“Mau bersulang denganku?” Helena menunjukkan segelas wine dan sedikit menggoyang-goyangkannya di tengah Roky cengo menatapnya. Merasa terus ditatapnya, Helena mengangkat sebelah alis kirinya. “Kenapa menatapku begitu? Ada yang salah dengan wajahku?” Hanya dengusan kecil yang terdengar sembari pria itu mengambil gelas kosongnya dan menuangkan wine dari botolnya. “Kau mengabaikanku lagi.” Helena menarik seringai tipis melihat Roky yang berbalik menuangkan segelas wine dari botol yang ada di meja, lalu meneguk habis segelas wine itu tanpa sisa. Helena mengikutinya, menghabiskan wine di gelasnya. Tapi kemudian, wanita itu melontarkan tanya padanya. “Apa ini kebiasaanmu saat sedih?” “Sedih?” Roky meliriknya dengan alis menaut heran. “Anda tahu apa mengenai saya? Bahkan, Anda mengetahui nama saya sebelumnya. Anda siapa?” Roky melempar pertanyaan yang terasa menjanggal di hatinya, terus terang tanpa basa-basi sedikit pun. Helena tersentak untuk beberapa saat dan tenang kembali menatap de
Masih pagi-pagi baru selesai mandi. Di depan kamar hotel Helena dapat mendengar suara keributan yang membuatnya seketika mengalihkan fokusnya dari sebelumya ia sibuk dengan rambutnya yang basah diusap dengan handuk Helena masih menggunakan handuk baju terlalu penasaran dengan apa yang ia dengar, diputuskannya untuk melihat secara langsung apa yang sedang terjadi di depan. “Sudah kubilang aku kakaknya Helena, menyingkir! Aku ingin bertemu dengan adikku!” Vincent di luar dihadang saat akan masuk ke dalam oleh dua orang pria yang sejak malam menjaga Helena di depan pintu kamar hotelnya. “Dan sudah kukatakan tidak bisa, ya tidak bisa!” hardik Rylee mendorong kasar pria yang terus saja memaksa untuk masuk ke dalam dengan mengaku-ngaku sebagai kakaknya wanita yang ada di dalam tengah diganya bersama tiga rekannya yang lain. Penampilan seperti preman dan lebih dominan sebagai seorang gangster membuat Vincent berpikir bahwa pria yang mendorongnya itu benar-benar seperti yang dipikirkannya.
“Nona Helena,” panggil Hart menyadarkan lamunan Helena dari berpikir mengenai Sofia dan Vincent. “Apa?!” Tak sadar Helena menyentaknya. Tentunya Hart kaget, tak hanya ia saja Rylee dan dua pengawal lainnya sama halnya seperti Hart. Hanya dipanggil seperti itu, wanita itu malah menyentak.Melihat tatapan tak percaya mereka berempat. Helena langsung beranjak pergi masuk ke dalam dan apa yang dilakukannya selanjutnya membuat mereka berempat kembali tercengang. Brak! Sangat kuat Helena menutup pintunya. Padahal bisa santai saja Helena menutupnya, pintu itu pasti akan tertutup. Mereka sama-sama mengelus dada bersabar. “Haah~ menyebalkan sekali,” ucap Helena sembari memegangi keningnya dan mendorong rambutnya ke belakang dengan satu tangannya. Satu tangannya lagi berpegangan dinding. “Menyuruhku tetap di sini dan menjauhkanku dari kekacauan yang terjadi, haruskah kuberkata ‘terima kasih?’ haha … lucu sekali.” Helena tertawa memikirkan itu, ia bicara kembali dengan raut wajahnya yang be
“Katamu dia pemula, apa ini pemula yang kamu maksud?” Rylee menoleh mengerut heran menatap Sofia yang tengah menatap wanita yang tengah sibuk mengembangkan posisi mantap menstabilkan mata pada arah bidikkannya di depan. “Siapa Nona mudamu sebenarnya itu?” tanya Rylee pada Sofia sembari matanya beralih kembali menatap seorang wanita yang terlihat sibuk membidik bersama dengan rekannya Hart.Hart di situ, di dekat Helena pria itu bersama Helena bermaksud memberikan bimbingan padanya, menjadi sebaliknya pria itu merasa terbimbing wanita itu dengan cara sempurnanya membidik shotgun untuk target pada jarak 1,8-4 m.“Apa ini? Aku seperti melihat seorang ahli,” gumamnya terkesimah sendiri melihat kemampuan Helenaa.Sebenarnya bukan Hart saja yang kagum dengan kemampuan hebat Helena dalam menembak, sama sekali tak ada tembakannya yang melenceng, semuanya melesat dengan sempurna. Para penembak di sini sampai menghentikan aksi mereka dan lebih milih melihat cara wanita cantik itu menembak.Deng
“Sudah bagus ‘kan?” Rylee bertanya pada Hart yang berada di ambang pintu, berdiri menunggu Rylee yang masih sibuk dengan pakaiannya sendiri. Seperti menunggu wanita, Hart merasa sudah lumutan sendiri berdiri di situ. Sejak tadi Rylee disibukkan dengan stelannya. Yang dilihat pun sama saja tak ada bedanya pria itu mengenakannya, dia tetap cocok dan keren menggunakan pakaian apapun. Hart mendengus. Lelah sendiri melihat temannya itu. “Kita hanya bekerja mendampingi Nona Helena bukan sedang mendatangi kencan.” “Hei, kita mendampingi seorang Nona muda. Berpenampilan biasa saja, bagaimana bisa! Dan jika nanti Nona Helena mendapatkan cibiran? Kau akan tanggung jawab? Dia akan ke tempat keluarga pusatnya. Jelas di sana pasti banyak orang-orang sombong yang bisa saja saling menjatuhkan. Aku tidak menyukai Nona Helena diperlakukan seperti itu hanya karena penampilan kita. Makanya aku harus benar-benar rapi.” Hart membuang mukanya tak terlalu mengindahkan perkataan Rylee. Rylee mengatakan i
Perjalanan memakan waktu tiga puluh menit untuk mereka sampai ke Ibu Kota S. Tiba di sana, Helena bersama Sofia berjalan bersama didampingi Hart dan Rylee yang terlihat kedua pria itu lebih cocok dipasangkan oleh mereka ketimbang menjadi pengawal. Penampilan mereka tidak seperti pengawal yang tampak suram dan menekan orang. Biasanya mereka seperti itu, tapi karena yang dihadirin mereka acara perkumpulan keluarga besar Nona muda yang dilayani mereka, tentunya mereka memperhatikan cara pakaian yang tak mencolok ataupun memalukan. “Tempat tinggal yang besar.” Rylee berdecak kagum melihat bangunan mewah itu, yang kini ia masuki bersama Hart temannya dan kedua wanita yang kini mereka kawal, sebenarnya salah satunya tidak perlu. “Kamu Ayah tunggu dari tadi, baru sampai juga.” Malvin melihat Helena langsung menghampirinya dari sebelumnya sibuk telponan dengan seseorang sehingga ia berada di luar bangunan mewah bergaya modern. Helena sedikit tersenyum. “Berdandan tidak mudah Ayah. Bukankah
Helena mendengkus kesal melihat perlakuan deskriminasi jelas dari keluarga Dawson ini padanya. Duduk di antara mereka di meja makan bersama ayahnya di sini. Para saudara sepupu-sepupu Helena dari kakak-kakaknya Malvin, lebih diperlakukan baik oleh neneknya. Wanita tua yang dari wajahnya saja sudah kelihatan sifah angkuhnya. Akan tetapi, Helena merasa nyaman juga mereka tidak menunjukkan wajah-wajah angkuh itu padanya. Hanya saja, ia lebih diabaikan di sini. “Ini tambah lagi Callie, cucuku yang cantik kamu harus makan lebih banyak sebelum menikah dengan Luhde Vinson.” Wanita itu berkata sambil memberikan lauk tambahan lagi ke piring wanita cantik yang memiliki body gitar spanyol dan penampilan seksi memikat. Perilaku wanita yang merupakan neneknya itu, sehingga membuat wanita itu menyunggingkan senyuman manisnya. Callie Dawson menyisipkan rambutnya di daun telinganya dan menunduk malu-malu. “Nenek terlalu berlebihan.” “Nenek, kak Callie itu sudah cantik tanpa perlu makan banyak. Maka
“Malvin, jangan lancang kamu! Perempuan juga perlu hak waris yang besar bukan pria saja!” Salah satu kakak wanita Malvin membantah itu, dialah wanita yang memiliki sikap arogan sedangkan suaminya pria yang tenang, tak ada yang tahu itu sebenarnya akting atau tidak. Semuanya banyak mengenalnya, jika suami wanita itu seorang artis senior yang terkenal, tapi siapa tahu juga bila dia pengusaha sukses yang tak diketahui banyak orang, kecuali keluarga Dawson ini. Lain cerita dengan kakak perempuan Malvin yang satu lagi, dia kelihatan pendiam sedangkan suami wanita itu kelihatan tak tenang sekali, dia terlihat seperti pria yang serakah terlihat dari matanya sendiri, dia begitu sangat menginginkan warisan yang besar dari keluarga istrinya. Melihat istrinya yang hanya diam, betapa kesalnya dia. ‘Wanita bodoh ini, setidaknya dia bicara! Apa perlu aku menghajarnya dulu baru dia mengerti … ck! Masih pintaran kakaknya!’ “Sudah, saya akan menjelaskan mengenai hak waris itu. Saya hanya ingin kalian
Hart dan Rylee hanya menatap mereka berdua dengan tatapan heran.“Apa ini perasaanku saja, mereka sekarang jauh lebih dekat?” duga Hart melihatnya sampai keliling matanya memandang, hingga mobil yang dinaiki Helena dengan Roky sudah pergi menjauh dari mereka.“Bukan kau saja, aku juga merasa begitu,” ujar Rylee. “Jadi apa yang akan kita kerjakan sekarang? Nona Helena hanya memerintah kita bekerja tanpa memberitahu apa pekerjaan itu.”Hart mengedikkan bahu. “Jangan tanya padaku, aku pun tidak tahu.”“Kalian berdua tidak ada kerjaan ‘kan? Bagaimana jika kalian ikut denganku.” Vincent menghampiri mereka berdua yang tengah dilanda kebingungan berdiri di dekat mobil dan gerbang mansion besar milik Malvin Dawson—ayahnya Helena maupun Vincent.“Anda bukan Bos kami.” Hart menjawabnya dingin.Akan tetapi Rylee berbeda dengan Hart. Rylee langsung merangkul Hart dan Vincent, mengatakan, “Pekerjaan apa itu Tuan Vincent?”Hart mendengus dan berpaling wajah tak ingin melihat tingkah temannya yang t
“Semalam ini, kamu dari mana saja?”“Ah!” kaget Helena melihat Vincent yang berada di dalam kamarnya, duduk di kursi dengan tangan disilangkan. “Sepertinya kau senang sekali mengagetkanku, ya?! Ah~ kakak ini … ” Helena kelepasan menjadi berteriak, wanita itu pun memegang kepalanya dan menyugar rambutnya ke belakang.“Kamu juga sering membuat kakakmu ini terkejut dengan semua tindakanmu, adikku Helena.” Vincent membalasanya dan perlahan pria itu berdiri melangkah mendekat ke arahnya. “dari mana kamu sampai jam segini baru pulang?” Vincent mengintrogasinya.Helena berpaling wajah untuk menahan rasa kesalnya diperlakukan seperti itu. “Aku hanya mencari angin, aku ‘kan sudah pernah bilang berada di sini terus rasanya menyesakkan.”“Tadi ayah mencarimu, sebelumnya aku sudah lebih dahulu datang mencarimu, tidak melihat kamu berada di dalam kamar. Aku merasa yakin kamu keluar dan ternyata itu benar, untung saja aku menyelamatkanmu, adikku sayang.” Vincent memasukkan kedua tangannya ke dalam
“Lepaskan aku.”Rylee menjadi menghentikan langkah cepatnya, tergesa-gesa keluar dari apartemen mewah yang kini terdengar suara tembak menghebokan banyak orang. Tapi, herannya polisi masih belum terlihat datang, perasaan cemas kini menyelimuti Helena. Bagaimana jika sesauatu terjadi kepada Roky?Wanita itu menghentikan langkahnya yang dibawa cepat oleh Rylee sehingga Rylee merasakannya langkahnya ikutan terhenti, dan menoleh ke belakang menatap sang empu yang kemudian bersuara.“Nona Helena, Anda tidak ingin masuk ke dalam lagi ‘kan?” Dahinya mengerut sangat jelas menunjukkan tengah memastikannya.“Aku harus mengecek kondisi di sana, pamanku dia tinggal di sana, aku merasa sesuatu terjadi padanya.”“Kamu memperdulikannya?”“Tidak.” Helena mengedikkan bahunya. “aku memperdulikan Sofia.”Rylee seketika melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Helena.Seperti secara terbuka dipersilahkan kemauannya. Helena membalikkan tubuhnya dan melangkah cepat menuju kembali ke tempat itu.Tangan
Mengikuti firasatnya kini, Helena mengambil keputusan cepat bersama Rylee untuk ke tempat di mana keberadaan pria yang memiliki hubungan darah dengan Helena si pemilik tubuh asli dan juga pria itu sebagai mantan suaminya Sofia.“Di sini dia tinggal, Nona,” kata Rylee menunjuk apartemen elite di kawasan ini.Sesuatu yang tidak terduga. Senyum miring terpantri di bibir merah alaminya. “Tempat yang bagus bagi mantan napi sepertinya.”“Awalnya aku pun berpikir seperti itu. Tapi melihat bagaimana selama ini Sofia sering menemuinya, aku mulai berpikir, dia tinggal di sini karena Sofia.”Helena menatapnya, sedetik kemudian menghela. “Sepertinya hubungan keduanya tidak sesederhana yang dikira, apa ada mantan suami istri akan berhubungan sebaik itu?”Rylee menganggu, membalas, “Itu langkah, jikapun ada mungkin tidak sedekat seperti mereka. Walaupun mereka bertemu tidak secara terbuka. Tapi tetap saja, itu terasa janggal.”“Kita akan mencari tahunya,” kata Helena kemudian memberi perintah, “Tun
Perasaan Rylee dipermainkan lagi, ia merasa dilema mencari-cari keberadaan Helena yang tak kunjung ditemukannya. Tadi wanita itu menelponnya berada di halte, ia langsung menuju ke sana, tapi ketika sampai, bukannya ia langsung bertemu dengan Helena, malahan yang ditemukannya handphone milik wanita itu yang keadaan layar masih hidup. Untung saja tidak dicuri. Tapi …Rylee berhenti dan mengambil duduk di bangku halte. Pria itu memegangi dagunya, tengah berpikir, “Tadi ponselnya ini ada di bangku dan masih dalam keadaan hidup, setelah kulihat setelannya, ponsel ini akan mati tiga menit. Dan tadi setelah kulihat, ponsel itu mati, berarti … ”“Berarti sudah tiga menit berlalu aku pergi dan kau baru sampai,” sambung Helena tiba-tiba saja berada di sampingnya, duduk dengan santai sambil menikmati rolled ice cream di dalam wajah mini, yang terdapat strawberry di atasnya ice creamnya sebagai toping.“Eh?!” Rylee terperanj
Helena termangu manik coklatnya tak berkedip menatap Malvin yang memberikan intimindasi padanya secara tak sadar. Hingga melihat bagaimana dalamnya Helena menatapnya, Malvin seketika tersadar dan pria itu mengusap wajahnya kasar sambil berkata, “Bukan itu maksud Ayah. Ayah hanya tidak ingin kita saling mengingatnya setelah lama kita berusaha melupakannya.”“Aku sama sekali tidak mengingatnya, aku sangat berharap bisa mengingatnya. Setidaknya aku bisa tahu seperti apa dia. Aku tidak ingin benar-benar melupakannya, dia ibuku, Ayah,” kata lirih Helena, suaranya terdengar parau dan nyaris menghilang di akhir kalimatnya. Helena menyentuh dadanya. “dia yang telah melahirkanku, betapa berdosanya aku sebagai anak yang telah susah payah dilahirkannya, begitu saja melupakannya.”“Ibumu tidak berharap setelah kepergiannya kamu merasa menderita, sayang. Ayah juga tidak berharap kamu merasakan itu juga, kami sangat memperdulikanmu. Kamu tidak perlu mengingatnya, sekarang yang perlu kamu pedulikan
“Helena, kenapa basah kuyup seperti ini?” Malvin terkejut dan wajahnya tampak cemas memperhatikan penampilan Helena kini. Bagaimana tidak, pulang-pulang Helena basah kuyup padahal cuaca saja tidak sedang hujan.Ia yang akan keluar, menjadi berhenti ketika melihat sang putri berjalan dalam keadaan seperti itu memasuki mansionnya.“Aku kecebur kolam renang,” balas Helena pelan dan sedikit menggigil merasa begitu kedinginan. Tangannya mengusap-usap lengannya berupaya membantu meredahkan rasa dinginnya.“Cepat ambilkan handuk!” suruhnya pada para pelayan yang berada di sini. Sampai para pelayan tersebut bergegas mengambil handuk untuk Helena.“Bagaimana bisa kamu sampai kecebur, sayang? Apa ada yang mendorongmu?” Ia membawa Helena berjalan dengan melebarkan lengan panjangnya, ia memegang ujung bahu Helena dan mendekatkan Helena pada lengannya tak memperdulikan pakaiannya akan basah saling bersentuhan dengan Helena.“Hm, jika tidak bagaimana mungkin aku jatuh,” balas Helena sambil terus be
“Perkiraan saya benar ‘kan? Mereka akan datang, ayah dan kakak laki-laki Anda.” Roky memandang wanita yang duduk di sampingnya, berdua bersamanya di dalam mobil miliknya yang terparkir rapi di basement mobil rumah sakit ini.Sengaja Roky membawa Helena di sini, untuk memperlihatkan kebenaran yang mungkin saja wanita cantik berambut gelombang itu meragukannya. Sekarang, mana mungkin bisa dia menolak kebenaran yang telah terlihat nyata di depan matanya itu, jika memang dia terlalu dibutakan cinta keluarganya.Sekilas tak disadari oleh Roky senyuman Helena tertarik miris. “Aku hampir tidak percaya,” kata Helena.Ia masih bingung dengan situasinya, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Tapi melihat setiap kebenaran yang dikatakan Roky, ada suatu dugaan buruk di dalam benaknya.“Apa sebenarnya tujuan mereka mencariku? Dan apa alasan kakakku Vincent ingin membawaku pergi? Aku bingung memikirkan itu.” Helena bertanya itu pada Roky.Roky tak menjawabnya, pandangannya lurus ke depan. Helena sebe
“Kita pulang sekarang Helena.” Vincent menyambar tangan Helena di tengah Helena sedang berbincang dengan Roky dan Hart mengenai Sofia. Wanita itu tentu terperanjat begitupun dengan dua pria bersamanya, atas tindakan tiba-tiba pria yang merupakan kakak laki-lakinya. Baru datang, dia langsung membawa Helena pergi tampak seakan dikejar oleh sesuatu, ia terburu-buru membawa Helenaa ikut dengannya. “Kak Vincent, ada apa?” Helena menghentikan paksa langkahnya dan menahan tangan Vincent yang menarik tangannya, meskipun kekuatannya tak seimbang, Helena sekuatnya berusaha menahan dirinya berhenti. Vincent berhenti merasakan tangannya berat menarik Helena, dia berbalik lantas menatap Helena yang memandangnya kebingungan. “Kita harus pergi. Di sini tidak akan aman,” ucap Vincent. “Kenapa?” tanya Helena, penasaran dengan apa yang terjadi. Biasanya Vincent tidak seperti itu kepadanya. Ini terasa aneh, dia jelas penasaran. Vincent menghela napas gusarnya, dia membalikkan tubuh dan bergantian ke