakuan berbeda didapatkan ibu Iris.”“Apa Anda menyadari kenapa hal itu terjadi?” Sofia memberikan pertanyaan seperti tengah menguji pemikiran seperti apa yang akan dipaparkannya.“Brianna … eh maksudnya ibu Brianna,” Helena mengoreksi kesala
“Perkataan Anda sangat keterlaluan Nona.” Sofia menunjukkan sedikit mimik kesal ketika mendengar perkataan Helena itu.Helena menyunggingkan senyuman puas, senang sendiri menjahili Sofia.Seperti mengingatkannya pada Kayes anak buahnya dulu yang pasti dai akan menggerutu marah ketika menerima kejahilannya.“Apa masih jauh tempatnya? Dari tadi kulihat tidak sampai-sampai kita,” celetuk Helena seraya melipat tangannya di dada dan memandang gusar jalan raya dari sampingnya.“Nona muda sabar dulu, perusahaan Anda di bangun di pusat kota yang letaknya cukup jauh dari mansion Tuan Malvin tinggali sekarang. Tempatnya dulu cukup dekat dengan tempat tinggal Anda sebelumnya. Sekarang saja yang jauh sehingga memerlukan waktu sampai ke sana.”“Jadi di pusat kota?” Helena memandang Sofia dengan menopang dagunya. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya seakan mengerti akan hal itu. “Tempat tinggalku itu … sama ‘kah dengan ayahku, hmm … dengan keluargaku ini?”“Nona muda … ” Sofia menghentikan sejenak ucap
“Desain yang bagus, hmm … sepertinya kita bisa mulai memproduksinya secepatnya.”Melihat kertas-kertas yang bergambar banyaknya model desain menumpuk di mejanya yang berasal dari para tim perancangan produk, tadinya diberikan oleh salah satu dari staf dari tim tersebut kepada Sofia saat sebelum mereka berdua memasuki ruangan CEO tempat kerja biasa Helena si pemilik tubuh asli saat dulu, sebelum banyak hal yang terjadi dalam hidup wanita itu sampai semua pekerjaannya dihandle oleh Sofia yang selama ini wanita itu turut menemaninya sampai meraih kesuksesan yang gemilang.Walaupun akhirnya kehidupannya berakhir karena suatu masalah yang sampai kini Helena sang Mafia yang telah menempati tubuhnya, masih belum mengetahui dengan jelas keseluruhan masalah wanita itu hingga harus dirinya dirawat di rumah sakit jiwa dan bisa-bisanya juga wanita itu keracunan di sana sampai nyawanya itu terenggut, dan siapa tahu jika sekarang Helena Jones berada di tubuhnya.Sofia yang duduk di sofa tengah sibu
“Ekhem! Kalian sudah datang.” Helena berbatuk pelan ketika melihat dua pria bawahannya yang tadi ditelponnya untuk datang ke kantornya ternyata tanpa disadarinya mereka sudah datang.Hampir jantung mereka mencelos keluar saking paniknya dikira akan dimaki-maki dan keputusan yang kemungkinan akan berakhir buruk, mereka dipecat kembali dari pekerjaan sekarang.Helena mengambil duduk dengan anggun kembali di kursinya. “Sofia siapkan teh untuk kami bertiga.” Ia menyuruh dengan nada dingin pada pelayannya itu.“Baik Nona muda,” balasnya membungkuk sebentar sambil membalikkan tubuh melenggang keluar dari ruangan Helena.“Kemari,” perintah Helena kemudian pada Rylee dan Hart yang berada di ambang pintu, seperti patung di sana, tak bergerak sebelum wanita itu memberikan perintah kepada mereka seperti ini. Menyuruh mereka untuk masuk dan mendekat.“Ayo Hart, jangan lama-lama.” Rylee mendorong Hart jalan lebih dahulu begitu egoisnya mengorbankan temannya demi keselamatannya yang belum tentu jug
“Aku merasa jantungku tidak aman, apa aku perlu memeriksanya ke dokter?” Rylee menekan dadanya yang cukup terasa sesak. Melirik sebentar ruangan sang CEO Sylva yaitu Helena Dawson. Ia menghela napas beratnya, “Berada di dalam sana membuatku tidak bisa bernapas, berkali-kali jantung kecil ini mendapatkan kejutan yang tidak biasa. Haah~ kupikir aku akan mati di dalam sana, dia bukan wanita yang sederhana dikira.” “Sejak awal dia tidak bisa dipandang remeh,” ucap Hart sejenak juga melihat ruangan Helena yang menggunakan kaca sebagai pembatasnya, jika dilihat dari luar tidak bisa dilihat apa yang sedang dilakukannya, sedangkan sangat jelas dilihat dari dalam wanita itu melihat sekitarnya. Mereka berdua sama-sama berjalan menjauh dari ruangan Helena sampai tak sengaja saat itu mereka berpapasan langsung dengan Sofia yang sepertinya wanita itu sedang menuju ke arah ruangan Helena. “Kalian sudah mau pulang?” Sofia bertanya menghentikan langkah mereka berdua. Rylee dan Hart saling melempar
Sepanjang jalan Helena terus menatap jalanan kota yang padat penduduk. Dari dalam mobil banyak sekali Helena melihat orang-orang yang masih tengah beraktivitas; di tokoh, restoran, market, maupun berbagai macam jenis tempat bekerja lainnya. Ada yang terlihat berjalan sendirian, berpasangan atau juga berkelompok. Dengan berbagai berbagai macam raut wajah mereka. Bahkan ada juga kelihatan berjalan terburu-buru seperti mengejar atau dikejar sesuatu. Dan tak sedikit pula oranag yang tampak terhuyung-huyung berjalan. Kelihatan sekali dalam keadaan mabuk. “Apa yang kamu lihat?” tanya Michael pada sang adiknya yang asik melamun melihat keluar jendela mobil. “Melihat para pejuang hidup,” jawab Helena sembari menoleh ke samping dan di situ ada seorang pria yang tengah mengemudi, berpenampilan kasual, mengenakan sweater navy dan pasangan jeans hitam. Sesuai dengan kepribadiannya, semua tampak darinya begitu gelap. Namun penampilannya begitu sederhana, mungkin yang mencolok darinya adalah arloj
Hart dan Rylee hanya menatap mereka berdua dengan tatapan heran.“Apa ini perasaanku saja, mereka sekarang jauh lebih dekat?” duga Hart melihatnya sampai keliling matanya memandang, hingga mobil yang dinaiki Helena dengan Roky sudah pergi menjauh dari mereka.“Bukan kau saja, aku juga merasa begitu,” ujar Rylee. “Jadi apa yang akan kita kerjakan sekarang? Nona Helena hanya memerintah kita bekerja tanpa memberitahu apa pekerjaan itu.”Hart mengedikkan bahu. “Jangan tanya padaku, aku pun tidak tahu.”“Kalian berdua tidak ada kerjaan ‘kan? Bagaimana jika kalian ikut denganku.” Vincent menghampiri mereka berdua yang tengah dilanda kebingungan berdiri di dekat mobil dan gerbang mansion besar milik Malvin Dawson—ayahnya Helena maupun Vincent.“Anda bukan Bos kami.” Hart menjawabnya dingin.Akan tetapi Rylee berbeda dengan Hart. Rylee langsung merangkul Hart dan Vincent, mengatakan, “Pekerjaan apa itu Tuan Vincent?”Hart mendengus dan berpaling wajah tak ingin melihat tingkah temannya yang t
“Semalam ini, kamu dari mana saja?”“Ah!” kaget Helena melihat Vincent yang berada di dalam kamarnya, duduk di kursi dengan tangan disilangkan. “Sepertinya kau senang sekali mengagetkanku, ya?! Ah~ kakak ini … ” Helena kelepasan menjadi berteriak, wanita itu pun memegang kepalanya dan menyugar rambutnya ke belakang.“Kamu juga sering membuat kakakmu ini terkejut dengan semua tindakanmu, adikku Helena.” Vincent membalasanya dan perlahan pria itu berdiri melangkah mendekat ke arahnya. “dari mana kamu sampai jam segini baru pulang?” Vincent mengintrogasinya.Helena berpaling wajah untuk menahan rasa kesalnya diperlakukan seperti itu. “Aku hanya mencari angin, aku ‘kan sudah pernah bilang berada di sini terus rasanya menyesakkan.”“Tadi ayah mencarimu, sebelumnya aku sudah lebih dahulu datang mencarimu, tidak melihat kamu berada di dalam kamar. Aku merasa yakin kamu keluar dan ternyata itu benar, untung saja aku menyelamatkanmu, adikku sayang.” Vincent memasukkan kedua tangannya ke dalam
“Lepaskan aku.”Rylee menjadi menghentikan langkah cepatnya, tergesa-gesa keluar dari apartemen mewah yang kini terdengar suara tembak menghebokan banyak orang. Tapi, herannya polisi masih belum terlihat datang, perasaan cemas kini menyelimuti Helena. Bagaimana jika sesauatu terjadi kepada Roky?Wanita itu menghentikan langkahnya yang dibawa cepat oleh Rylee sehingga Rylee merasakannya langkahnya ikutan terhenti, dan menoleh ke belakang menatap sang empu yang kemudian bersuara.“Nona Helena, Anda tidak ingin masuk ke dalam lagi ‘kan?” Dahinya mengerut sangat jelas menunjukkan tengah memastikannya.“Aku harus mengecek kondisi di sana, pamanku dia tinggal di sana, aku merasa sesuatu terjadi padanya.”“Kamu memperdulikannya?”“Tidak.” Helena mengedikkan bahunya. “aku memperdulikan Sofia.”Rylee seketika melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Helena.Seperti secara terbuka dipersilahkan kemauannya. Helena membalikkan tubuhnya dan melangkah cepat menuju kembali ke tempat itu.Tangan
Mengikuti firasatnya kini, Helena mengambil keputusan cepat bersama Rylee untuk ke tempat di mana keberadaan pria yang memiliki hubungan darah dengan Helena si pemilik tubuh asli dan juga pria itu sebagai mantan suaminya Sofia.“Di sini dia tinggal, Nona,” kata Rylee menunjuk apartemen elite di kawasan ini.Sesuatu yang tidak terduga. Senyum miring terpantri di bibir merah alaminya. “Tempat yang bagus bagi mantan napi sepertinya.”“Awalnya aku pun berpikir seperti itu. Tapi melihat bagaimana selama ini Sofia sering menemuinya, aku mulai berpikir, dia tinggal di sini karena Sofia.”Helena menatapnya, sedetik kemudian menghela. “Sepertinya hubungan keduanya tidak sesederhana yang dikira, apa ada mantan suami istri akan berhubungan sebaik itu?”Rylee menganggu, membalas, “Itu langkah, jikapun ada mungkin tidak sedekat seperti mereka. Walaupun mereka bertemu tidak secara terbuka. Tapi tetap saja, itu terasa janggal.”“Kita akan mencari tahunya,” kata Helena kemudian memberi perintah, “Tun
Perasaan Rylee dipermainkan lagi, ia merasa dilema mencari-cari keberadaan Helena yang tak kunjung ditemukannya. Tadi wanita itu menelponnya berada di halte, ia langsung menuju ke sana, tapi ketika sampai, bukannya ia langsung bertemu dengan Helena, malahan yang ditemukannya handphone milik wanita itu yang keadaan layar masih hidup. Untung saja tidak dicuri. Tapi …Rylee berhenti dan mengambil duduk di bangku halte. Pria itu memegangi dagunya, tengah berpikir, “Tadi ponselnya ini ada di bangku dan masih dalam keadaan hidup, setelah kulihat setelannya, ponsel ini akan mati tiga menit. Dan tadi setelah kulihat, ponsel itu mati, berarti … ”“Berarti sudah tiga menit berlalu aku pergi dan kau baru sampai,” sambung Helena tiba-tiba saja berada di sampingnya, duduk dengan santai sambil menikmati rolled ice cream di dalam wajah mini, yang terdapat strawberry di atasnya ice creamnya sebagai toping.“Eh?!” Rylee terperanj
Helena termangu manik coklatnya tak berkedip menatap Malvin yang memberikan intimindasi padanya secara tak sadar. Hingga melihat bagaimana dalamnya Helena menatapnya, Malvin seketika tersadar dan pria itu mengusap wajahnya kasar sambil berkata, “Bukan itu maksud Ayah. Ayah hanya tidak ingin kita saling mengingatnya setelah lama kita berusaha melupakannya.”“Aku sama sekali tidak mengingatnya, aku sangat berharap bisa mengingatnya. Setidaknya aku bisa tahu seperti apa dia. Aku tidak ingin benar-benar melupakannya, dia ibuku, Ayah,” kata lirih Helena, suaranya terdengar parau dan nyaris menghilang di akhir kalimatnya. Helena menyentuh dadanya. “dia yang telah melahirkanku, betapa berdosanya aku sebagai anak yang telah susah payah dilahirkannya, begitu saja melupakannya.”“Ibumu tidak berharap setelah kepergiannya kamu merasa menderita, sayang. Ayah juga tidak berharap kamu merasakan itu juga, kami sangat memperdulikanmu. Kamu tidak perlu mengingatnya, sekarang yang perlu kamu pedulikan
“Helena, kenapa basah kuyup seperti ini?” Malvin terkejut dan wajahnya tampak cemas memperhatikan penampilan Helena kini. Bagaimana tidak, pulang-pulang Helena basah kuyup padahal cuaca saja tidak sedang hujan.Ia yang akan keluar, menjadi berhenti ketika melihat sang putri berjalan dalam keadaan seperti itu memasuki mansionnya.“Aku kecebur kolam renang,” balas Helena pelan dan sedikit menggigil merasa begitu kedinginan. Tangannya mengusap-usap lengannya berupaya membantu meredahkan rasa dinginnya.“Cepat ambilkan handuk!” suruhnya pada para pelayan yang berada di sini. Sampai para pelayan tersebut bergegas mengambil handuk untuk Helena.“Bagaimana bisa kamu sampai kecebur, sayang? Apa ada yang mendorongmu?” Ia membawa Helena berjalan dengan melebarkan lengan panjangnya, ia memegang ujung bahu Helena dan mendekatkan Helena pada lengannya tak memperdulikan pakaiannya akan basah saling bersentuhan dengan Helena.“Hm, jika tidak bagaimana mungkin aku jatuh,” balas Helena sambil terus be
“Perkiraan saya benar ‘kan? Mereka akan datang, ayah dan kakak laki-laki Anda.” Roky memandang wanita yang duduk di sampingnya, berdua bersamanya di dalam mobil miliknya yang terparkir rapi di basement mobil rumah sakit ini.Sengaja Roky membawa Helena di sini, untuk memperlihatkan kebenaran yang mungkin saja wanita cantik berambut gelombang itu meragukannya. Sekarang, mana mungkin bisa dia menolak kebenaran yang telah terlihat nyata di depan matanya itu, jika memang dia terlalu dibutakan cinta keluarganya.Sekilas tak disadari oleh Roky senyuman Helena tertarik miris. “Aku hampir tidak percaya,” kata Helena.Ia masih bingung dengan situasinya, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Tapi melihat setiap kebenaran yang dikatakan Roky, ada suatu dugaan buruk di dalam benaknya.“Apa sebenarnya tujuan mereka mencariku? Dan apa alasan kakakku Vincent ingin membawaku pergi? Aku bingung memikirkan itu.” Helena bertanya itu pada Roky.Roky tak menjawabnya, pandangannya lurus ke depan. Helena sebe
“Kita pulang sekarang Helena.” Vincent menyambar tangan Helena di tengah Helena sedang berbincang dengan Roky dan Hart mengenai Sofia. Wanita itu tentu terperanjat begitupun dengan dua pria bersamanya, atas tindakan tiba-tiba pria yang merupakan kakak laki-lakinya. Baru datang, dia langsung membawa Helena pergi tampak seakan dikejar oleh sesuatu, ia terburu-buru membawa Helenaa ikut dengannya. “Kak Vincent, ada apa?” Helena menghentikan paksa langkahnya dan menahan tangan Vincent yang menarik tangannya, meskipun kekuatannya tak seimbang, Helena sekuatnya berusaha menahan dirinya berhenti. Vincent berhenti merasakan tangannya berat menarik Helena, dia berbalik lantas menatap Helena yang memandangnya kebingungan. “Kita harus pergi. Di sini tidak akan aman,” ucap Vincent. “Kenapa?” tanya Helena, penasaran dengan apa yang terjadi. Biasanya Vincent tidak seperti itu kepadanya. Ini terasa aneh, dia jelas penasaran. Vincent menghela napas gusarnya, dia membalikkan tubuh dan bergantian ke