Di dalam ruangan yang hanya terdapat cahaya temaram, sesosok berhoodie bertubuh tinggi tegap tengah berdiri di antara orang-orang yang tergeletak penuh luka, sambil pria itu sibuk mengikat pembalut ke telapak tangannya dengan susah payahnya.Terlarut melakukan itu, ia sampai tak menyadari datangnya seseorang bila seandainya dia tak bersuara.“Aku mencarimu dari tadi, ternyata kamu ada di sini,” katanya dingin.Suara seseorang tersebut terasa tak asing di telinganya. Ia pun membalasnya, “Kenapa mencariku?” tanyanya balik tak kalah dinginnya sembari memutar tubuhnya sehingga mereka saling berhadapan.“Aku tidak menyetujui keputusanmu, ini jawabanku sekarang,” kata Alex dan setelahnya langsung berputar balik, melangkah pergi begitu saja.Michael, pria dengan hoodie hitam itu, ia hanya menatap punggung kakaknya yang perlahan menghilang dari matanya. “Kalau begitu jangan salahkan ‘ku jika bertindak kelewatan batas.”Sorot matanya menyala dan samar-samar bibirnya tertarik miring membentuk se
Kedatangan pria itu membuat Sofia sigap melindungi Helena. Berdiri dengan melebarkan kedua tangannya menutupi Helena yang berada di kasur, baru saja mengubah posisinya menjadi duduk.“Mau apa kau?” Sofia bertanya ketus dan mengintimidasi tajam pria tersebut. Pria itu menurunkan tangannya yang memegang pistol dan perlahan menghela napasnya. Ia juga menggaruk tekuk lehernya dan tersenyum canggung sambil mendesah pelan menatap mereka. “Hais~ sepertinya aku salah kamar lagi. Maaf sebelumnya, aku seorang polisi, ada buronan yang sedang kucari di hotel ini.” Ia membungkukkan tubuhnya setelahnya lalu undur diri begitu saja. Tak lupa menutup kembali pintu kamar hotel Helena.“Buronan?” Helena penasaran, memegang dagunya tengah berpikir, ‘Siapa buronan itu sampai polisi masuk ke hotel ini?’“Nona muda, Anda harus tetap bersama saya di sini,” kata Sofia melirik Helena.Sudut bibir Helena terangkat. Wanita itu duduk dengan bersedekap dada dan melipat kakinya. ‘Dia pasti tengah merasakan ancama
“Kamu … haiss … ” Helena mendesah panjang melihat tangannya dicekal erat dan beralih melirikkan matanya menatap lekat mata hitam pria itu yang begitu tajam menatapnya sampai Helena merasa bila dia tengah menunjukkan tekanan padanya. Helena tidak terima itu, ia mengangkat satu tangannya dan mengacungkan jari telunjuknya di hadapannya. “JANGAN PERLIHATKAN TATAPAN ITU PADAKU!” teriak Helena tepat dekat dengan wajah Roky. ‘Suaraku? Ah~ kenapa aku jadi berteriak sekuat ini?’ Helena membungkam cepat mulutnya meruntuki dirinya sendiri yang kelepasan berteriak padahal tadinya cuman ingin santai saja menekannya. Ia menepuk-nepuk jidatnya. ‘Ini tidak benar, emosiku tidak seperti ini. Apa ini kebiasaan tubuh ini?’ Melihat tingkah wanita yang tangannya dicekalnya, dahi Roky tampak mengerut. “Sinting,” cibirnya. “Apa?!” Telinga Helena sangat tajam mendengarnya. Wanita itu mencengkram baju Roky dan membuatnya begitu dekat jaraknya dengannya. “Beraninya kamu mengatakan itu padaku setelah selama in
Sekarang Helena berada di luar sebagai housekeeping atau lebih tepatnya ia tengah menyamar sebagai housekeeping yang kini menggantikan posisinya di dalam kamar hotelnya. Yang akan Helena lakukan sekarang adalah menuju ke dalam kamar hotelnya dulu dan itu sudah menjadi kamar khsusus untuknya yang bahkan orang lain tak boleh memasuki tanpa seizin darinya. Alasannya tentu ada karena ia di sini pemilik sebagian persen saham hotel atau bisa dibilang VIP di sini. Dan tujuan Helena masuk ke kamarnya sebab ada sesuatu yang penting ia simpan di sana dan ingin ia ambil. Ceklek! Pintu terbuka dengan mudahnya karena menggunakan double lock yang sudah semestinya selalu dipegang houskeeping hotel. Helena masuk ke dalam sambil mendorong masuk troli agar ia tak ketahuan menyusup. Sadar juga sekarang ia bukan Helena yang dulu sebagai pemilik akses yang besar di sini. “Gelap, apa tidak ada yang membersihkannya sampai lampunya tidak dihidupkan?” gumamnya mendesah pelan. Helena abaikan itu dan di ten
“Pergilah Nona.” “Huh!” dengus Helena beranjak pergi melewatinya sampai tak sengaja saling bersenggolan lengan dan sama-sama mereka bertatapan. Helena langsung memalingkan wajahnya. “ Tidak sopan sekali,” gerutu Helena seraya membawa troli yang dibawanya sebelumnya saat keluar. Mendengar suara gerutuan Helena, telinga sensitif Roky berkedut. “Berhenti,” ucap Roky sembari berbalik bermaksud menghentikan wanita itu keluar. Namun, yang dilakukannya itu terlambat, sudah terlanjur wanita itu angkat kaki dari kamar ini. Kedua tangan Roky terkepal. “Siapa dia sebenarnya?” pikirnya menggertak gigi. Sementara Helena yang sudah berada di kamarnya kembali dan berhasil bertukar posisi dengan housekeeping yang syukur bisa diajaknya bekerja sama, meski pun sama sekali tak ada hasil ia menyamar dan heran bisa semudah itu kebongkar penyamarannya, hanya karena anting berliannya terjatuh. “Matanya jeli sekali.” Helena menjauhkan dirinya duduk di kasurnya sambil memijit pangkal hidungnya yang sekira
“Mau bersulang denganku?” Helena menunjukkan segelas wine dan sedikit menggoyang-goyangkannya di tengah Roky cengo menatapnya. Merasa terus ditatapnya, Helena mengangkat sebelah alis kirinya. “Kenapa menatapku begitu? Ada yang salah dengan wajahku?” Hanya dengusan kecil yang terdengar sembari pria itu mengambil gelas kosongnya dan menuangkan wine dari botolnya. “Kau mengabaikanku lagi.” Helena menarik seringai tipis melihat Roky yang berbalik menuangkan segelas wine dari botol yang ada di meja, lalu meneguk habis segelas wine itu tanpa sisa. Helena mengikutinya, menghabiskan wine di gelasnya. Tapi kemudian, wanita itu melontarkan tanya padanya. “Apa ini kebiasaanmu saat sedih?” “Sedih?” Roky meliriknya dengan alis menaut heran. “Anda tahu apa mengenai saya? Bahkan, Anda mengetahui nama saya sebelumnya. Anda siapa?” Roky melempar pertanyaan yang terasa menjanggal di hatinya, terus terang tanpa basa-basi sedikit pun. Helena tersentak untuk beberapa saat dan tenang kembali menatap de
Masih pagi-pagi baru selesai mandi. Di depan kamar hotel Helena dapat mendengar suara keributan yang membuatnya seketika mengalihkan fokusnya dari sebelumya ia sibuk dengan rambutnya yang basah diusap dengan handuk Helena masih menggunakan handuk baju terlalu penasaran dengan apa yang ia dengar, diputuskannya untuk melihat secara langsung apa yang sedang terjadi di depan. “Sudah kubilang aku kakaknya Helena, menyingkir! Aku ingin bertemu dengan adikku!” Vincent di luar dihadang saat akan masuk ke dalam oleh dua orang pria yang sejak malam menjaga Helena di depan pintu kamar hotelnya. “Dan sudah kukatakan tidak bisa, ya tidak bisa!” hardik Rylee mendorong kasar pria yang terus saja memaksa untuk masuk ke dalam dengan mengaku-ngaku sebagai kakaknya wanita yang ada di dalam tengah diganya bersama tiga rekannya yang lain. Penampilan seperti preman dan lebih dominan sebagai seorang gangster membuat Vincent berpikir bahwa pria yang mendorongnya itu benar-benar seperti yang dipikirkannya.
“Nona Helena,” panggil Hart menyadarkan lamunan Helena dari berpikir mengenai Sofia dan Vincent. “Apa?!” Tak sadar Helena menyentaknya. Tentunya Hart kaget, tak hanya ia saja Rylee dan dua pengawal lainnya sama halnya seperti Hart. Hanya dipanggil seperti itu, wanita itu malah menyentak.Melihat tatapan tak percaya mereka berempat. Helena langsung beranjak pergi masuk ke dalam dan apa yang dilakukannya selanjutnya membuat mereka berempat kembali tercengang. Brak! Sangat kuat Helena menutup pintunya. Padahal bisa santai saja Helena menutupnya, pintu itu pasti akan tertutup. Mereka sama-sama mengelus dada bersabar. “Haah~ menyebalkan sekali,” ucap Helena sembari memegangi keningnya dan mendorong rambutnya ke belakang dengan satu tangannya. Satu tangannya lagi berpegangan dinding. “Menyuruhku tetap di sini dan menjauhkanku dari kekacauan yang terjadi, haruskah kuberkata ‘terima kasih?’ haha … lucu sekali.” Helena tertawa memikirkan itu, ia bicara kembali dengan raut wajahnya yang be
Hart dan Rylee hanya menatap mereka berdua dengan tatapan heran.“Apa ini perasaanku saja, mereka sekarang jauh lebih dekat?” duga Hart melihatnya sampai keliling matanya memandang, hingga mobil yang dinaiki Helena dengan Roky sudah pergi menjauh dari mereka.“Bukan kau saja, aku juga merasa begitu,” ujar Rylee. “Jadi apa yang akan kita kerjakan sekarang? Nona Helena hanya memerintah kita bekerja tanpa memberitahu apa pekerjaan itu.”Hart mengedikkan bahu. “Jangan tanya padaku, aku pun tidak tahu.”“Kalian berdua tidak ada kerjaan ‘kan? Bagaimana jika kalian ikut denganku.” Vincent menghampiri mereka berdua yang tengah dilanda kebingungan berdiri di dekat mobil dan gerbang mansion besar milik Malvin Dawson—ayahnya Helena maupun Vincent.“Anda bukan Bos kami.” Hart menjawabnya dingin.Akan tetapi Rylee berbeda dengan Hart. Rylee langsung merangkul Hart dan Vincent, mengatakan, “Pekerjaan apa itu Tuan Vincent?”Hart mendengus dan berpaling wajah tak ingin melihat tingkah temannya yang t
“Semalam ini, kamu dari mana saja?”“Ah!” kaget Helena melihat Vincent yang berada di dalam kamarnya, duduk di kursi dengan tangan disilangkan. “Sepertinya kau senang sekali mengagetkanku, ya?! Ah~ kakak ini … ” Helena kelepasan menjadi berteriak, wanita itu pun memegang kepalanya dan menyugar rambutnya ke belakang.“Kamu juga sering membuat kakakmu ini terkejut dengan semua tindakanmu, adikku Helena.” Vincent membalasanya dan perlahan pria itu berdiri melangkah mendekat ke arahnya. “dari mana kamu sampai jam segini baru pulang?” Vincent mengintrogasinya.Helena berpaling wajah untuk menahan rasa kesalnya diperlakukan seperti itu. “Aku hanya mencari angin, aku ‘kan sudah pernah bilang berada di sini terus rasanya menyesakkan.”“Tadi ayah mencarimu, sebelumnya aku sudah lebih dahulu datang mencarimu, tidak melihat kamu berada di dalam kamar. Aku merasa yakin kamu keluar dan ternyata itu benar, untung saja aku menyelamatkanmu, adikku sayang.” Vincent memasukkan kedua tangannya ke dalam
“Lepaskan aku.”Rylee menjadi menghentikan langkah cepatnya, tergesa-gesa keluar dari apartemen mewah yang kini terdengar suara tembak menghebokan banyak orang. Tapi, herannya polisi masih belum terlihat datang, perasaan cemas kini menyelimuti Helena. Bagaimana jika sesauatu terjadi kepada Roky?Wanita itu menghentikan langkahnya yang dibawa cepat oleh Rylee sehingga Rylee merasakannya langkahnya ikutan terhenti, dan menoleh ke belakang menatap sang empu yang kemudian bersuara.“Nona Helena, Anda tidak ingin masuk ke dalam lagi ‘kan?” Dahinya mengerut sangat jelas menunjukkan tengah memastikannya.“Aku harus mengecek kondisi di sana, pamanku dia tinggal di sana, aku merasa sesuatu terjadi padanya.”“Kamu memperdulikannya?”“Tidak.” Helena mengedikkan bahunya. “aku memperdulikan Sofia.”Rylee seketika melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Helena.Seperti secara terbuka dipersilahkan kemauannya. Helena membalikkan tubuhnya dan melangkah cepat menuju kembali ke tempat itu.Tangan
Mengikuti firasatnya kini, Helena mengambil keputusan cepat bersama Rylee untuk ke tempat di mana keberadaan pria yang memiliki hubungan darah dengan Helena si pemilik tubuh asli dan juga pria itu sebagai mantan suaminya Sofia.“Di sini dia tinggal, Nona,” kata Rylee menunjuk apartemen elite di kawasan ini.Sesuatu yang tidak terduga. Senyum miring terpantri di bibir merah alaminya. “Tempat yang bagus bagi mantan napi sepertinya.”“Awalnya aku pun berpikir seperti itu. Tapi melihat bagaimana selama ini Sofia sering menemuinya, aku mulai berpikir, dia tinggal di sini karena Sofia.”Helena menatapnya, sedetik kemudian menghela. “Sepertinya hubungan keduanya tidak sesederhana yang dikira, apa ada mantan suami istri akan berhubungan sebaik itu?”Rylee menganggu, membalas, “Itu langkah, jikapun ada mungkin tidak sedekat seperti mereka. Walaupun mereka bertemu tidak secara terbuka. Tapi tetap saja, itu terasa janggal.”“Kita akan mencari tahunya,” kata Helena kemudian memberi perintah, “Tun
Perasaan Rylee dipermainkan lagi, ia merasa dilema mencari-cari keberadaan Helena yang tak kunjung ditemukannya. Tadi wanita itu menelponnya berada di halte, ia langsung menuju ke sana, tapi ketika sampai, bukannya ia langsung bertemu dengan Helena, malahan yang ditemukannya handphone milik wanita itu yang keadaan layar masih hidup. Untung saja tidak dicuri. Tapi …Rylee berhenti dan mengambil duduk di bangku halte. Pria itu memegangi dagunya, tengah berpikir, “Tadi ponselnya ini ada di bangku dan masih dalam keadaan hidup, setelah kulihat setelannya, ponsel ini akan mati tiga menit. Dan tadi setelah kulihat, ponsel itu mati, berarti … ”“Berarti sudah tiga menit berlalu aku pergi dan kau baru sampai,” sambung Helena tiba-tiba saja berada di sampingnya, duduk dengan santai sambil menikmati rolled ice cream di dalam wajah mini, yang terdapat strawberry di atasnya ice creamnya sebagai toping.“Eh?!” Rylee terperanj
Helena termangu manik coklatnya tak berkedip menatap Malvin yang memberikan intimindasi padanya secara tak sadar. Hingga melihat bagaimana dalamnya Helena menatapnya, Malvin seketika tersadar dan pria itu mengusap wajahnya kasar sambil berkata, “Bukan itu maksud Ayah. Ayah hanya tidak ingin kita saling mengingatnya setelah lama kita berusaha melupakannya.”“Aku sama sekali tidak mengingatnya, aku sangat berharap bisa mengingatnya. Setidaknya aku bisa tahu seperti apa dia. Aku tidak ingin benar-benar melupakannya, dia ibuku, Ayah,” kata lirih Helena, suaranya terdengar parau dan nyaris menghilang di akhir kalimatnya. Helena menyentuh dadanya. “dia yang telah melahirkanku, betapa berdosanya aku sebagai anak yang telah susah payah dilahirkannya, begitu saja melupakannya.”“Ibumu tidak berharap setelah kepergiannya kamu merasa menderita, sayang. Ayah juga tidak berharap kamu merasakan itu juga, kami sangat memperdulikanmu. Kamu tidak perlu mengingatnya, sekarang yang perlu kamu pedulikan
“Helena, kenapa basah kuyup seperti ini?” Malvin terkejut dan wajahnya tampak cemas memperhatikan penampilan Helena kini. Bagaimana tidak, pulang-pulang Helena basah kuyup padahal cuaca saja tidak sedang hujan.Ia yang akan keluar, menjadi berhenti ketika melihat sang putri berjalan dalam keadaan seperti itu memasuki mansionnya.“Aku kecebur kolam renang,” balas Helena pelan dan sedikit menggigil merasa begitu kedinginan. Tangannya mengusap-usap lengannya berupaya membantu meredahkan rasa dinginnya.“Cepat ambilkan handuk!” suruhnya pada para pelayan yang berada di sini. Sampai para pelayan tersebut bergegas mengambil handuk untuk Helena.“Bagaimana bisa kamu sampai kecebur, sayang? Apa ada yang mendorongmu?” Ia membawa Helena berjalan dengan melebarkan lengan panjangnya, ia memegang ujung bahu Helena dan mendekatkan Helena pada lengannya tak memperdulikan pakaiannya akan basah saling bersentuhan dengan Helena.“Hm, jika tidak bagaimana mungkin aku jatuh,” balas Helena sambil terus be
“Perkiraan saya benar ‘kan? Mereka akan datang, ayah dan kakak laki-laki Anda.” Roky memandang wanita yang duduk di sampingnya, berdua bersamanya di dalam mobil miliknya yang terparkir rapi di basement mobil rumah sakit ini.Sengaja Roky membawa Helena di sini, untuk memperlihatkan kebenaran yang mungkin saja wanita cantik berambut gelombang itu meragukannya. Sekarang, mana mungkin bisa dia menolak kebenaran yang telah terlihat nyata di depan matanya itu, jika memang dia terlalu dibutakan cinta keluarganya.Sekilas tak disadari oleh Roky senyuman Helena tertarik miris. “Aku hampir tidak percaya,” kata Helena.Ia masih bingung dengan situasinya, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Tapi melihat setiap kebenaran yang dikatakan Roky, ada suatu dugaan buruk di dalam benaknya.“Apa sebenarnya tujuan mereka mencariku? Dan apa alasan kakakku Vincent ingin membawaku pergi? Aku bingung memikirkan itu.” Helena bertanya itu pada Roky.Roky tak menjawabnya, pandangannya lurus ke depan. Helena sebe
“Kita pulang sekarang Helena.” Vincent menyambar tangan Helena di tengah Helena sedang berbincang dengan Roky dan Hart mengenai Sofia. Wanita itu tentu terperanjat begitupun dengan dua pria bersamanya, atas tindakan tiba-tiba pria yang merupakan kakak laki-lakinya. Baru datang, dia langsung membawa Helena pergi tampak seakan dikejar oleh sesuatu, ia terburu-buru membawa Helenaa ikut dengannya. “Kak Vincent, ada apa?” Helena menghentikan paksa langkahnya dan menahan tangan Vincent yang menarik tangannya, meskipun kekuatannya tak seimbang, Helena sekuatnya berusaha menahan dirinya berhenti. Vincent berhenti merasakan tangannya berat menarik Helena, dia berbalik lantas menatap Helena yang memandangnya kebingungan. “Kita harus pergi. Di sini tidak akan aman,” ucap Vincent. “Kenapa?” tanya Helena, penasaran dengan apa yang terjadi. Biasanya Vincent tidak seperti itu kepadanya. Ini terasa aneh, dia jelas penasaran. Vincent menghela napas gusarnya, dia membalikkan tubuh dan bergantian ke