Buk!Pedang Grand Duke Erbish menghantam perisai es Lady Neenash. Mereka terdiam beberapa saat. Keheningan terasa mencekik, hingga akhirnya keduanya bisa saling mengenali."Neenash, adikku!""Kakak Erbish!"Pedang Grand Duke Erbish seketika jatuh ke tanah. Dia menghambur dan memeluk Lady Neenash. Gadis itu juga balas memeluk. Mereka berdua menangis penuh haru."Neenash ... syukurlah kau selamat! Aku tidak tahu bagaimana jika sampai kau celaka! Aku akan sangat malu kepada Ayah dan Ibu," cerocos Grand Duke Erbish di antara isak tangisnya. "Jangan seenaknya memeluk kekasihku, Paman!" sergah Pangeran Sallac sembari menarik Lady Neenash dari pelukan Grand Duke Erbish.Matanya mendelik tajam seperti akan menelan bulat-bulat Grand Duke Erbish. Lady Neenash masih belum mencerna apa yang telah terjadi hanya melongo. Lalu, saat tersadar, dia memukuli Pangeran Sallac dengan sadis."Dasar posesif! Kenapa kau tidak bisa membiarkanku melepas rindu dengan Kak Erbish, hah?" omel Lady Neenash."Janga
Lolongan heik memekakkan telinga. Mereka juga tampak bersiaga. Sorot mata hewan mistis mirip serigala itu seolah-olah memberi peringatan agar Lady Hazel tak mencoba keluar dari gua.Lady Hazel menghela napas. Tangannya terkepal. Dia mengeluarkan pistol dari dalam saku. Pelurunya hanya tersisa lima butir. Sementara heik yang berjaga jumlahnya mencapai belasan ekor."Seharusnya, aku membawa peluru lebih banyak. Jika begini apakah bisa ...."Lady Hazel menggeleng kuat."Tidak ada gunanya mengeluh, aku harus mencobanya. Paling tidak membuat hewan-hewan ini panik dan membuka jalan keluar dulu."Lady Hazel mengarahkan pistol ke arah beberapa heik. Dia sudah memperhitungkan dengan seksama posisi hewan mistis yang menjadi target. Hanya perlu tiga peluru untuk membuka sedikit celah menuju pintu masuk. Dua peluru lagi bisa digunakan saat darurat.Jika terjadi kemungkinan terburuk lain, Lady Hazel juga memiliki belati yang terikat di pahanya. Belati itu dibuat khusus dari batu sihir langka. Senj
"Lady Neenash, tunggu! Jangan serang mereka!" sergah Lady Hazel.Lady Neenash tersentak. Belati-belati es yang tadi hampir mengenai tubuh para heik berjatuhan di bebatuan. Pecahannya seketika meleleh, lalu membekukan apa saja yang disentuhnya.Lady Hazel seketika menghela napas lega. Hampir saja usahanya sia-sia. Sudah susah payah menyembuhkan heik yang terluka akan sangat menyedihkan jika hewan-hewan mistis itu malah mati di tangan teman sendiri.Lady Neenash menghambur ke arah Lady Hazel dan memeluknya. "Kau baik-baik saja, Lady?" cecarnya sambil mengamati sang kawan dari ujung rambut hingga ujung kaki.Lady Hazel menyembunyikan lecet di lengannya sebelum menjawab, "Iya, Lady. Aku baik-baik saja." Dia menyengir lebar. "Yah, paling hanya sedikit basah karena dijilati oleh mereka," cerocosnya sambil menunjuk para heik yang sudah bertingkah seperti anjing peliharaan.Sayangnya, Lady Neenash tidak menangkap candaan Lady Hazel. Dia malah melotot. Tangannya terkepal kuat, terasa hawa ding
"Ada apa, Neenash? Kau menemukan sesuatu?" cecar Pangeran Sallac.Lady Neenash mengangguk kecil. Tatapannya kembali beralih kepada danau di tengah-tengah gua. Meskipun sangat samar, dia bisa melihat kabut hitam yang sangat tipis di permukaan air. Hidungnya juga mencium aroma busuk."Sepertinya, ada sesuatu yang mengendalikan sihir hitam ini secara terus menerus. Sekelebat aku melihat kabut hitam dari arah sana," sahut Lady Neenash sembari menunjuk ke arah danau di tengah-tengah gua.Pangeran Sallac ikut menatap danau sambil mengerutkan kening. Dia memicingkan mata untuk menajamkan penglihatan. Benar saja, kabut hitam tipis memang menyebar secara merata di sana.Pangeran Sallac mengelus dagu, lalu bergumam, "Sepertinya, dugaanmu bena–""Kalau begitu, ayo kita singkirkan!" potong Grand Duke Erbish. Dia hampir saja melompat ke danau. Beruntung, Lady Neenash dan Pangeran Sallac sempat memegangi tangannya. Pangeran Sallac mendecakkan lidah."Gunakanlah otak Paman lebih dulu sebelum bertin
Grand Duke Erbish seperti merasakan terpaan angin dan hangatnya mentari. Dia refleks membuka mata. Keningnya seketika berkerut. Sekeliling telah berubah. Tak ada lagi danau dalam gua dan bola kristal hitam. Kini, dia berada di taman bunga yang indah. Dalam kebingungannya, Grand Duke Erbish mencoba menyusuri taman, tetapi terkejut lagi saat melihat kaki sendiri."Kenapa kakiku menjadi kecil sekali? Tunggu! Tanganku juga kecil!" Grand Duke Erbish tersentak. "Suaraku juga jadi seperti anak kecil!" serunya panik.Dia berlari ke arah kolam air mancur di tengah taman. Bayang wajahnya terpantul di permukaan kolam. Grand Duke Erbish yang gagah dan tampan tak tampak di sana, digantikan bocah berpipi gembul.Belum sempat mencerna apa yang terjadi, tubuh Grand Duke Erbish malah bergerak sendiri. Dia juga tak lagi bisa berbicara sesuai isi hati. Tubuh mungil itu berjalan menuju taman bunga dan menghampiri seorang wanita bergaun biru muda."Kau dari mana saja, Erbish? Kakak mencarimu ke mana-mana
"Ja-ga Sallac untukku, Er-bish ...." Suara lirih Ratu Amarilis menjelang kematian menyentak kesadaran Grand Duke Erbish.Dia seketika mencengkeram lengan Ratu Amarilis palsu. Cekikan wanita itu seketika terlepas. Tak ingin membuang waktu, Grand Duke Erbish langsung menghunus pedang dan menusuk lawan dengan cepat."Argggh! ERBISH! Apa yang kau lakukan pada Kakak hah?" "Kau bukan Kak Amarilis, Iblis sial*n! Kak Amarilis tidak pernah menyalahkan siapa pun atas kematiannya! Dia justru menyuruhku menjaga Sallac karena itu ...." Grand Duke Erbish menusuk musuh sekali lagi tepat di jantungnya. "Aku harus tetap hidup!"Grand Duke Erbish mencabut pedangnya. Ratu Amarilis palsu telah kembali ke wujud asli. Ternyata, dia adalah iblis wanita yang mengerikan."Arghhh! Sial*n! Sial*n!" umpatnya sambil memegangi dada kiri yang berlubang.Tepat saat iblis jahat yang hendak membunuhnya terbunuh, cahaya yang begitu benderang menerpa. Grand Duke Erbish refleks memejamkan mata."Tuan Grand Duke! Tuan Gr
Saat membuka mata kembali, Pangeran Sallac masih berada di kamar yang sama. Namun, dia dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ratu Olive juga ada di sana, menggenggam tangan mungil dengan raut wajah yang tampak cemas."Ibunda, aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah," ucap Pangeran Sallac kecil berusaha menenangkan. Namun, setelah berkata seperti itu, dia malah kejang-kejang. Ratu Olive langsung berdiri dan menjerit histeris, "Cepat panggilkan pendeta! Pangeran pertama dalam bahaya!"Teriakan sang ratu membuahkan hasil. Tak lama kemudian, dayangnya datang bersama pendeta yang memang ditugaskan untuk keluarga kerajaan. Sang pendeta mencoba memulihkan Pangeran Sallac, tetapi seperti tak ada gunanya."Saya tidak bisa menanganinya, Yang Mulia Ratu. Pangeran harus dibawa ke kuil suci," tuturnya dengan hati-hati."Apa pun itu! Lakukan apa saja agar pangeran bisa selamat!" jerit Ratu Olive histeris yang tentu saja hanya pura-pura.Akhirnya, Pangeran Sallac kecil dibawa ke kuil suci. Dia lan
Srat!Tarikan kuat menyeret tubuh Pangeran Sallac ke belakang tepat sebelum melompat ke luar jendela. Dia seperti melewati lorong bercahaya. Perlahan, tubuh mungilnya berubah menjadi dewasa bersamaan dengan ingatan yang kembali."Sial! Kenapa aku malah mengingat masa-masa buruk itu!" umpat Pangeran Sallac.Bruk!Tubuhnya terasa seperti menubruk sesuatu. Tak lama kemudian, terdengar erangan dari suara yang familiar. Pangeran Sallac mengalihkan pandangan ke arah asal suara. Dia seketika mengerutkan kening."Paman Erbish?""Cepatlah berdiri, sial*n! Kau itu berat sekali!" umpat Grand Duke Erbish.Pangeran Sallac malah terbengong-bengong. Dia masih berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Tak ayal, Grand Duke Erbish pun berteriak-teriak kesal."Keponakan sial*n! Cepatlah berdiri atau kupotong-potong badanmu!" geramnya.Saat itulah Pangeran Sallac tersadar. Ternyata, dia tengah duduk di atas badan Grand Duke Erbish. Pantas saja, pamannya itu terus menggerutu dari tadi."Ya, ya, maaf. Aku